Ilmuwan Ungkap Perubahan Setelah Pemotongan Lambung

- Editor

Kamis, 17 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Operasi pengecilan lambung menjadi solusi untuk orang dengan kegemukan yang berlebihan. Operasi yang disebut operasi bariatrik menghasilkan penurunan massa otot, tetapi perubahan kekuatan dan kinerja pasca operasi tidak sepenuhnya dipahami. Ilmuwan di Amerika Serikat telah mengungkap perubahan tubuh setelah operasi pemotongan lambung itu.

KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO–L–Titi Wati (37), wanita penderita obesitas berberat badan sekitar 300 kilogram, digotong oleh tim pemadam kebakaran Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menuju ruang perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Doris Sylvanus Palangkaraya, Jumat (11/1/2019). Titi menjalani operasi bariatrik, yakni pengecilan lambung untuk mengurangi asupan makanan.

Penelitian berjudul “Perubahan Massa Tanpa Lemak, Kekuatan Otot Absolut dan Relatif, serta Kinerja Fisik Setelah Operasi Pemotongan Lambung” itu dimuat dalam The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism edisi 16 Januari 2019 yang juga dipublikasikan sciencedaily.com. Penelitian dilakukan tim dari Universitas California di San Fransisco (UCSF), AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam abstrak penelitian disebutkan, tujuan riset adalah untuk memeriksa perubahan komposisi tubuh, kekuatan, aktivitas fisik, dan kinerja fisik 12 bulan setelah operasi pemotongan lambung dengan teknik Roux-en-Y Gastric Bypass (RYGB).

Penelitian diikuti 47 orang dewasa gemuk yang terdiri atas 37 wanita dan 10 pria dengan indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) 44 ± 8 kg / m2 . Peserta berusia 45 ± 12 tahun. Peneliti mengukur komposisi tubuh, kekuatan genggaman tangan, aktivitas fisik dan kinerja fisik sebelum dan enam dan 12 bulan setelah RYGB.

Hasilnya menunjukkan, peserta mengalami penurunan substansial 12 bulan setelah operasi dalam total berat badan (-37 ± 10 kg atau 30 ± 7 persen), massa lemak (-48 ± 12 persen dari garis dasar), dan total massa tanpa lemak (-13 ± 6 persen). Hal itu berarti kekuatan genggaman tangan absolut menurun sebesar 9 ± 17 persen. Sebaliknya, kekuatan otot relatif meningkat sebesar 32 ± 25 persen. Selain itu ada peningkatan pascaoperasi yang signifikan secara statistik dan klinis dalam semua ukuran kinerja fisik.

Kesimpulannya, berat badan menurun setelah RYGB. Namun, kekuatan otot relatif dan fungsi fisik meningkat secara bermakna dan karenanya merupakan hasil positif penting dari pemotongan lambung.

“Penelitian kami menemukan sementara pasien bedah bariatrik Roux-en-Y cenderung benar-benar melihat peningkatan kekuatan relatif mereka – ukuran kekuatan relatif terhadap ukuran mereka. Kinerja fisik peserta kami juga meningkat setelah operasi. Temuan ini menunjukkan bahwa kehilangan massa otot pasca operasi dan kekuatan absolut mungkin bukan masalah yang berarti,” kata Diana Alba, peneliti dari UCSF.

KOMPAS/ADI SUCIPTO K–Selvia Dwi Susanti (25) remaja yang mengalami obesitas sempat minder dan enggan keluar rumah.

Alba menjelaskan, memiliki kekuatan otot dan fungsi fisik yang baik sangat penting untuk membantu orang melakukan kehidupan sehari-hari.

Penelitian sebelumnya tahun 2016 menunjukkan, pasien dengan obesitas parah yang menjalani operasi pemotongan lambung mengurangi risiko kematian akibat obesitas dan penyakit lain hingga 48 persen hingga 10 tahun setelah operasi, dibandingkan dengan pasien serupa yang tidak menjalani prosedur. Penelitian oleh Geisinger Obesity Institute dilakukan terhadap 2.700 pasien operasi pemotongan lambung di pusat operasi bariatrik yang terakreditasi secara nasional antara 2004 dan 2014.

“Sementara operasi bariatrik memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi kebanyakan pasien. Penting untuk dicatat bahwa dalam penelitian kami beberapa pengurangan risiko kematian terkuat setelah pemotongan lambung ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua,” kata Michelle R Lent, peneliti Geisinger Obesity Institute, seperti dikutip sciencedaily.com 2 November 2016.

KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO–Titi Wati (37), wanita penderita obesitas dengan berat lebh dari 300 kilogram, diangkut ke atas pikap untuk dibawa dari rumah kontrakannya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (11/1/2019). Titi menjalani operasi bariatrik, di mana lambungnya akan dipotong dan diikat untuk membatasi asupan yang masuk.

Di Indonesia, operasi pemotongan lambung juga biasa dilakukan. Terakhir dilakukan kepada Titi Wati, warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang berat badannya mencapai 300 kg. (https://kompas.id/baca/nusantara/2019/01/12/titi-wati-dipindah-ke-rumah-sakit/ , https://kompas.id/baca/nusantara/2019/01/11/segera-dioperasi-titi-wati-dibawa-dengan-mobil-pick-up-ke-rumah-sakit/)

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 17 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB