Ikan punggung duri atau ”stickleback threespine” menjadi salah satu spesies yang diprediksi dapat bertahan dan beradaptasi dari perubahan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
MCGILL UNIVERSITY/ROWAN BARRETT—-Ikan punggung duri atau stickleback threespine.
Ikan punggung duri atau stickleback threespine menjadi salah satu spesies yang diprediksi dapat bertahan dan beradaptasi dari perubahan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim. Temuan ini bisa membantu para peneliti memprediksi masa depan evolusi populasi ikan punggung duri atau spesies lain di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal tersebut terungkap dari hasil penelitian para peneliti McGill University, Kanada, tentang identifikasi perubahan genom terhadap seleksi alam dengan subyek ikan punggung duri di muara. Laporan penelitian tersebut terbit di jurnal Molecular Ecology Volume 30, Mei 2021.
Para peneliti menggunakan ikan punggung duri (Gasterosteus aculeatus) sebagai subyek studi karena memiliki bentuk, ukuran, dan perilaku berbeda dengan jenis ikan lainnya. Ikan ini bahkan dapat hidup di air laut dan air tawar serta di bawah kisaran suhu yang luas. Ciri khas dan perbedaan ikan ini juga sudah populer di kalangan ahli ekologi evolusioner.
Ikan punggung duri merupakan spesies anadromous seperti ikan salmon. Spesies anadromous mempunyai perilaku berkembang biak atau bertelur di air tawar dan bermigrasi ke laut. Ikan yang berhabitat di air tawar mempunyai gigi lebih banyak dan rahang yang kuat dibanding yang tinggal di laut sebagai bentuk adaptasi terhadap mangsa yang lebih besar.
MCGILL UNIVERSITY/ROWAN BARRETT—-Ikan punggung duri atau stickleback threespine dalam satu kelompok.
Alan Garcia-Elfring, penulis utama laporan tersebut, mengemukakan, organisme dengan gen yang mendukung kelangsungan hidup dan reproduksi akan cenderung memiliki banyak keturunan dari generasi ke generasi. Akibatnya, populasi akan beradaptasi atau lebih cocok dengan lingkungan mereka dari waktu ke waktu. Ini merupakan versi modern tentang evolusi dari Charles Darwin melalui seleksi alam.
”Namun, proses ini biasanya telah dipelajari secara retrospektif pada populasi yang beradaptasi dengan lingkungan mereka saat ini di masa lalu. Hal ini sulit untuk memahami urutan peristiwa seperti sifat apa yang paling penting dan kapan terjadinya ikan tersebut beradaptasi,” ujarnya dikutip dari laman resmi McGill University.
Untuk mempelajari aksi seleksi alam, para peneliti melacak enam populasi ikan punggung duri sebelum dan sesudah perubahan musim di lingkungan mereka menggunakan proses pengurutan genom. Ikan yang ditemukan di muara yang berbeda di sepanjang pesisir California memiliki kesempatan langka untuk mempelajari seleksi alam secara langsung atau real time.
Perubahan musim yang didorong oleh musim dingin basah dan musim panas kering mengakibatkan perubahan drastis dalam struktur habitat serta keseimbangan air laut dengan air tawar. Perubahan musim yang sangat cepat ini hanya bisa ditoleransi oleh ikan dan mereka bisa bertahan hingga musim berikutnya tiba.
Para peneliti kemudian menemukan bukti adanya perubahan genetik ikan punggung duri. Faktor yang mendorong perubahan genetik ini yaitu perubahan musim di habitat karena perbedaan populasi air tawar dan air asin yang sudah lama ada. ”Perubahan genetik ini terjadi pada populasi independen selama satu musim,” kata Alan.
Prediksi adaptasi
Alan menegaskan, temuan ini sangat penting untuk menunjukkan bagaimana populasi dapat beradaptasi dengan tekanan lingkungan seperti perubahan iklim di masa depan. Para peneliti bisa memakai perbedaan genetik yang berkembang di masa lalu sebagai cara untuk memprediksi adaptasi dari suatu populasi spesies yang diamati.
Ketua Penelitian Ilmu Keanekaragaman Hayati McGill University Rowan Barrett memaparkan, muara secara berkala terisolasi dari laut karena pembentukan gundukan pasir selama beberapa bulan dalam satu periode musim panas yang kering.
”Perubahan ini mungkin menyerupai pergeseran habitat yang dialami oleh populasi ikan punggung duri ketika mereka menjelajah banyak danau air tawar. Habitat ini baru terbentuk setelah gletser surut 10.000 tahun yang lalu,” tuturnya.
Dalam riset lanjutan ke depan, para peneliti berencana mengamati berapa kali perubahan genetik terjadi dalam satu spesies yang diamati. Pengamatan dilakukan dengan menguji apakah spesies tersebut selalu muncul setiap tahun. Pengamatan ini akan menunjukkan dan memprediksi evolusi suatu populasi di masa mendatang.
Oleh PRADIPTA PANDU
Editor: EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 15 Juni 2021