Guru Terganjal Karya Ilmiah

- Editor

Jumat, 7 November 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ada 800.000 Orang Stagnan di Golongan IVA
Peningkatan jenjang serta karier guru di pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah terganjal kewajiban publikasi ilmiah atau karya inovatif. Kondisi ini dirasakan guru semakin berat karena pemerintah mengetatkan aturan publikasi ilmiah.

Sebelumnya, kewajiban menulis publikasi ilmiah dimulai bagi guru yang hendak naik dari golongan IVA ke IVB. Aturan ini menyebabkan guru pegawai negeri sipil bertumpuk di golongan IVA akibat tidak memenuhi kewajiban membuat karya ilmiah.

Aturan baru yang diberlakukan pemerintah bahwa guru harus membuat publikasi ilmiah atau karya inovatif jika hendak naik dari golongan IIIB ke IIIC membuat guru menjerit. Semakin tinggi golongan, kewajiban membuat publikasi ilmiah bertambah. ”Sampai saat ini tidak ada satu guru pun di Sumba Timur yang ada di golongan IVB karena harus membuat karya tulis. Ada yang 10 tahun tidak naik pangkat,” kata Juspan, Sekretaris Daerah Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu (5/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Wijaya Kusumah, salah seorang Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia, mengatakan, guru yang mengajar tatap muka minimal 24 jam per minggu diharuskan juga membuat publikasi ilmiah, padahal dosen hanya mengajar 12 jam per minggu.

”Guru sudah sibuk dengan tugas utamanya dan administrasi. Memang tidak mudah untuk bisa meluangkan waktu meneliti. Sebab, budaya baca dan tulis guru juga masih rendah,” kata Wijaya.

Iwan Hermawan, Sekretaris Jenderal Federasi Guru Independen Indonesia, menambahkan, secara teori kebijakan pemerintah bagus. Mengingat sumber daya guru di Indonesia yang masih rendah, pembuatan publikasi ilmiah tentu saja memberatkan, terutama untuk guru di jenjang pendidikan dasar.

”Secara realitas, untuk memenuhi empat kompetensi dasar saja belum mampu, ditambah lagi publikasi ilmiah. Apalagi, selama ini tidak ada pelatihan yang intensif bagi guru, tetapi tuntutan pemerintah pada guru amat tinggi,” kata Iwan.

Berdasarkan hasil uji kompetensi guru secara nasional yang dilaksanakan Kemdikbud beberapa tahun belakangan, guru TK-SMA/SMK masih sangat butuh peningkatan di kompetensi pedagogik (kemampuan mengajar) dan profesional (penguasaan materi yang diampunya). Kompetensi terendah justru dimiliki guru SD dan pengawas sekolah.
Dorong kecurangan

Iwan mengatakan, ketentuan publikasi ilmiah sebagai bagian dari pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang sulit ini mendorong kecurangan. Kini, muncul layanan jasa untuk pembuatan karya ilmiah bagi guru yang ingin bisa naik golongan.

Ada juga guru yang tergoda untuk membeli karya tulis karena ada uang dari tunjangan profesi guru.

Retno Listyarti, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia, mengatakan, sulit bagi guru untuk memenuhi ketentuan pemerintah. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya pelatihan menulis publikasi ilmiah yang berkesinambungan bagi guru.

Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia, mengatakan, ada sekitar 800.000 guru yang stagnan di IVA karena tidak bisa membuat karya tulis ilmiah. Di SD, sebanyak 30,4 persen guru terhenti di golongan IVA. Di SMP, guru golongan IVA sebanyak 28,3 persen. Hanya sedikit yang bisa ke golongan IVB ke atas, bahkan tidak ada guru SD dan SMP yang bisa ke IVE. (ELN)

Sumber: Kompas, 6 November 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB