Google Loon Vs Aquila Facebook, Berebut Kekuasaan Internet dari Langit Kita

- Editor

Rabu, 11 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Alphabet baru saja menggandeng beberapa operator telekomunikasi Indonesia untuk rencana riset implementasi penghantaran koneksi internet bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang sebelumnya tidak terjangkau layanan seluler. Melalui nama Project Loon, Google ingin menghantarkan koneksi internet di daerah yang sebelumnya tidak terjamah internet yang umumnya terganjal oleh biaya investasi dari operator telekomunikasi sehingga kerap disebut kurang ekonomis.

Caranya, dengan balon udara yang diterbangkan hingga ketinggian 20 kilometer atau berada di lapisan stratosfer, yang tidak perlu khawatir dengan lalu lalang pesawat udara yang biasa melintas pada ketinggian 9-12 kilometer dari tanah. Balon udara itulah yang menyediakan koneksi long term evolution (LTE) dengan memanfaatkan spektrum yang dimiliki operator telekomunikasi sehingga orang dalam radius 80 kilometer akan bisa menikmati internet.

Lapisan ini memiliki kondisi yang relatif stabil, tidak ditemukan turbulensi, ataupun gangguan akibat cuaca. Bukan hanya satu balon yang bekerja, melainkan ada beberapa balon yang dikonfigurasikan sedemikian rupa. Loon tidak memiliki sistem navigasi untuk balon-balon tersebut dan hanya memanfaatkan angin untuk bergerak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Balon-balon akan bergeser sesuai arah dan aliran angin, tetapi selalu akan ada balon lain yang menggantikan posisi balon tersebut. Balon-balon tersebut bersama-sama akan membentuk jaringan layanan internet dari udara.

loonGOOGLE–Balon dari Project Loon milik Google nantinya akan terbang di lapisan stratosfer.

Sumber daya balon ini berasal dari sinar matahari yang ditangkap oleh panel surya untuk menyuplai tenaga bagi perangkat elektronik seperti antena untuk berkomunikasi sesama balon atau dengan antena di tanah, termasuk mengisi baterai agar bisa beroperasi pada malam hari.

Balon udara ini mampu memberikan kecepatan akses 10 megabit per detik dan diharapkan bisa memberikan akses lebih terjangkau ketimbang membangun infrastruktur seperti menara pemancar di tanah.

Berdasarkan blog resmi mereka, kerja sama Loon bertujuan untuk memberikan akses internet bagi 2 dari 3 warga Indonesia yang belum terhubung dengan internet di 17.000 lebih pulau. Hingga kini penandatanganan naskah kerja sama tersebut baru menyebut soal riset untuk implementasi Loon bagi Indonesia yang dimulai tahun depan dan diperkirakan baru bisa digelar secara komersial dalam waktu 2-3 tahun mendatang.

33fbb56e6e7145109fff78b8ac0234a1INTERNET.ORG/PROJECTS–Gambar purwarupa Aquila, proyek pesawat nirawak atau drone buatan Facebook yang akan menjadi sumber konektivitas internet. Drone ini mengandalkan energi dari tenaga surya.

Manuver tandingan dari Facebook
Bukan Alphabet saja yang punya inisiatif untuk menyediakan koneksi internet dari udara. Facebook yang dikenal sebagai raksasa media sosial juga tengah uji coba teknologi pesawat nirawak atau drone dengan tenaga surya untuk mengarungi stratosfer.

Proyek milik Facebook tersebut diberi nama Aquila. Drone yang diuji coba berupa sebuah pesawat dengan bentang sayap 42 meter dan bobot kurang dari 500 kilogram yang akan terbang pada ketinggian 27 kilometer di atas permukaan tanah pada siang hari dan turun ke ketinggian 18 kilometer pada malam hari untuk menghemat baterai.

Connectivity Lab, sebuah divisi riset yang dimiliki Facebook, juga mempersiapkan teknologi yang lebih ambisius, yakni penggunaan sinar laser untuk menghantarkan data hingga 10 gigabit dalam satu detik, berdasarkan laporan yang dihasilkan dari pengujian salah satu purwarupa. Selama ini data yang dikirimkan menggunakan serat fiber yang dihantarkan menggunakan cahaya, sinar laser akan mengirimkan data di udara. Saat ini teknologi tersebut masih dalam pengujian.

Cara kerja pesawat ini adalah diangkat ke angkasa dengan balon udara karena Aquila tidak memiliki roda untuk lepas landas. Begitu mencapai ketinggian tertentu, Aquila langsung terbang mengikuti rencana yang sudah diprogram sebelumnya. Drone Aquila terbang mengitari radius 3 kilometer secara terus-menerus hingga tiga bulan lantas digantikan pesawat lainnya.

Dalam tulisan di akun Facebook-nya, Mark Zuckerberg selaku CEO Facebook menyebut bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari proyek Internet.org atau komitmen menghadirkan akses internet untuk mereka yang belum terjangkau sebelumnya.

Meski terlihat jauh dari inti bisnisnya, dua proyek, yakni Loon dan Aquila, tersebut merupakan visi masa depan dari perusahaan internet yang ingin melanggengkan bisnis mereka. Semakin banyak orang yang terhubung dengan internet, berarti semakin banyak yang akan mengakses layanan mereka. Masyarakat yang belum tersentuh internet tidak perlu berusaha karena justru akses internetlah yang kini memburu mereka.

Dari ketinggian 20 kilometer, inilah calon-calon penguasa dunia dari langit kita. Jika tak ada kreativitas dan tak ada inisiatif menghadapi persaingan, siap-siap saja menjadi penonton. Sudah pasti, kita semua akan menjadi pasar mereka.

Berdayakah kita? Apa kabar OpenBTS? Ketidakberdayaan kita akan selalu menjadi barang dagangan para korporasi global.

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas Siang | 9 November 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB