Kurang tidur dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe dua atau penyakit kecing manis karena gaya hidup tidak sehat. Namun, mekanisme yang mendasari intoleransi glukosa akibat induksi tidur sulit dipahami. Sejumlah peneliti di Jepang menemukan bahwa kehilangan tidur satu malam dapat mempengaruhi kemampuan hati untuk memproduksi glukosa dan memproses insulin, meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti perlemakan hati dan diabetes tipe 2.
KOMPAS/ LASTI KURNIA–Kamar Tidur di rumah Radhini Aprilya dan Angga di kawasan Cilandak, Jakarta, Rabu (2/5/2018).
Penelitian berjudul “Mekanisme Steatosis (Perlemakan) Hati yang Diinduksi Kurang Tidur dan Resistensi Insulin pada Mencit” itu dimuat dalam American Journal of Physiology – Endocrinology and Metabolism yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 5 September 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian dilakukan tim ilmuwan dari Universitas Toho, Jepang, di antaranya Fumika Shigiyama, Naoki Kumashiro, Yousuke Tsuneoka, dan Hiroyuki Igarashi.
INFOGRAFIK diabetes manis gula
Kurang tidur telah dikaitkan dengan makan lebih banyak, bergerak lebih sedikit dan memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2. Namun, Fumika Shigiyama dan kawan-kawan menjelaskan, “Tidak jelas apakah intoleransi glukosa adalah karena perubahan dalam asupan makanan atau pengeluaran energi atau karena kurang tidur itu sendiri”.
MAHARANI UNTUK KOMPAS–Warga di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/8/2018), tempat tidur di luar ruangan paska gempa dengan magnitudo 7,0 yang mengguncang daerah tersebut. Kurang tidur meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Untuk menjawab pertanyaan itu, para peneliti mempelajari dua kelompok mencit: satu kelompok tetap terjaga selama enam jam setiap malam (“kurang tidur”), sementara kelompok kontrol diizinkan tidur sesuai yang diinginkan. Tim peneliti menawarkan makanan tinggi lemak dan air gula tanpa batas – meniru pilihan makanan yang berhubungan dengan gaya hidup yang dibuat orang – untuk kedua kelompok sebelum penelitian. Selama periode tidur / bangun, hewan memiliki kesempatan terbatas untuk aktivitas fisik.
Para peneliti mengukur kadar glukosa dan kadar lemak hati segera setelah masa percobaan. Kadar glukosa darah secara signifikan lebih tinggi pada kelompok kurang tidur dibandingkan kontrol setelah satu jam sesi bangun enam jam. Trigliserida (lemak) dan produksi glukosa dalam hati juga meningkat pada kelompok kurang tidur setelah periode bangun tunggal.
Ruang tidur gubernur beserta istri di lantai dua rumah dinas gubernur DKI Jakarta yang berlokasi di Jalan Taman Suropati Nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin (16/10/2017). Kurang tidur meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Peningkatan trigliserida hati berhubungan dengan resistensi insulin, atau ketidakmampuan tubuh untuk memproses insulin dengan benar. Selain itu, kurang tidur mengubah ekspresi enzim yang mengatur metabolisme di hati pada kelompok kurang tidur.
“Temuan ini menunjukkan bahwa studi intervensi yang dirancang untuk mencegah steatosis pada hati yang disebabkan oleh kurang tidur dan resistensi insulin harus dilakukan di masa depan,” kata Fumika Shigiyama.
Selain di Jepang, peneliti di Denmark dan Swedia juga meneliti diabetes tipe 2. Penelitian berjudul “Intensitas Gandum Utuh yang Lebih Tinggi Terkait dengan Risiko Diabetes Tipe 2 yang Lebih Rendah di antara Pria dan Wanita Paruh Baya di Denmark” itu dimuat dalam The Journal of Nutrition yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 5 September 2018.
KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO–Koleksi gandum di Museum Vodka, Saint Petersburg, Rusia, Rabu (11/7/2018). Gandum utuh dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2.
Dalam penelitian terdahulu, asupan gandum utuh 16 gram per hari dikaitkan dengan risiko lebih rendah 11 persen pada pria dan 7 persen pada wanita dari diabetes tipe 2. Untuk pria, asupan semua jenis gandum (wheat, rye, dan oat) secara signifikan terkait dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah, tetapi hanya asupan gandum wheat dan gandum oat yang secara signifikan terkait untuk wanita. Kesimpulannya, tim peneliti menemukan hubungan yang konsisten antara asupan gandum utuh yang tinggi dan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah.
“Hasil kami sejalan dengan saran diet, yang merekomendasikan peraralihan makanan yang mengandung tepung putih ke gandum utuh,” kata Rikard Landberg, Guru Besar Makanan dan Kesehatan di Universitas Teknologi Chalmers, Swedia.–SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 6 September 2018