“The greater danger for most of us lies not in setting our aim too high and falling short; but in setting our aim too low, and achieving our mark.”
Kutipan dari Michelangelo Buonarroti tersebut dilontarkan Menteri Pendidikan Anies Baswedan saat menyambut ilmuwan muda Indonesia yang mendapatkan dua grand award dan special award pada kompetisi Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) yang digelar di Pittsburgh, Amerika Serikat.
Anies Baswedan mengingatkan ke-12 siswa-siswi itu untuk bermimpi satu tingkat lebih tinggi daripada sekarang. “Kesuksesan kalian sekarang adalah awal dari kesuksesan yang berikutnya, maka tinggikan mimpi kalian,” katanya, Senin (18/5).
Indonesia meraih grand award untuk bidang sains lewat karya Luca Cada Lora (18) dan Galih Ramadhan (18), murid SMA Negeri 1 Surakarta, yang membuat karya ilmiah berjudul An Inorganic Nature of Heavy Metal Adsorbent.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Grand award lain di bidang matematika diraih I Dewa Gede Ary Palguna (18) dan I Kadek Sudiarsana, murid SMA Negeri Bali Mandara Singaraja, Bali, dengan karya ilmiah The Motifs Development of Gringsing Sarong.
Masih ada tambahan satu special award dari siswa SMA Katolik Gembala Baik, Pontianak, Kalimantan Barat, yaitu Hansen Hartono (17) dan Shinta Dewi (18). Keduanya mengembangkan penelitian penggunaan ampas tebu untuk menyerap logam besi dan merkuri.
Berjuang
Dalam acara penyambutan yang dilaksanakan di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta itu, terungkap bahwa untuk berprestasi mereka pun berjuang keras. I Kadek Sudiarsana yang yatim piatu, misalnya, mampu bersekolah berkat beasiswa bagi murid tidak mampu dan beasiswa prestasi. “Mendengar motivasi dari Pak Menteri, saya ingin menjadi Gubernur Bali,” kata Sudiarsana disambut gelak tawa dan tepuk tangan peserta lain.
Begitu juga Luca Cada Lora, yang harus membawa proposal ke mana-mana agar bisa melakukan penelitian atas ide bersama Galih tentang abu vulkanik. Modal mereka hanya semangat. Namun, semangat itulah yang membawa mereka berprestasi di Amerika Serikat.
Rasa haru bercampur bangga pun juga dirasakan Kepala Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nur Tri Aries yang mendampingi mereka sebelum dan selama di AS.
“Raihan grand award ini lebih membuktikan lagi bahwa anak Indonesia mampu berkompetisi di dunia internasional, bahkan dengan negara yang teknologinya lebih maju. Indonesia juara,” kata Nur. (B09)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Mei 2015, di halaman 12 dengan judul “Dengan Sains, Berjaya di Amerika”.