Sumber daya hayati yang begitu beragam di Indonesia terus diteliti khasiatnya oleh para periset di lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Hal itu bertujuan menghasilkan inovasi untuk berbagai kegunaan, termasuk obat-obatan dan kosmetik.
Kegiatan penelitian flora dan fauna endemik di negeri ini pun dilakukan para siswa sekolah menengah pertama di sejumlah daerah. Dengan meneliti potensi pemanfaatan sumber daya hayati lokal, para remaja peneliti menemukan ide baru sehingga terpilih sebagai finalis lomba.
Hal itu terlihat pada daftar finalis Lomba Penelitian Siswa Nasional (LPSN) 2017 yang diadakan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di bidang IPA, dari 34 finalis, 30 peserta mengusung tema riset sumber hayati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Koordinator juri bidang IPA dan lingkungan LPSN 2017, Hesti K Surtikanti, Rabu (11/10), di Jakarta, mengatakan, dari tiga bidang karya ilmiah yang dilombakan, jumlah peserta IPA paling banyak. Dari 1160 naskah yang masuk, 45 persen merupakan karya bidang IPA.
Karya ilmiah mereka sebagian besar terkait pemanfaatan bahan baku alami untuk pangan, pertanian, dan obat-obatan yang berpotensi memberi nilai tambah ekonomi. “Riset diarahkan untuk mengatasi soal di lingkungan tempat tinggal mereka. Ini mengindikasikan kepekaan mereka pada kondisi sekitar,” ujarnya.
Cara alami
Ia mencontohkan riset yang dilakukan Kyranka L Windarwo dan timnya dari SMP Garuda Cendekia Jakarta. Tim itu menemukan cara alami mengawetkan telur ayam dengan air rebusan daun melinjo (Gnetum gnemon Linn) yang banyak tumbuh di sekitar sekolah.
Dengan merendam telur seharian, kesegarannya bertahan dua kali lebih lama dibandingkan telur tanpa perlakuan pada suhu ruangan. Sebab, senyawa resveratrol pada daun melinjo bersifat antibakteri dan antioksidan. Selain itu, terkandung tanin bersifat menyerupai kolagen untuk menutup pori-pori kulit telur.
Penggunaan daun melinjo jadi alternatif pengawetan telur ayam yang biasanya memakai ekstrak daun teh, daun sirih, dan daun jambu biji. “Dibandingkan daun sirih, kandungan tanin daun melinjo lebih tinggi,” kata Kyranka.
Adapun pemakaian bahan dari alam sebagai pengawet makanan dilakukan Putri Dwi Mulyanti dan tim dari SMP Plus Taruna Andalan Riau. Untuk mempertahankan kesegaran buah, mereka memakai ekstrak daun singkong demi menghambat reaksi pencoklatan kulit buah. Fungsi pengawet alami dipaparkan Madaffa Salsabil dan timnya dari SMPN 2 Tarakan, Kalimantan Utara, dengan memakai bubuk cengkeh pada pengawetan ikan.
Penanggulangan limbah dengan produk alami juga jadi ide para peserta LPSN. Ikhsan Romansyah dan tim dari SMPN 3 Mojosongo, Jawa Tengah, misalnya, memakai kulit pisang kepok sebagai penjernih alami air. Pemanfaatan limbah dilakukan Muhammad Hanif dan tim dari SMPN 5 Yogyakarta, yakni limbah cangkang kerang hijau jadi penyerap gas beracun. (YUN)
Sumber: Kompas, 12 Oktober 2017