”Awal 2011 mulai dibuka kerja sama dengan perusahaan swasta dengan target 50 perusahaan swasta yang mau terlibat. Saat ini ada sedikitnya 10 perusahaan yang menyatakan tertarik untuk mewujudkan Science Techno Park,” kata Staf Khusus Menteri Riset dan Teknologi Bidang Riset dan Teknologi Warsito P Taruno, Senin (18/10) di Jakarta.
Warsito mengatakan, pada prinsipnya, tujuan Science Techno Park adalah membuat riset berjalan terus dengan produk-produk yang bisa dikomersialkan. Hal ini sekaligus untuk merevitalisasi keberadaan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek).
”Kita mengadopsi metode yang ditempuh Pemerintah Jerman dalam mendukung upaya ini, yaitu memperkuat peran intermediasi antara lembaga riset dan perusahaan swasta,” kata Warsito.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut dia, dua lembaga disiapkan menjadi intermediator, yaitu Business Technology Center (BTC) dan Business Innovation Center (BIC). Dalam waktu dekat, sebanyak 50 anggota kedua lembaga itu diberangkatkan ke Jerman untuk mempelajari metode intermediasi ini.
Produk yang ingin dikembangkan di bidang material, antara lain, radioisotop yang diproduksi dengan menggunakan reaktor nuklir berkapasitas 3 megawatt di Puspiptek. Pengembangan produk ini antara lain untuk bidang konstruksi dan kesehatan.
Di bidang bioteknologi dititikberatkan pada pengembangan rekayasa genetika untuk menunjang pangan dan energi. Selanjutnya, pada teknologi informatika, titik berat pada pengembangan desain dan komputasi.
Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, mengutip laporan World Economic Forum, pekan lalu, menyebutkan, peringkat Indeks Daya Saing Global Indonesia meningkat dari peringkat ke-54 menjadi ke-44, tetapi pada pilar infrastruktur dan kesiapan teknologi sesungguhnya masih sangat rendah.
”Peringkat kesiapan teknologi di atas 70, untuk teknologi informasi dan komunikasi masih di atas 100,” ujar Suharna. (NAW)
Sumber: Kompas, Selasa, 19 Oktober 2010 | 05:04 WIB