Lahir dari keluarga tidak mampu dengan orangtua tak berpendidikan, Hakeem M Oluseyi tumbuh menjadi ilmuwan alam semesta. Selain pernah bekerja di NASA, ahli astrofisika ini juga berprofesi sebagai ahli kosmologi, pendidik, penulis, pembicara, dan komunikator sains. Oluseyi adalah bukti manusia mampu melawan gravitasi ”lubang hitam” kehidupan.
Selama 2016-2019, Oluseyi bekerja sebagai ahli astrofisika dan pemimpin Pendidikan Sains Luar Angkasa Divisi Keterlibatan Sains di lembaga antariksa NASA, Washington DC, Amerika Serikat. Secara singkat, tugas utamanya adalah sebagai penasihat komunikasi dan komunikator sains.
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA–Ahli astrofisika dan kosmologi dari Amerika Serikat, Hakeem M Oluseyi, berbicara kepada media seusai mengikuti diskusi bersama anak-anak di Atamerica, Jakarta, Selasa (1/10/2019). Oluseyi pernah bekerja di NASA sebagai ahli astrofisika dan kepala pendidikan sains.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Oluseyi bertanggung jawab untuk membantu mengelola 25 perjanjian kerja sama program Aktivasi Sains senilai 40 juta dollar AS. ”Saya memberikan masukan bagaimana para ilmuwan berkomunikasi dan terkoneksi dengan orang yang bukan ilmuwan. Kami harus berhati-hati agar bahasa yang digunakan tetap sederhana, tetapi konsep yang disampaikan tepat. Hal yang penting sebagai komunikator adalah menjangkau orang di seluruh negeri mengenai sains,” ujar Oluseyi di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Setelah bekerja di NASA, Oluseyi melanjutkan rasa kebahagiaan dan keseruan mengenai sains kepada dunia, termasuk anak-anak. Oluseyi sering bepergian ke berbagai pelosok dunia untuk memperkenalkan konsep alam semesta.
Oluseyi bukan orang baru di dunia astrofisika dan kosmologi. Sejak masih menjadi mahasiswa pascasarjana di Stanford University, ia terlibat dalam program riset multispectral solar telescope array (MSSTA). MSSTA merupakan roket sonda yang dibangun oleh Arthur BC Walker Jr dari Stanford University.
”Dengan MSSTA, kami bisa mengambil gambar untuk mengukur perubahan suhu matahari pada awal 1990-an. Sekarang, pesawat ruang angkasa menggunakannya setiap hari untuk memantau iklim angkasa,” kata Oluseyi.
Setelah lulus, ia bekerja di Applied Materials, Silicon Valley. Ia melakukan riset terkait cip komputer dan transistor generasi baru yang menghasilkan 11 paten. Temuan-temuannya dapat ditemukan dalam komputer yang dipakai saat ini.
Namun, kecintaannya yang mendalam kepada sains membuat Oluseyi keluar dari Silicon Valley. Ia pun bergabung dalam riset Proyek Kosmologi Supernova di Lawrence Berkeley National Laboratory. Dalam proyek ini, ia bekerja di bawah Saul Perlmutter, penerima penghargaan Nobel Fisika 2011 yang membuktikan percepatan ekspansi alam semesta.
Sejak 2007, Oluseyi lanjut sebagai peneliti dan pengajar di beberapa universitas, yakni Florida Institute of Technology di Floria, The University of Alabama di Huntsville, dan Massachusetts Institute of Technology di Massachusetts (MIT).
Sepanjang kariernya, ia telah menghasilkan kurang lebih 80 publikasi dalam bidang astrofisika, kosmologi, manufaktur semikonduktor, dan pendorong ion. Penelitian Oluseyi di bidang pendidikan sains telah menghasilkan teknik yang sangat efektif dan efisien untuk mengajar matematika dan fisika bagi pelajar segala usia.
Oluseyi kini merupakan sosok yang terkenal sebagai ilmuwan selebritas di AS. Ia pernah menjadi narasumber dan konsultan di Science Channel, Discovery Channel, National Geographic, serta konferensi TED (teknologi, hiburan, dan desain) yang terkenal di AS.
Perjuangan
Lahir di New Orleans, Louisiana, Oluseyi telah mengecap sisi kelam kehidupan sejak lahir. Keluarganya tidak mampu. Ayah dan ibunya tidak tamat sekolah menengah atas. Ayah Oluseyi memiliki bisnis minuman keras yang kini masuk kategori ilegal. Oluseyi turut membantu bisnis itu sejak usia sembilan tahun. Tidak jarang, Oluseyi ditinggal sendiri di rumah. Padahal, komunitas tempat tinggalnya terkenal berbahaya
”Saya biasa menonton acara di saluran PBS mengenai sains ketika sendirian. Saya memang selalu tertarik mengenai fenomena dan misteri alam. Pada usia 11 tahun, saya akhirnya menemukan soal Albert Einstein dan teori relativitas melalui buku ensiklopedia,” ujarnya.
