Gempa berkekuatan M 6,4 yang melanda kota Tainan, Taiwan bagian selatan, Sabtu (6/2) dini hari waktu setempat, merobohkan gedung-gedung tinggi. Gempa itu jadi peringatan bagi kota-kota di Indonesia, termasuk Jakarta, yang berada di kawasan rentan gempa agar memperhatikan konstruksi tahan gempa.
Lebih dari 20 orang tewas, sebagian berada di apartemen 16 lantai di pusat kota yang roboh.
Menurut laporan Indonesia Trade and Economic Office Taipei, ada warga negara Indonesia (WNI) yang termasuk korban tewas, sedangkan 55 orang disebutkan cedera. Kota Tainan dihuni sedikitnya 16.000 WNI yang bekerja di berbagai perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Data dari Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menunjukkan, pusat gempa berada di daratan, sekitar 48 km dari Tainan. Pusat gempa termasuk dangkal, yaitu pada kedalaman 32 km dari permukaan tanah.
Menurut analisis Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, pusat gempa berada pada sesar Lishan. Mekanismenya berupa kombinasi antara sesar mendatar dan sesar naik atau oblique, dengan dominan sesar naik. “Karena sumbernya di darat dan dangkal, efeknya sangat merusak,” ujarnya.
Menurut Daryono, energi gempa tersebut dipicu aktivitas tumbukan lempeng Eurasia dan lempeng laut Filipina. Lempeng Eurasia termasuk stabil, tetapi lempeng laut Filipina sangat aktif, dengan pergerakan hingga 82 milimeter per tahun.
Jadi peringatan
Deputi Kepala BMKG Masturyono mengatakan, kehancuran yang melanda bangunan tinggi di Taiwan harus jadi pelajaran bagi Indonesia, terutama Jakarta yang banyak membangun apartemen tinggi. “Jika tidak diawasi baik kualitas bangunannya, ambruknya apartemen bisa terjadi di Jakarta,” ujarnya.
Jakarta dipetakan sebagai salah satu kawasan rentan gempa. Dalam katalog Wichman, pada 1699 kota Batavia (Jakarta) pernah dilanda gempa besar. Ahli gempa Phil R Cummins dari Australian National University telah memodelkan gempa itu yang magnitudonya bisa lebih dari M 8 (Kompas, 21/10).
“Pembangunan apartemen di Jakarta sangat marak sehingga kota ini semakin rentan bahaya gempa. Bukan hanya dari sumber gempanya, tetapi lebih dari kerentanan obyek yang berpotensi terdampak gempa, yaitu gedung- gedung apartemen yang dihuni 24 jam sehari,” tuturnya.
Ahli gempa Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, mengatakan, untuk gedung-gedung tinggi di Jakarta, terutama yang mengkhawatirkan adalah bangunan lama. Bangunan baru seharusnya mengikuti standar bangunan tahan gempa.
Bukan hanya bangunan tinggi, yang juga perlu dikhawatirkan adalah maraknya pembangunan infrastruktur, termasuk kereta bawah tanah di Jakarta dan kereta cepat Jakarta-Bandung. BMKG memperingatkan agar pembangunan infrastruktur, terutama kereta cepat Jakarta-Bandung, memperhitungkan mitigasi gempa. (AFP/ANTARA/AIK)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Gempa Taiwan Peringatan bagi Jakarta”.