Setiap orang punya jalan masing-masing menuju kesuksesan. Sejumlah tokoh sukses pun diketahui memilih jalur berbeda dari kebanyakan orang yang membuat mereka lebih cepat berkembang. Bagaimana dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani? Apa yang berbeda dari masa muda mantan Managing Director World Bank tersebut sehingga bisa sukses seperti sekarang?
Dalam talk show Viva La Donna yang diadakan Mestizo, wanita 55 tahun tersebut pun bercerita sekelumit jalan hidupnya hingga bisa mencapai posisi sekarang. Sri Mulyani pun mengaku sebenarnya tak ada yang terlalu berbeda darinya dibanding orang lain. Namun kecintaannya pada ekonomi dan belajar membuat nenek tiga cucu itu bisa menjadi Menteri Keuangan.
“Nggak ada yang beda, saya sekolah ikut ekskul, basket, karate, gerak jalan, Paskibra, naik motor, naik gunung, kuliah. Tapi mungkin waktu orang lain tidur saya baca buku kali ya. Saya suka banget baca text book karena di zaman saya dulu sangat langka. Saya suka belajar ekonomi dunia Barat karena jadi bisa berimaginasi. Lainnya sama saja, nggak ada yang berbeda,” ungkapnya di acara yang diadakan di The Pallas, SCDB, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berkat kesukaannya membaca dan mendalami ilmu ekonomi, Sri Mulyani pun meraih beasiswa di Amerika yang memungkinkannya semakin menguasai bidang tersebut. Hal itu ternyata tidak jauh berbeda dengan pengalaman wanita hebat lainnya yang dihadirkan dalam talk show. Adalah Najwa Shihab yang juga merasa kecintaannya akan membaca membuat jurnalis itu bisa sukses seperti sekarang.
Selain itu, Najwa Shihab juga berterima kasih pada pengalamannya mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Punya kemampuan bahasa Inggris yang tak terlalu baik, Najwa yang kala itu berusia 16 tahun mengaku harus berusaha keras untuk diterima teman-teman di sana.
“Waktu itu saya sering duduk sendirian di kafe, nggak bisa bahasa Inggris jadi saya lakukan apapun supaya bisa diterima. Saya ikut kelas drama, ikut kelas menulis. Ketika itu saya diminta presentasi mengenai Indonesia dan Islam di Panti Jompo di usia 16 tahun dengan sedikit ilmu dan kekhawatiran seminggu sekali. Itu sepertinya yang membuat saya melakukan apa yang saya lakukan sekarang,” kata Najwa Shihab.
Nia Dinata pun punya kisah hidup berbeda yang membuatnya bisa menjadi sutradara seperti sekarang. Pengalamannya tinggal di Arab Saudi di usia tujuh tahun ternyata membuka mata Nia tentang kehidupan wanita di belahan dunia lain. Hal tersebut juga membuatnya mengenal film.
“Saat sampai di sana kok beda banget sama kehidupandiJakarta. Saya nggak boleh main karena perempuan, dengar cerita mengenai orang dipecut dan dipotong tangannya. Empat tahun saya juga hidup dengan keterbatasan sampai dikirimi bukudariJakarta. Saya juga suka bacabukupelajaraan saking nggak ada kerjaan. Saat itu, akhirnya ada perpustakaan di kompleks saya dan saya nonton filmhinggaapal semua dialognya. Mungkin itu yang bikin saya ingin buat film karena terkungkung selama empat tahun,”ujarNia.(ami/ami)-Rahmi Anjani –
Sumber: wolipop-detik.com, Senin, 02/07/2018