Gempa M 6,3 di Laut Jawa Disebabkan Aktivitas Subduksi

- Editor

Jumat, 7 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gempa bumi berkekuatan M 6,3 terjadi di Laut Jawa, Kamis (6/2/2020). Pusat gempa diperkirakan pada kedalaman 641 kilometer sehingga memiliki spektrum guncangan luas.

Gempa bumi berkekuatan M 6,3 yang terjadi di Laut Jawa, Kamis (6/2/2020) pukul 01.12, berpusat sekitar 76 kilometer arah timur laut Kota Bangkalan, Jawa Timur. Pusat gempa diperkirakan pada kedalaman 641 kilometer sehingga memiliki spektrum guncangan luas. Meski demikian, gempa ini tidak memicu tsunami dan diperkirakan tidak berdampak signifikan.

Sumber: BMKG

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), guncangan gempa ini dirasakan di daerah Bangkalan, Trenggalek, Pacitan, Yogyakarta, Kebumen, Cilacap, Pangandaran, Kuta, dan Kuta Selatan dengan kekuatan II-III MMI. Skala itu setara dengan getaran seakan ada truk besar berlalu di depan rumah.

”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dalam akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, di Jakarta.

Ciri lain gempa ini dipicu aktivitas subduksi atau penunjaman lempeng adalah mekanisme pergerakannya turun. Gempa dengan mekanisme ini jika terjadi di laut dengan kekuatan besar dan dangkal, umumnya memicu tsunami, seperti terjadi di Aceh pada 2004. ”Pemodelan kami, gempa kali ini tidak memicu tsunami,” kata Rahmat.

Peneliti tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, menyebutkan, gempa kali ini jika dihitung geometrik patahannya mencapai 15 kali 10 kilometer dengan dislokasi 30-50 sentimeter. Dengan patahan sebesar ini, energinya setara dua kali bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, pada 1945.

Menukik dalam
Pulau Jawa dan Sumatera berada di tepian lempeng Eurasia yang secara menerus ditekan lempeng Indo-Australia dari selatan. Zona pertemuan dua lempeng besar itu berada di bawah Samudra Hindia yang memanjang sehingga kerap memicu terjadinya gempa besar disusul tsunami, misalnya gempa Aceh pada 2004 dan Pangandaran tahun 2006.

–Lokasi dan mekanisme gempa Laut Jawa menurut USGS.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, zona tektonik Laut Jawa, lempeng Indo-Australia, ini menunjam dengan lereng yang menukik curam ke bawah lempeng Eurasia hingga di kedalaman sekitar 625 kilometer. ”Gempa Laut Jawa ini dipengaruhi gaya tarikan slab (lengan) lempeng ke arah bawah (slab-pull) sehingga mekanismenya sesar turun,” katanya.

Dalam peristiwa itu, gaya tarikan lempeng ke bawah lebih dominan. Dominasi gaya tarik lempeng ke bawah itu memicu terjadinya gempa dengan pusat dalam di Laut Jawa pada Kamis dini hari. Karena pusatnya dalam, sebaran getarannya luas sehingga dirasakan di banyak daerah tetapi tak kuat. ”Kemungkinan tidak menimbulkan kerusakan karena skala getarannya hanya II-III MMI,” ujarnya.

Di wilayah Indonesia, gempa dengan hiposenter dalam banyak terjadi di Laut Jawa dan Laut Flores. Pihak BMKG mencatat, sejak 2016, di wilayah tersebut paling tidak sudah terjadi lebih dari tujuh kali gempa dalam yang dipicu aktivitas serupa.

Beberapa di antaranya gempa M 6,1 tanggal 24 Agustus 2016 berpusat di Laut Flores pada kedalaman 537 kilometer. Gempa M 6,3 pada 19 Oktober 2016 berpusat di Laut Jawa pada kedalaman 615 kilometer. Berikutnya gempa M 6,1 pada 5 Desember 2016 berpusat di Laut Flores pada kedalaman 517 kilometer.

Pada 24 Oktober 2017 juga terjadi gempa M 6,4 berpusat di Laut Flores-Banda pada kedalaman 557 kilometer. Pada 23 Juni 2018 terjadi gempa M 5,3 berpusat di Laut Jawa pada kedalaman 662 kilometer. Kemudian pada 7 April 2019 terjadi gempa M 6,3 berpusat di Laut Flores-Banda pada kedalaman 545 kilometer dan pada 19 Oktober 2019 terjadi gempa M 6,1 berpusat di Laut Jawa pada kedalaman 623 kilometer.

Oleh AHMAD ARIF

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 6 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB