Keberhasilan vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) menawarkan harapan bahwa suatu hari nanti eradikasi atau pemberantasan kanker serviks di dunia bisa terwujud. Hal itu diperkuat oleh kajian global terhadap berbagai studi terkait penurunan kasus kanker serviks atau leher rahim di beberapa negara.
Selama ini virus human papilloma menyebabkan sebagian besar kanker serviks. Lebih dari 100 tipe HPV ditemukan dan 20 di antaranya mengandung protein pemicu kanker atau onkoprotein. Beberapa tipe HPV yang bisa memicu kanker, seperti tipe 16 dan 18, memicu kanker serviks. Virus tipe 16 dan 18 juga bisa memicu kanker mulut dan anus (anal).
Menurut Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Samsuridjal Djauzi, 80 persen lelaki bisa terpapar HPV dari hubungan seks anal. Demikian temuan awal studi kohor di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Pada pria, infeksi HPV meningkatkan risiko kanker anal dan orofaring.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk mencegah HPV berkembang jadi kanker, perlu imunisasi sejak dini pada laki-laki dan perempuan. HPV bisa menular melalui kontak kulit dengan kulit, membran mukosa, atau cairan tubuh. ”Selain menerapkan gaya hidup sehat, imunisasi HPV penting,” ucapnya.
Imunisasi HPV efektif diberikan pada remaja mulai usia 9 tahun. Di Indonesia baru ada dua jenis vaksin HPV, yakni vaksin bivalen untuk mencegah virus tipe 16 dan 18 yang memicu kanker serviks dan vaksin kuadrivalen yang dilengkapi virus tipe 6 dan 11 pemicu kutil kelamin. Adapun vaksin nanovalen untuk mencegah virus HPV tipe 6, 11, 16, 18, 28, 31, 33, 45, 52, dan 58 belum masuk ke Indonesia. (Kompas, 19 Desember 2018)
Menurunkan kasus
Sebuah tinjauan Lancet terhadap 65 studi yang mencakup 60 juta orang menunjukkan, penurunan kasus HPV dan kasus pertumbuhan sel-sel pra kanker. Vaksinasi terhadap HPV dimulai sejak lebih dari satu dekade lalu.
Tinjauan tersebut mencakup studi di 14 negara berpenghasilan tinggi, termasuk Inggris. Para ilmuwan mengamati tingkat kasus HPV, ditambah kasus kutil kelamin, dan sel pra-kanker di serviks. Kajian itu membandingkan situasi penyakit itu sebelum vaksinasi dimulai dan delapan tahun setelah imunisasi dilakukan.
Hasil kajian menunjukkan, kasus HPV tipe 16 dan 18 turun 83 persen pada remaja putri berusia 15-19 tahun dan 66 persen pada perempuan berusia 20-24 tahun. Adapun angka kasus kutil kelamin turun 67 persen pada remaja putri berusia 15-19 tahun dan turun 54 persen pada perempuan berusia 20-24 tahun. Sementara kasus pra kanker turun 51 persen pada remaja putri usia 15-19 tahun dan turun 31 persen pada perempuan usia 20-24 tahun.
Tinjauan global itu juga memperlihatkan, orang-orang yang tak divaksinasi mendapat manfaat. Kasus kutil kelamin pada pria usia 15-19 turun hampir 50 persen, dan turun signifikan pada perempuan usia di atas 30 tahun. Penurunan kasus itu lebih banyak di negara-negara di mana cakupan imunisasi lebih tinggi dan kelompok umur lebih luas.
Menurut ilmuwan dari Public Health England, Dr David Mesher, Kamis (27/6/2019), sebagaimana dikutip BBC, pihaknya mengamati terjadi pengurangan pada strain atau galur HPV dan juga penyakit terkait serviks. Dengan demikian, hal itu juga berdampak terhadap pengurangan angka kasus kanker serviks.
“Kami akan mengamati pengurangan kasus kanker serviks pada populasi perempuan berusia 20-30 tahun dalam 10 tahun ke depan,” kata Prof Marc Brisson, dari Laval University, Kanada, yang memimpin tinjauan itu. Pengurangan jumlah kasus kanker serviks didefinisikan sebagai kurang dari 4 kasus per 100.000 jiwa.
Jo’s Servical Cancer Trust mengatakan temuan itu jelas menunjukkan dampak vaksinasi HPV. “Studi ini menambah bukti untuk menangkal mereka yang tak percaya bahwa vaksin ini bekerja. Imunisasi itu menunjukkan hasil menggembirakan. Kami berharap ini meningkatkan kepercayaan warga terhadap vaksin HPV,” kata kepala eksekutif Robert Music.–EVY RACHMAWATI
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 28 Juni 2019