Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta Newton Fund Inggris bekerja sama untuk mendanai penelitian di bidang bencana hidrometeorologi. Sejauh ini, dari 23 proposal yang masuk, baru tiga proposal penelitian yang layak mendapatkan dukungan dana tersebut.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, di Jakarta, Kamis (7/2/2019), mengatakan, dalam kerja sama ini, tiga proposal terbaik yang mendapat bantuan dana itu untuk penelitian bidang bencana hidrometeorologi, terutama banjir. Total dana yang dikucurkan sebesar Rp 31 miliar untuk penelitian selama tiga tahun ke depan.
Penelitian kolaboratif antara Indonesia dan Inggris ini diharapkan bisa berdampak positif dalam mitigasi bencana hidrometeorologi dan perekonomian di Indonesia serta menjadi media saling belajar bagi peneliti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Menteri Ristekdikti Mohamad Nasir (ketiga dari kiri) menjelaskan tentang kerja sama pendanaan penelitian bencana hidrometeorologi di Indonesia oleh Indonesia dan Inggris, di Jakarta, Kamis (7/2/2019).
”Hasil penelitian ini diharapkan bisa mengedukasi masyarakat terkait bencana banjir. Selain itu, diharapkan juga bisa menghasilkan rekomendasi untuk pemerintah terkait kebijakan dalam mitigasi dan penanggulangan banjir,” ujar Nasir dalam konferensi pers.
Ia menjelaskan, penelitian di bidang bencana hidrometeorologi dipilih karena banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di Indonesia selain gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Sementara itu, di bidang tsunami, Indonesia telah bekerja sama dengan Jepang.
Nasir menambahkan, kolaborasi pendanaan penelitian bersama Newton Fund ini dimulai pada 2015. Sebelumnya juga ada kolaborasi dalam penelitian di bidang kesehatan. Hingga 2018, total anggaran yang sudah dikucurkan Newton Fund sebesar Rp 166,9 miliar. ”Mudah-mudahan pendanaan ini bisa berlanjut ke bidang riset lainnya,” ucapnya.
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Mohamad Nasir
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik mengatakan, dalam riset kolaboratif dengan Indonesia ini, Inggris berkontribusi 87 persen dari total pendanaan.
Selain di Indonesia, Inggris juga mengadakan riset bencana hidrometeorologi di negara ASEAN lain, termasuk Filipina, Thailand, dan Vietnam, dengan dana total untuk ASEAN sebesar 7,5 juta pound sterling atau Rp 135 miliar.
Moazzam melanjutkan, Newton Fund berkomitmen mendanai riset-riset kolaboratif skala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif, baik sosial maupun ekonomi. Menurut dia, banjir dan longsor tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, tetapi juga perkembangan ekonomi.
”Ilmuwan terbaik Inggris dan Indonesia akan kerja sama dan saling belajar agar menghasilkan suatu perubahan besar serta menginspirasi ilmuwan muda berikutnya,” ujarnya.
Ada tiga penelitian yang terpilih. Pertama, ”Java Flood One” dengan peneliti utama Agus Mochamad Ramdhan dari Institut Teknologi Bandung (Indonesia) dan Simon Mathias dari Durham University (Inggris). Hasil riset ini akan meningkatkan prediksi banjir jangka menengah di beberapa pusat kota di Pulau Jawa, termasuk Jakarta, Bandung, dan Surakarta.
Kedua, ”Extreme Rainfall and Its Effects on Flood Risk in Indonesia” dengan peneliti utama Suroso dari Universitas Jenderal Soedirman (Indonesia) dan Chris Kilsby dari Newcastle University. Riset ini ditujukan untuk mengidentifikasi penyebab utama banjir di Indonesia dan strategi-strategi utama yang dapat memitigasi risiko bencana.
Ketiga, ”Mitigating Hydro Meteorological Hazard Impacts Through Transboundary River Management in The Ciliwung River Basin” dengan peneliti utama Harkunti Rahayu dari Institut Teknologi Bandung (Indonesia) dan Richard Haigh dari University of Huddersfield (Inggris). Riset ini ditujukan untuk meningkatkan pengelolaan badan Sungai Ciliwung dan kepedulian masyarakat terhadap ancaman banjir. (YOLA SASTRA)
Oleh PASCAL S BIN SAJU
Sumber: Kompas, 7 Februari 2019