Hasil Riset Bermanfaat Bila Disebarluaskan

- Editor

Rabu, 7 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hasil-hasil riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi seharusnya tidak hanya dipublikasikan di kalangan akademis yang terbatas. Penelitian dan pemikiran yang dihasilkan para akademisi perguruan tinggi mesti disebarluaskan ke masyarakat agar bisa mendatangkan manfaat nyata.

“Hasil-hasil pemikiran dan hasil-hasil penelitian yang ada harus tersampaikan ke masyarakat,” kata Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Panut Mulyono, seusai penandatanganan nota kesepakatan kerja sama antara UGM dan Harian Kompas, Selasa (6/3), di Ruang Sidang Pimpinan UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kerja sama kedua lembaga tersebut berkait dengan pemanfaatan Kompas.id yang merupakan platform digital milik Harian Kompas. Dengan adanya kerja sama itu, para sivitas akademika UGM bisa mengakses konten-konten yang ada di Kompas.id secara gratis melalui jaringan wi-fi milik UGM.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu, kerja sama tersebut juga mencakup pemanfaatan Kompas.id sebagai sarana diseminasi gagasan maupun penelitian dosen dan mahasiswa UGM. Panut memaparkan, apabila tidak disebarluaskan ke publik, hasil pemikiran yang dihasilkan oleh perguruan tinggi tidak akan memberi manfaat yang maksimal bagi masyarakat.

Dia menambahkan, salah satu sarana yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan diseminasi atau penyebarluasan hasil riset adalah media massa. Berbeda dengan jurnal ilmiah yang jangkauan pembacanya terbatas, media massa memiliki cakupan audiens yang luas sehingga hasil riset yang disebarluaskan melalui pemberitaan di media akan sampai ke masyarakat umum.

“Betapapun banyak ide, betapapun banyak karya yang bisa dimanfaatkan oleh pihak lain, kalau tidak disiarkan melalui media tentu kurang memberikan manfaat,” ujar Panut.

Oleh karena itu, Panut menyatakan, UGM menyambut baik kerja sama dengan Kompas dalam pemanfaatan Kompas.id. Kerja sama itu diharapkan bisa meningkatkan diseminasi hasil pemikiran dan penelitian yang selama ini telah dihasilkan oleh dosen dan mahasiswa UGM. “Pikiran-pikiran maju, inovasi-inovasi, dan hasil-hasil riset yang dilakukan oleh UGM harus tersosialisasikan ke masyarakat melalui media,” ungkap Panut.

–Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, memperagakan cara kerja aplikasi APLISIN untuk mendeteksi keaslian vaksin, Jumat (11/8), di Kampus UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. APLISIN dikembangkan oleh lima mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM. Hasil riset ini berpeluang disebarluaskan melalui kompas.id.

Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Budiman Tanuredjo, menyatakan, dengan adanya kerja sama itu, para sivitas akademika UGM bisa mengakses beragam informasi dan data yang dimiliki oleh Kompas. Sebagai media yang sudah berusia 52 tahun, Kompas memiliki koleksi data dan informasi yang sangat kaya. “Salah satu contohnya, kami memiliki hampir 4 juta foto yang sudah didigitalisasikan,” ujarnya.

Budiman berharap, kerja sama itu juga bisa mendorong lahirnya pemikir-pemikir baru dari UGM yang menyumbangkan gagasan tentang berbagai persoalan bangsa melalui Kompas. Apalagi, selama ini, sudah banyak akademisi UGM yang menulis opini di Kompas mengenai aneka masalah. “Mudah-mudahan dengan hadirnya Kompas.id akan banyak muncul pemikir-pemikir baru di UGM sehingga khazanah pemikiran dari akademisi UGM semakin muncul di pentas nasional maupun internasional,” tutur Budiman.

Budiman menambahkan, selama ini, sejumlah konten Kompas.id telah disajikan dalam format dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan Inggris. Dengan format seperti itu, konten di Kompas.id, termasuk hasil riset atau pemikiran para akademisi, diharapkan bisa dibaca juga oleh masyarakat dari negara lain. Sebelum menjalin kerja sama dengan UGM, Kompas telah membangun kerja sama dengan Universitas Multimedia Nusantara (Serpong, Banten), Universitas Airlangga (Surabaya, Jatim), dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam pemanfaatan Kompas.id. (HRS)–HARIS FIRDAUS
Sumber: Kompas, 7 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB