Meningkatnya jumlah perusahaan rintisan dalam bidang e-dagang di Indonesia membuat pelaku bisnis itu menuntut sebuah sistem yang komprehensif ketika menggunakan jasa perusahaan teknologi finansial. Fenomena ini membuat beberapa perusahaan teknologi finansial terus berinovasi dan berintegrasi untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Chief Executive Officer Jurnal.id Daniel Witono mengatakan, semakin meningkatnya jumlah perusahaan rintisan dan persaingan bisnis dari tahun ke tahun membuat pemilik usaha itu tidak ingin menghabiskan waktu dalam proses administrasi. Misalnya, mendata pelanggan yang belum membayar, mengirimkan tagihan, dan memverifikasi transaksi pembayaran yang sudah dilakukan.
Semakin meningkatnya jumlah perusahaan rintisan dan persaingan bisnis dari tahun ke tahun membuat pemilik usaha itu tidak ingin menghabiskan waktu dalam proses administrasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal itu terlihat dari adanya kebutuhan pelanggan dari perusahaan akuntansi daring miliknya akan suatu sistem pembayaran yang dapat membantu mengirim dokumen tagihan kepada konsumen mereka setelah melakukan suatu transaksi barang atau jasa (invoice). Pelanggan dari Jurnal.id adalah pemilik usaha bisnis rintisan di tingkat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Jurnal.id bekerja sama dengan Xendit untuk membuat sistem itu, yang kemudian disebut Jurnal Pay,” ujar Daniel pada peluncuran resmi Jurnal Pay di Jakarta, Rabu (8/11).
Xendit adalah sebuah perusahaan teknologi finansial (fintek) lainnya yang berfokus mengotorisasi sistem transaksi pembayaran oleh penjual dan pembeli dalam dunia e-dagang (payment gateway).
Dengan penambahan sistem seperti Jurnal Pay dalam sistem akuntansi milik Jurnal.id, pelaku usaha dapat memiliki sistem pembukuan yang lebih terstruktur dan mudah. Ini akan memudahkan mereka, lanjut Daniel, untuk lebih fokus mengembangkan bisnis, seperti mencari pelanggan baru, selain memudahkan mereka dalam mendata konsumen yang belum membayar.
ELSA EMIRIA LEBA–CEO Jurnal.id Daniel Witono (kiri) dan Head of Product Xendit Ikhsan Rahardian seusai peluncuran resmi Jurnal Pay, sebuah sistem yang membantu proses pembayaran ketika data pelanggan Jurnal.id selesai dibukukan, di Jakarta, Rabu (8/11).
Sejak digunakan empat bulan lalu, lebih dari 20 perusahaan menggunakan Jurnal Pay dengan total transaksi sebesar Rp 7 miliar dalam kurun waktu tersebut. Pelanggan Jurnal sekitar 50 persen berada di bidang perdagangan, 30 persen jasa, seperti pengacara dan dokter, serta 20 persen bisnis ritel, seperti restoran dan LSM.
Direktur Eksekutif Indonesia Information Communication Technology Institute Heru Sutadi menyatakan, hampir seluruh layanan e-dagang kini saling terkait satu sama lain karena telah menjadi kebutuhan bagi pelaku usaha rintisan yang berhubungan dengan tekfin.
Integrasi di antara kedua perusahaan tekfin yang berfokus pada dua bidang yang berbeda ini, yaitu Jurnal.id dan Xendit, menunjukkan adanya kebutuhan akan suatu sistem yang komprehensif untuk membantu perkembangan bisnis para pengusaha.
Bukan musuh, tetapi rekan
Head of Product Xendit Ikhsan Rahardian mengatakan, keberadaan perusahaan yang mengotorisasi sistem pembayaran bukan menjadi ancaman bagi keberadaan bank-bank yang ada. ”Kami membuka jalan melalui akses berbasis teknologi bagi pelaku UMKM untuk dapat berkembang,” ujarnya.
Ikhsan menilai, sistem pembayaran akses teknologi milik bank belum sanggup untuk mengakomodasi seluruh bisnis rintisan yang ada. Selain itu, teknologi yang dimiliki bank cukup rumit dan tidak modern sehingga tidak mudah mengintegrasi kebutuhan pelaku bisnis. Dengan adanya tekfin payment gateway, pelaku bisnis UMKM dan konsumen yang selama ini tidak memiliki akses ataupun terjangkau dapat melakukan transaksi bisnis.
Dengan tekfin ”payment gateway”, pelaku bisnis UMKM dan konsumen yang selama ini tidak memiliki akses kini dapat melakukan transaksi bisnis.
”Butuh inovasi dalam sistem banking. Kami merupakan perusahaan payment gateway pertama yang melayani e-dagang dengan kartu kredit,” ucap Ikhsan. Dia melihat tren pembayaran di Indonesia mulai banyak menggunakan kartu kredit kendati jumlahnya belum signifikan.
Kesadaran rendah
Daniel mengungkapkan, rendahnya kesadaran masyarakat pelaku bisnis akan kebutuhan pembukuan yang baik masih menjadi hambatan dalam perkembangan bisnis rintisan di Indonesia walaupun jumlah pengusaha terus meningkat dari tahun ke tahun. Padahal, mereka dapat mengetahui perkembangan bisnisnya melalui pembukuan yang baik.
Hal senada diungkapkan Ikhsan. ”Kesadaran masih rendah dan sistem dari fintek cukup rumit sehingga tidak semua pelaku bisnis bisa memakainya. Diperlukan edukasi penggunaan teknologi ataupun konsultan sehingga dapat membantu mereka,” katanya. (DD13)
Sumber: Kompas, 8 November 2017