Penyebaran Virus Perlu Diantisipasi
Ancaman penularan virus flu burung pada manusia terbuka lebar sepanjang virus itu masih ada pada unggas karena eratnya kontak manusia dengan unggas. Karena itu, upaya kesehatan pada manusia perlu disertai surveilans pada unggas untuk mencegah penularan virus itu.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Sigit Priohutomo, Minggu (29/3), di Jakarta, mengatakan, munculnya kasus flu burung yang mengakibatkan dua penderita meninggal dunia pekan lalu menunjukkan penyakit itu masih menjadi ancaman.
Agar penularan pada manusia tak terjadi, sumber penyakitnya seharusnya dilacak. Beberapa kasus flu burung di Tangerang, Banten, disebabkan, antara lain, sanitasi lingkungan buruk. “Kalau unggas yang diduga kena flu burung dan pernah kontak dengan pasien sudah mati, sulit memastikan unggas itu positif flu burung,” kata Sigit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Upaya yang dilakukan tenaga kesehatan dalam mendeteksi flu burung adalah memeriksa pasien yang masuk ke fasilitas kesehatan dan menunjukkan gejala flu burung. Sampel dari pasien itu diperiksa di laboratorium dan pasien terduga dikarantina. Adapun surveilans penyakit pada unggas bukan wewenang Kemenkes.
Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga, Surabaya, Chairul Anwar Nidom menambahkan, surveilans pada unggas perlu terus dilakukan. Selain untuk memetakan penyakit pada unggas, hal itu juga untuk mengantisipasi berpindahnya penyakit hewan ke manusia.
Jika surveilans pada unggas dilakukan di semua tempat, tentu faktor risiko penyakit bersumber binatang bisa dihindari. “Surveilans mandek. Kalau dilakukan, tentu adanya virus H5N1 pada kucing seperti yang kami temukan di salah satu pasar di Jakarta bisa diketahui,” kata Nidom.
Sampel negatif
Kemarin, hasil pemeriksaan sampel E, istri TS, dan D, kakak TS, di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes menunjukkan keduanya negatif flu burung. Pemeriksaan sampel E dilakukan hingga tiga kali untuk memastikan pasien itu tak terinfeksi flu burung.
Kamis (26/3), E sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (bukan E dan seorang anaknya seperti diberitakan Kompas, 28/3/2015). Kondisi E terus membaik. Sementara TS (bukan N sebagaimana diberitakan sebelumnya) dan anaknya, M (2), meninggal dunia karena terinfeksi virus itu pekan lalu.
Kepala Balitbangkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pemeriksaan sampel hingga tiga kali tak berarti dengan sekali pemeriksaan hasilnya belum meyakinkan. Andai hasil pemeriksaan laboratorium adalah positif flu burung, maka satu kali saja pemeriksaan sudah meyakinkan. Hasil polymerase chain reaction (PCR) juga pasti positif dan pasiennya sakit karena ada virus H5N1 dalam tubuhnya. Jika hasilnya negatif, sebaiknya diulang untuk mengantisipasi kemungkinan pengambilan sampel yang belum representatif.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Banten berusaha mengantisipasi meluasnya penyebaran flu burung di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Itu dilakukan dengan menerjunkan petugas ke lapangan, memberi obat tamiflu, dan mengumpulkan data. Masyarakat diminta melapor jika menemukan kematian unggas secara mendadak dan menjaga kebersihan lingkungan.
Kepala Dinas Kesehatan Banten Sigit Wardjojo, di Serang, Banten, akhir pekan lalu, mengatakan, pihaknya langsung menerjunkan dua petugas untuk memastikan penyebab korban meninggal begitu mendapat informasi tentang kasus flu burung di Kota Tangerang.
Mereka bersama tim Kemenkes dan Dinkes Kota Tangerang juga mengumpulkan data di lapangan. Masker serta tamiflu telah diberikan kepada mereka yang kontak dengan korban dan warga setempat. Tamiflu juga diberikan kepada para karyawan di tempat kerja yang sama dengan korban.
Sigit menjelaskan, pada 2005- 2012, ada 32 kasus flu burung di Banten dan 29 pasien di antaranya meninggal. Pada 2013-2014 tidak ada kasus flu burung. Sementara Sekretaris Daerah Banten Kurdi Matin meminta agar masyarakat yang tinggal di dekat rumah pasien flu burung dan peternakan waspada pada penularan virus itu. (ADH/BAY)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Maret 2015, di halaman 13 dengan judul “Flu Burung Masih Mengancam”.