Badan Tenaga Atom Internasional siap membantu Indonesia, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang akan membangun instalasi iradiator gama untuk karantina dan pengawetan produk kelautan dan perikanan. Bantuan yang akan diberikan berupa penyediaan pakar untuk konsultasi teknis.
Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano mengatakan hal itu, dalam kunjungan ke Iradiator Gamma Merah Putih milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Pusat Penelitian Iptek (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (6/2). Rencana pembangunan iradiator gama dibahas pada kunjungan IAEA ke KKP di hari sama.
Menanggapi rencana itu, Kepala Batan Djarot S Wisnubroto yang menyertai Amano mengatakan, ”Bila ingin membangun iradiator gama, tinggal copy paste (meniru) yang ada di Serpong.” Fasilitas iradiasi berkapasitas 300 kilocurie yang dibangun Batan memiliki kandungan lokal 84 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Iradiator telah lama dikuasai teknologinya oleh Batan dan dibangun di negara lain. Malaysia dan Thailand masing-masing memiliki 4 iradiator. Di Indonesia, satu iradiator dibangun pihak swasta di Cikarang.
Iradiator ialah fasilitas pengawetan bahan makanan memakai penyinaran radioisotop. Dengan iradiator, berbagai produk bisa disterilisasi, baik bahan pakan maupun alat medis dan bahan. Teknik radiasi itu jadi alternatif pengawetan bahan makanan, yang selama ini memakai bahan pengawet kimiawi yang bisa mengganggu kesehatan.
Pada kunjungan hari kedua, Amano didampingi Esam Alqararah, Representatif Organisasi Pembangunan Industri PBB (UNIDO) untuk Indonesia dan Timor Leste. Di Puspiptek Amano dan rombongan mengunjungi Laboratorium Radioisotop dan Radiofarmaka. Ia juga berkunjung ke Pusat Pelatihan Pemuliaan Mutasi Tanaman di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Batan dan Kantor Badan Pengawas Tenaga Nuklir di Jakarta.
Sementara Totti Tjiptosumirat, Kepala PAIR Batan, mengatakan, IAEA dan dua badan dunia lain, yakni FAO dan UNIDO sejak 5 tahun terakhir memberi dukungan berupa pelatihan. Bantuan lain adalah, penyediaan alat bagi pengembangan varietas unggul kedelai, diseminasi hasil riset pada petani, dan pengolahan kedelai jadi tempe oleh industri kecil dan menengah, serta membangun bisnis dan tata niaganya.
Upaya Batan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah itu diharapkan ditularkan ke negara berkembang di Asia Tenggara dan Afrika.
Riset dan pelatihan dengan fasilitas Batan tiap tahun diikuti 30 peserta antara lain dari Myanmar, Laos, Kamboja, Palestina, Jordania, Bangladesh, Mozambik, Burkina Faso, Ghana, Kenya, dan Tanzania.(YUN)
Sumber: Kompas, 7 Februari 2018