Kini, giliran siklon tropis di bagian utara yang terdeteksi. Keberadaan siklon 94W ini berpotensi memberikan pengaruh cuaca buruk di sejumlah wilayah di Indonesia.
—–Bibit siklon 94W berada di posisi 7,1 Lintang Utara dan 139,9 Bujur Timur sekitar 1.010 kilometer sebelah utara timur laut Biak, Papua. Dalam 24 jam ke depan, bibit siklon ini diperkirakan akan menguat menjadi siklon tropis. Sumber: BMKG
Setelah siklon tropis di Samudra Hindia sebelah selatan Indonesia menghilang, giliran perairan utara Indonesia yang bergejolak. Bibit siklon 94W di Samudra Pasifik sebelah utara Papua terus menguat dan diprediksi menjadi siklon tropis. Wilayah Maluku Utara bagian utara diminta mewaspadai potensi hujan lebat secara menerus hingga tiga hari mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Laporan Pusat Peringatan Siklon Tropis Jakarta-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, pada Selasa (13/4/2021), bibit siklon 94W berada di posisi 7,1 Lintang Utara dan 139,9 Bujur Timur sekitar 1.010 kilometer sebelah utara timur laut Biak, Papua.
Bibit siklon ini bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 10 knot atau 18 kilometer (km) per jam, menjauhi wilayah Indonesia. Sedangkan kecepatan angin maksimum mencapai 30 knot atau 55 km per jam.
”Bibit siklon 94W ini berpotensi menguat dan tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan. Namun, pengaruhnya terhadap cuaca Indonesia bersifat tidak langsung karena arah gerak ke barat laut menjauhi wilayah kita,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab.
Menurut BMKG, pengaruh bibit siklon ini bagi Indonesia berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat serta angin kencang di wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat. Sedangkan gelombang dengan tinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan Manokwari, perairan Biak, perairan Jayapura-Sarmi, dan Samudra Pasifik utara Papua Barat. Gelombang dengan tinggi 4-6 meter berpeluang terjadi di Samudra Pasifik utara Papua.
Waspada di Maluku Utara
Pantauan dari tim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), bibit siklon 94W telah terbentuk sejak dua hari lalu. Menurut peneliti Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (Treak) Lapan, Erma Yulihastin, penguatan bibit siklon 94W berdampak pada pembentukan sistem awan konvektif skala meso yang meluas di wilayah perairan Halmahera. Hujan deras secara persisten terutama diprediksi terjadi di sekitar wilayah badai, yaitu di perairan Maluku.
Selain terjadi di laut, berdasarkan pemodelan SADEWA-Lapan, peningkatan hujan signifikan juga terjadi di daratan, utamanya di wilayah Maluku Utara, seperti Tolofu dan sekitarnya. Intensitas hujan sejak Rabu dini hari diprediksi meningkat pada sore-malam hari hingga 15 April 2021.
—Lapan memprediksi hujan lebat secara menerus bisa terjadi di Maluku Utara bagian utara hingga 15 April 2021 Masyarakat diminta mewaspadai dampak banjir, banjir bandang, atau longsor. Sumber: TREAK-PSTA-LAPAN, 2021
Menurut analisis Lapan, peningkatan hujan dan durasi hujan yang persisten selama tiga hari berturut-turut tersebut tak hanya dipengaruhi oleh penguatan bibit siklon 94W, tetapi juga suplai kelembaban yang sangat tinggi dari Samudra Pasifik. Saat ini kelembaban ini terkonsentrasi di bagian barat Pasifik atau perairan timur Indonesia dan memanjang hingga perairan timur Australia.
Berdasarkan data ini, Lapan juga mengimbau agar masyarakat di sepanjang pesisir barat Maluku Utara, terutama yang berlokasi dekat dengan daerah aliran sungai dan daerah pegunungan mewaspadai ancaman bencana banjir, banjir bandang, dan longsor akibat peningkatan hujan yang signifikan dan persisten selama 13-15 April 2021.
Pemda agar waspada
Sementara itu, dalam siaran pers, Selasa, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta 30 kepala daerah di tingkat provinsi untuk mewaspadai potensi bibit siklon tropis 94W. Kewaspadaan tersebut disampaikan melalui surat pada Selasa ini kepada para gubernur. Kewaspadaan menekankan pada peringatan dini dan langkah-langkah kesiapsiagaan.
BNPB merekomendasikan beberapa langkah kesiapsiagaan terhadap peringatan dini ini dari BMKG. Selanjutnya, BNPB berharap pemerintah provinsi untuk menginstruksikan beberapa upaya, pertama, meningkatkan koordinasi dengan BMKG di wilayah terkait dengan perkembangan potensi bibit siklon tropis.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, informasi peringatan dini BMKG dapat digunakan untuk mempercepat penyebarluasan informasi peringatan dini bencana. ”Serta menyusun rencana tindak lanjut dan pengambilan keputusan,” ujar Lilik melalui surat tertulis kepada 30 pemerintah daerah provinsi.
Kedua, pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, dan hujan es. Itu termasuk dampak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.
Terakhir, Lilik meminta koordinasi antardinas terkait dan aparatur untuk kesiapsiagaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing. Upaya ini bertujuan untuk mencegah dampak yang mungkin timbul.
Lilik juga meminta pemerintah daerah untuk selalu siap siaga guna mengevakuasi warga yang tinggal di daerah risiko bencana tinggi, seperti lembah sungai, lereng rawan, ataupun tepi pantai.
”Mengaktifkan tim siaga bencana untuk memantau lingkungan sekitar akan gejala awal terjadinya banjir bandang, longsor, angin kencang ataupun gelombang tinggi,” kata Lilik.
Lebih lanjut, Lilik meminta adanya pemantauan ruang udara dan kondisi bandar udara secara terus-menerus berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Airnav untuk menerbitkan informasi peringatan, berupa Sigmet dan Aerodrome Warning.
Masih terkait kesiapsiagaan, Lilik mengatakan untuk mengaktifkan pusat pengendalian operasi (pusdalops) daerah yang terkoneksi dengan pusat-pusat data, informasi dan komunikasi kelembagaan terkait di pusat dan provinsi, kabupaten, serta kota. Selanjutnya, ia mengingatkan, apabila diperlukan, pemerintah daerah dapat menetapkan status darurat bencana untuk pembentukan pos komando dan aktivasi rencana kontinjensi menjadi rencana operasi.
BNPB menyampaikan pesan peringatan dini dan kesiapsiagaan ke-30 wilayah administrasi setingkat provinsi, antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. (ICH)
Oleh AHMAD ARIF
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 13 April 2021