Internet menjadi bagian penting bagi kehidupan banyak orang. Sebentar saja tiada sambungan internet, serasa begitu banyak yang hilang. Apalagi di Indonesia jangkauan internet lumayan luas dan murah.
Banyak tempat, seperti kafe, restoran, hotel, pusat perbelanjaan, kampus, dan convenience store, yang menyediakan internet gratis sepanjang hari. Alhasil, semua kian leluasa mengakses aneka informasi melalui internet.
Begitu pula bagi mahasiswa. Mereka sangat terbantu dengan adanya internet. Dulu, hanya perguruan tinggi terkemuka di kota besar yang memiliki perpustakaan lengkap. Namun, kini mahasiswa tak perlu lagi perpustakaan superlengkap jika ingin membaca materi terkait perkuliahan. Semua ada dalam genggaman dan mudah disentuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Informasi apa pun ada di internet, mulai dari yang terkait hobi, studi, hingga bisnis. Bahkan, internet kini menjadi guru tak resmi bagi sebagian orang karena mereka dapat belajar apa saja via internet. Sebut saja menari, menyanyi, memainkan alat musik, olahraga, memasak, membuat kerajinan, fashion, memotret, bahkan menyusun rencana studi dan perjalanan.
Dari semua informasi di internet, ternyata mahasiswa paling sering mencari materi terkait perkuliahan, mulai dari menambah bahan dan sumber mata kuliah, mengerjakan paper dan makalah, beasiswa untuk penelitian dan studi lanjutan, hingga merampungkan tugas akhir.
[media-credit id=1 align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]
Namun, tidak semua situs dan sumber boleh mereka kutip. Tabu bagi mereka mengutip dari blog karena penulis blog bisa siapa saja. Mereka hanya boleh mengutip dari artikel karya dosen, buku dan jurnal ilmiah, media terpercaya, atau situs resmi perguruan tinggi dan pemerintah.
”Biasanya saya mencari bahan-bahan untuk kuliah, termasuk untuk mengerjakan paper. Namun, para dosen sudah menetapkan situs-situs serta artikel yang boleh kami baca,” kata Dhea Citra Yosca Prasena, mahasiswa semester V Jurusan Manajemen Pemasaran STIE Swadaya, Jatiwaringin, Jakarta Timur.
Pendapat senada disampaikan Devit Handayani, mahasiswa semester V Jurusan Manajemen Perusahaan Institut Bisnis Nusantara, Cawang, Jakarta Timur. ”Tidak sembarang situs, hanya tertentu saja,” kata Devit.
Begitu pula pendapat tiga mahasiswa tahun pertama Jurusan Komunikasi Universitas Pancasila, Jakarta Selatan, yakni Hatur Cikal Yanuri, Agatha Zevanya, dan Winda Aprina. Mereka sering mencari bahan dan materi kuliah melalui internet.
Meski demikian, mereka tetap harus mencari buku sesuai mata kuliah yang direkomendasikan dosen. Jika buku-buku tersebut tidak ada di internet atau perpustakaan kampus, mereka akan mencarinya ke perpustakaan universitas lain, seperti ke Universitas Indonesia.
Berita dan hobi
Di luar urusan kuliah, mahasiswa suka mencari informasi terkait hobi, seperti memasak, musik, film, otomotif, koleksi benda, mode pakaian dan aksesori, serta tidak ketinggalan berita terbaru. Mereka perlu tahu kabar apa saja yang tengah hangat.
”Pastinya saya mengakses situs berita karena biasanya tidak pernah sempat menonton televisi. Lagi pula situs berita sering menampilkan kabar terbaru dan lebih cepat ketimbang televisi,” ujar Hatur.
Mereka semua tidak ingin ketinggalan mengetahui berita terbaru, baik nasional maupun internasional, seperti tentang tragedi pesawat AirAsia yang jatuh ke laut dan menewaskan seluruh penumpang berikut kru pesawat. Begitu pula dengan berbagai berita lainnya, seperti politik, kriminalitas, sampai bencana.
Sebaliknya, berita terkait selebritas mana pun bukan informasi sangat penting bagi mereka. Cukup sekadar tahu, tetapi mereka enggan memikirkan lebih lanjut. ”Üntuk urusan kuliah saja perlu banyak usaha. Waktu kami banyak terbuang jika terus memelototi berita tentang artis atau selebritas,” kata Winda.
Selain itu, mereka pasti memanfaatkan internet untuk media sosial. Namun, mereka tidak setiap hari membuka akses ke jejaring media sosial apa pun. Alasannya, mereka belum lama meninggalkan sekolah menengah sehingga belum perlu untuk reuni atau berkumpul mengenang masa lalu.
Mahasiswa juga sering mengakses informasi tentang hal-hal lucu dan kocak. Misalnya, meme comic dan stand up comedy. Entah melalui Youtube atau Facebook. Tujuannya, untuk mengusir penat dan kejenuhan menghadapi kuliah yang berat setiap hari.
Sementara itu, Google Indonesia Desember lalu merilis berbagai hal yang sering dicari orang Indonesia sepanjang tahun 2014. Penelusuran terpopuler 2014 berturut-turut adalah Joko Widodo, Prabowo, CPNS 2014, ISIS, lagu dangdut ”Sakitnya Tuh Disini”, Nagita Slavina, MH 370, Pilpres 2014, Kabinet Jokowi, dan Ebola.
Setiap tahun, Google merilis daftar tahunan year in search, yakni hal-hal paling populer di sejumlah negara. Kategorinya antara lain berita nasional, berita internasional, tokoh lokal, pertandingan Piala Dunia, resep masakan, aplikasi chat, otomotif, acara televisi, lagu, penyanyi Korea, gadget, dan apa itu.
”Masyarakat Indonesia kian sadar dengan kesehatan. Terbukti dari 10 hal dalam kategori apa itu, lima di antaranya terkait kesehatan, yakni ebola, diet OCD, penyakit lupus, bipolar, dan diet Mayo,” kata Jason Tedjasukmana, Communication Manager Google Indonesia. (TIA)
Sumber: Kompas, 19 Januari 2015