Organisasi penelitian dan pelestarian capung, Indonesia Dragonfly Society, meneliti dan mendata kembali aneka spesies capung di Jawa. Salah satu fokus penelitian adalah soal manfaat capung di bidang pertanian dan pelestarian mata air.
Data sementara dari sejumlah referensi, spesies capung di Jawa berjumlah 172 jenis. ”Sebanyak 26 jenis di antaranya endemik Jawa,” kata Ketua Indonesia Dragonfly Society (IDS) Wahyu Sigit Rahadi dalam diskusi terbatas ”Naga Terbang Kawan Petani” yang digelar Yayasan Sheep Indonesia Regio Jawa Tengah di Kabupaten Pati, Kamis (17/10).
Data itu perlu diuji lagi karena belum pernah ada penelitian dan pembuatan data dasar tentang capung di Indonesia, khususnya di Jawa. Lingkungan yang terus dan cepat berubah memengaruhi persebaran serta hilangnya capung dari habitat aslinya.
”Salah satunya habitat capung di sekitar lahan pertanian dan mata air. Perubahan lingkungan pertanian akibat pestisida dan kerusakan mata air menyebabkan capung berpindah mencari tempat baru,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Sigit, capung merupakan bioindikator kondisi lingkungan karena nimfa capung hanya dapat hidup di air yang tak tercemar. Capung juga predator serangga, seperti nyamuk, wereng, lalat, kepik daun, kutu daun, dan jentik-jentik nyamuk.
”Jika di areal persawahan tak lagi ada keanekaragaman capung, berarti lingkungannya tercemar.
Begitu pula jika di mata air tak ada lagi capung,” kata Sigit.
Demi memperkuat penelitian dan pendataan Capung di Jawa, IDS membuat percontohan kawasan konservasi capung di sejumlah daerah. Salah satunya di Sungai Kalongan di Desa Pesucen, Banyuwangi, Jawa Timur.
Temuan terpenting di sana adalah capung jenis Amphiaeschna ampla. Capung itu terakhir didokumentasikan tahun 1940 oleh peneliti asal Belanda, Lieftinck.
”Kami juga masih melakukan pendampingan penelitian capung di Sungai Gajah Wong, Yogyakarta, dan Kepulauan Karimunjawa, Jepara,” ujar Sigit.
Koordinator dan juga peneliti Yayasan Sheep Jateng, Husaini, mengatakan, Sheep akan merintis studi capung di Pegunungan Kendeng, Pati. Kawasan tersebut kaya mata air, rumah habitat capung.
”Dari dua mata air yang didatangi bersama IDS, di Brati dan Goa Pancur, terdapat 26 jenis capung dan 4 di antaranya endemik Jawa,” katanya. (HEN)
Sumber: Kompas, 18 Oktober 2013