Institut Pertanian Bogor (IPB) menggandeng beberapa perguruan tinggi di Belanda, untuk mengembangkan pertanian cerdas atau smart farming dan inovasi dalam cuaca atau climate innovation. Kerja sama dengan negeri kincir angin ini bertujuan mendukung transformasi pertanian Indonesia menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Rektor IPB Arif Satria yang dihubungi dari Jakarta, Senin (2/7/2018), mengatakan kerja sama dilakukan dengan Wageningen University and Research (WUR) dan Maastricht School of Management (MSM) untuk mengembangkan smart farming dan climate innovation. Rektor IPB berkunjung ke Belanda bersama Ketua Majelis Wali Amanat IPB MA Chozin dan Direktur Program Internasional IPB Iskandar Z Siregar.
“Kerja sama dengan Belanda sangat penting karena mereka sudah lama mengembangkan smart farming. Kita perlu belajar dari Belanda dalam smart farming ini agar pertanian Indonesia adaptif terhadap tren baru era disrupsi ini. IPB siap mengawal transformasi pertanian 4.0 di Indonesia agar bisa menyesuaikan diri dengan era Revolusi Industri 4.0 dengan penguatan teknologi Internet of things, teknologi robot, drone, artificial intelligence, dan big data,” ujar Arif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
DOKUMENTASI IPB–Rektor IPB Arif Satria (kanan) bersama Rektor Wageningen University and Research di Belanda. Kedua perguruan tinggi ini bekerja sama untuk memperkuat pendidikan smart farming.
Iskandar mengadakan pertemuan rombongan IPB dilakukan dengan Rektor WUR Arthur Mol pada 27 Juni 2018 di Kampus WUR. Salah satu agenda penting yang dibahas dalam pertemuan sekitar 1, 5 jam tersebut adalah untuk pengembangan Smart Farming di daerah tropis. Kunjungan IPB ke kampus WUR merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja Rektor ke berbagai universitas di eropa baik di Perancis, Belanda, Jerman, Slowakia, dan Swiss.
Pertemuan dengan Rektor WUR akan ditindaklanjuti segera dengan kunjungan Tim WUR ke IPB pada tanggal 4 Juli 2018 di Bogor. Kunjungan ini untuk mempersiapkan proposal yang akan disampaikan akhir tahun ke donor dalam konteks interdisciplinary research and education fund (INREF) initiative.
Seperti diketahui pada tahun ini WUR telah berusia 100 tahun dan menempati rangking No. 1 QS World University Rankings by Subject agriculture and forestry, sementara IPB pada tahun 2018 ini masuk top 100 QS World university ranking by subject agriculture and forestry.
“Kerja sama dengan IPB telah berlangsung sangat lama baik dalam bidang penelitian dan pendidikan seperti ABF, INDOSOL, ALIN,dan TVET. Direncanakan perpanjangan MOU kedua perguruan tinggi tersebut akan dilakukan pada tahun 2019,” jelas Arif.
Selanjutnya Rektor IPB beserta rombongan juga melakukan pertemuan dengan Dekan MSM Wim Naude di kampus Maastricht untuk mengantisipasai fenomena disrupsi pada model bisnis pertanian yang ada saat ini. Peluang kerja sama dalam konteks Climate Innovation serta kurikulum pendidikan pertanian ke depan.
Arif menjelaskan, dalam pertemuan tersebut dibahas tentang urgensi mengantisipasi disrupsi seiring berkembangnya artificial intelegence, robotics, biotechnology, fintech and renewable energy. Juga disepakati penguatan kerjasama kedua belah pihak untuk pengembangan pendidikan bisnis dan manajemen dengan muatan baru yang antisipatif terhadap disrupsi.
Arif mengatakan Smart farming adalah pertanian baru berbasis teknologi digital yang relevan dengan era disrupsi ini. Pengembangan smart farming tidak saja hanya bersifat teknis. “Tetapi juga aspek sosial budaya karena berkaitan juga dengan tingkat adaptasi masyarakat pertanian terhadap teknologi digital,” jelas Arif.–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: kompas, 5 Juli 2018