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA–Ahli astrofisika dan kosmologi dari Amerika Serikat, Hakeem M Oluseyi, berfoto bersama anak-anak sebelum diskusi mengenai sains di Atamerica, Jakarta, Selasa (1/10/2019). Oluseyi pernah bekerja di NASA sebagai ahli astrofisika dan kepala pendidikan sains.
Teori Einstein membuka pintu keingintahuan atas sains Oluseyi. Pikirannya fokus membedah bagaimana alam semesta berperilaku serta kecepatan cahaya dan waktu berubah. Ketika menduduki bangku SMA di Missisipi, Oluseyi membuat program mengenai efek relativitas dalam Pameran Sains dan menjadi juara pertama.
Para juri menyarankannya untuk menjadi ahli fisika. Namun, ia tidak tahu mengenai pekerjaan itu sehingga memilih mendaftar masuk ke Angkatan Laut AS setelah lulus pada 1984.
Oluseyi baru belajar mengenai aljabar selama satu tahun ketika diangkat sebagai perwira di AL. Setelah dua tahun di AL, ia pun hengkang dari AL pada usia 19 tahun. Oluseyi akhirnya mendaftar kuliah di Tougaloo College atas desakan teman-teman SMA pada 1986.
”Waktu itu merupakan masa sulit di AS. Ayah saya menjadi penyuplai alkohol di kampus kuliah. Prestasi saya buruk sehingga akhirnya berhenti kuliah. Beberapa kali saya berada dalam kondisi yang membahayakan nyawa sendiri,” kata Oluseyi.
Akhirnya, Oluseyi memutuskan untuk bekerja sebagai petugas kebersihan hotel pada usia 21 tahun. Gaji yang diperoleh sebesar 4 dollar AS per jam. Agar bisa bertahan hidup, ia mengumpulkan makanan sisa tamu hotel.
Oluseyi kemudian melirik posisi sebagai pesuruh (bellboy). Namun, ia tidak memenuhi kriteria penampilan dan pembawaan pesuruh yang ditentukan. Kegagalan itu menyadarkannya, satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan kembali berkuliah.
Di Tougaloo College, Oluseyi belajar habis-habisan mengenai matematika dan fisika. Nilai A pun mulai sering muncul di transkrip nilainya. Oluseyi kemudian diterima untuk melanjutkan kuliah di Stanford University, salah satu universitas ternama AS.
Oluseyi sempat terintimidasi selama berkuliah karena latar belakang keluarga dan pendidikannya. Teman-temannya berasal dari keluarga akademisi dan mampu berbicara bahasa asing. Namun, ia tidak menyerah dan berhasil meraih gelar magister dan doktor dalam bidang fisika di Stanford University.
Motivasi
Oluseyi mengakui, ia menutupi sisi kelam hidupnya hingga 10 tahun terakhir. Ia juga tidak malu akan kenyataan baru menyelesaikan sekolah pascasarjana pada usia 32 tahun. Pada umumnya, lulusan sekolah pascasarjana berusia sekitar 26 tahun.
Ketika membuka diri, ia merasa kewalahan atas respons hangat masyarakat. Oluseyi sadar, cerita hidupnya justru dapat menginspirasi orang lain.
”Apa yang ingin saya sampaikan adalah kita harus percaya diri dan terus berusaha. Jangan pernah berhenti sekolah karena yang terpenting adalah mendapatkan gelar itu tidak masalah pada usia berapa,” tuturnya.
Ia membuktikan, sebagai seorang anak kulit hitam dari keluarga miskin, dirinya dapat mewujudkan mimpinya. Oluseyi menolak tenggelam dalam ”lubang hitam” dan memilih menjadi bintang untuk bersinar untuk sesama.
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA–Ahli astrofisika dan kosmologi dari Amerika Serikat, Hakeem M Oluseyi, berinteraksi dengan anak-anak di sela-sela diskusi yang diadakan oleh Atamerica, Jakarta, Selasa (1/10/2019). Oluseyi pernah bekerja di NASA sebagai ahli astrofisika dan kepala pendidikan sains.
Hakeem M Oluseyi
Lahir: New Orleans, 13 Maret 1967
Pendidikan:
Tougallo College (1986-1991)
Stanford University, Magister Sains (1993-1995)
Stanford University, Doktor (1995-1999)
Pekerjaan:
Perwira Angkatan Laut AS (1984-1986)
Asisten riset dan pengajar di Stanford University (1993-1999)
Insinyur di Applied Materials (1999-2001)
Asisten Profesor di University of Alabama in Huntsville (2004-2007)
Profesor rekanan di Massachusetts Institute of Technology di Massachusetts (MIT) (2015-2016)
Kepala Divisi Sains di Discovery Inc. (2015-2017)
Profesor rekanan di Florida Institute of Technology (2007-2019)
Ahli astrofisika dan pemimpin pendidikan sains NASA (2016-2019)
ELSA EMIRIA LEBA
Sumber: Kompas, 23 Oktober 2019