Perkumpulan penjelajah goa Acintyacunyata Speleological Club menjadi tim Indonesia pertama yang mencapai dasar Goa Hatusaka di Taman Nasional Manusela, Pulau Seram, Maluku. Goa yang memiliki kedalaman vertikal hingga 424 meter ini merupakan yang terdalam di Indonesia.
“Tim kami berhasil mencapai dasar goa pada 6 Agustus 2018. Selain memutakhirkan data mengenai kedalaman total dan luas ruangan di dasar goa, kami juga melakukan pencatatan tentang flora-fauna dan karakter lain dari Goa Hatusaka,” kata AB Rodhial Falah, anggota tim ekspedisi dari Acintyacunyata Speleological Club (ASC), yang saat dihubungi pada Senin (13/8), masih berada di Pulau Seram.
Selain Rodhial Falah, tim ekspedisi ASC ke Goa Hatusaka terdiri dari Sigit Wicaksono, Adiguna Prasetyo, Andi Situmorang, Arief Wicaksono, Erlangga Esa Laksmana, Andi Setiabudi, dan Ahmad Sya’roni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
DOKUMENTASI TIM ASC/AB RODHIAL FALAH–Tim ASC melakukan orientasi jalur di lorong pertama Goa Hatusaka, Pulau Seram, Maluku.
Dalam ekspedisi Goa Hatusaka kali ini, tim ASC didukung oleh Balai Taman Nasional (BTN) Manusela. “Sejak ditelusuri tim asing dari tahun 1998, belum ada satu pun tim Indonesia yang bisa mencapai dasar Goa Hatusaka. Dengan pencapaian kali ini, setidaknya secara kualitas tim susur goa di Indonesia bisa bersanding dengan tim negara maju,” kata Kepala Balai Taman Nasional Manusela, Ivan Lutfi Noor.
Capaian ini, menurut Ivan, memotivasi BTN Manusela untuk mengembangkan Goa Hatusaka menjadi tujuan ekpedisi bagi kalangan peneliti atau penelusur goa dan wisata minat khusus bagi masyarakat.
Sumber: Tim ASC
Dari pengukuran yang dilakukan, dasar Goa Hatusaka memiliki luas ruangan 90 meter x 62 meter dengan tinggi atap 180 meter. “Berdiri di dasar Goa Hatusaka seperti berdiri di dalam stadion sepakbola dalam keadaan gelap gulita,” kata Ahmad Sya’roni.
Kondisi dasar goa relatif datar, dengan endapan kerikil dan pasir hampir sepertiga luas ruangannya, selebihnya berupa endapan lempung yang mengindikasikan air yang masuk ke dalam gua sempat menggenang sebelum meresap ke dalam tanah.
Rodhial Falah menambahkan, meskipun di atas goa merupakan hutan lebat, namun tidak dijumpai batang-batang pohon besar di dasar goa, hanya serpih-serpih kayu berukuran kecil. Tim menduga batang-batang kayu yang terbawa banjir hancur berkeping-keping menjadi serpihan kecil karena dalamnya dasar goa dan gerak turbulen air yang dahsyat di dasar goa.
“Dasar Hatusaka seperti blender raksasa, apapun yang terbawa masuk ke dasar goa, akan hancur berkeping-keping digilas pusaran air,” ujar Rodhial Falah.
Di dasar goa, tim menemukan sekelompok cacing tanah dan beberapa jenis serangga. Di beberapa spot tim juga menemukan beberapa tumbuhan berdaun hijau setinggi 15 sentimeter, kemungkinan pada saat-saat tertentu cahaya matahari bisa mencapai dasar.
Tim ASC mulai mulai memasang lintasan tali untuk menuruni lubang vertikal pertama sedalam 220 meter pada tanggal 3 Agustus 2018. Belajar dari kegagalan sebelumnya pada tahun 2011, tim ASC merintis jalur baru yang berbeda dengan tim sebelumnya. Menjelang petang di hari pertama, tim perintis jalur mencapai baru mencapai kedalaman 30 meter.
Pada hari kedua (4/8/2018), tim melanjutkan pemasangan jalur lintasan tali menuju teras “Lorong A” di kedalaman 170 meter dan pada hari ketiga (5/8/2018) tim berhasil mencapai teras di bibir lorong vertikal terakhir di kedalaman 240 meter. Hari keempat (6/8/2018), karena pertimbangan cuaca, hanya dua anggota tim yang dikirim mencapai dasar, yaitu Ahmad Sya’roni dan AB Rodhial Falah.?
Tim ketiga
Goa di Kabupaten Maluku Tengah ini pertama kali dipetakan oleh tim ekspedisi internasional, gabungan dari Amerika, Inggris, Perancis dan Australia pada tahun 1996. Namun upaya pertama mencapai dasar goa gagal. Tim gabungan tersebut baru berhasil mencapai dasar gua pada upaya kedua tahun 1998.
DOKUMENTASI TIM ASC/A.B RODHIAL FALAH–Kondisi dasar goa terdalam di Indonesia, Goa Hatusaka yang mencapai kedalaman 424 meter.
Berikutnya pada tahun 2011, ASC melakukan percobaan pertama mencapai dasar Goa Hatusaka melalui kegiatan Ekspedisi Speleologi Seram. Upaya penelusuran ini terhenti di kedalaman 190 meter karena air sungai yang membanjiri lorong goa.
Tim ekpedisi goa dari Italia pada tahun 2016 berhasil mencatatkan diri sebagai tim kedua yang mencapai dasar Goa Hatusaka. Tim yang dipimpin oleh Andrea Benassi ini juga berhasil memetakan satu segmen lorong di Goa Hatusaka. Pada tahun 2017 Mapala Universitas Indonesia melakukan upaya mencapai dasarnya, namun gagal di kedalaman 220 karena banjir memasuki lorong goa.–AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 14 Agustus 2018