Proses pendekatan alias ”pedekate” dalam menjalin hubungan asmara takkan lagi sama. Facebook, salah satu layanan jejaring sosial raksasa, tahun 2018 meluncurkan Facebook Dating. Memanfaatkan mahadata yang telah dikumpulkannya, Facebook Dating mempermudah siapa pun mencari pasangan hidupnya.
Sebelum Facebook Dating, telah ada hinge.co, Tinder, maupun aplikasi pembina hubungan lainnya. Facebook Dating bahkan sebenarnya telat selama beberapa tahun. Apa modal dasar Facebook Dating? Sebanyak 1,56 miliar pengguna Facebook per hari (Maret 2019), dan 2,38 miliar pengguna Facebook per bulan (31 Maret 2019). Apa kelebihan Facebook Dating? Pertama-tama, pengguna Facebook tak perlu mengunduh aplikasi baru lainnya. Kini, orang makin selektif mengunduh aplikasi karena makin banyak yang akhirnya tidak digunakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/HARYO DAMARDONO–Taman di Gedung MPK 21 Facebook di Menlo Park, California, Kamis (13/6/2019). Taman ini juga digunakan untuk bekerja dengan akses Wi-fi kuat
Dari Facebook hanya diekspor usia dan nama panggilan, selebihnya pengguna Facebook Dating harus mengisi manual sejumlah hal. Seperti lokasi domisili, jenis kelamin, hingga jenis kelamin orang yang diminati. Tentu, jangan sampai salah jenis kelamin sehingga takkan pernah berjodoh.
Ada pula hal-hal personal, seperti pekerjaan, tempat di mana sekolah, punya anak atau tidak, tinggi badan, hingga agama. Pertanyaan personal itu yang akan mempersempit kategori pencarian.
Dengan keterbukaan data dipertajam oleh algoritma, pencarian pasangan hidup barangkali tidak lagi buang-buang waktu. Tidak perlu lagi tanya-tanya hal pribadi, apalagi pertanyaan sederhana, ”Sudah punya pacar belum?”
Bahkan, pencarian jodoh dapat didetailkan lagi hanya terbatas pada orang-orang yang menghadiri konser musik tertentu, katakanlah konser musik rock. Artinya, mereka yang saling kontak di Facebook Dating sungguh mereka yang telah klop sebelumnya, setidaknya berdasarkan data.
Masalahnya, dengan kesesuaian data awal seperti itu, maka cinta-cinta tak bersyarat sebagaimana dulu kita dengar menjadi tidak lagi relevan. Walau harus diukur pula, apa benar keberadaan aplikasi kencan menurunkan angka jomblo maupun angka perceraian yang biasanya berekses pada biaya perceraian yang tidak murah?
Kemampuan Facebook untuk meraup, menyimpan, mengolah, dan memanfaatkan mahadata juga digunakan untuk menghidupi layanan Facebook Ads atau Facebook Iklan. Layanan ini mengubah total peta periklanan dunia meski beberapa platform tradisional tetap dipertahankan karena tidak semua target iklan beralih ke digital.
Di atas kertas, berkat mahadata yang dimilikinya, Facebook mengaku dapat menghubungkan pengiklan dengan konsumen. ”Yang kami coba lakukan adalah menemukan orang yang tepat dengan iklan yang tepat di posisi yang tepat. Kami juga memastikan iklan itu dikirimkan ke konsumen yang tepat,” ujar Director of Product Management, Small and Medium Business Growth Facebook Nikila Srinivasan, Rabu (12/6/2019).
Persoalannya, sebagaimana sering dikeluhkan, definisi tepat bagi Facebook terkadang terasa menakutkan bagi sebagian orang. Sering terjadi, seseorang sekadar melihat-lihat produk sepatu lari, misalnya, dan dalam hitungan menit, dia telah terpapar iklan sepatu.
Kehadiran iklan hingga ruang-ruang privat berkat perantaraan Facebook melalui telepon-telepon pintar juga dikhawatirkan akan memperdalam konsumerisme warga dunia. Namun, Nikila lempeng mengatakan, silakan meluangkan waktu untuk memberikan umpan balik atau laporan di sisi kanan dari iklan itu.
Menumbuhkan UKM
Ditekankan oleh Nikila, kehadiran Facebook Ads mampu menumbuhkan UKM. Sebelumnya, UKM sulit beriklan di media konvensional karena tarifnya yang begitu mahal. Teknologi yang akhirnya mampu menciptakan kanal yang murah bagi pengiklan. Nikila, yang aslinya dari India, juga mengaku senang melihat UKM dari negara-negara berkembang dikenal di belahan dunia lainnya. ”Cincin saya ini dari Bali,” kata Nikila.
Nikila dan Facebook pun terus berjuang untuk mengoneksikan lebih dari 2 miliar penggunanya dengan 90 juta pebisnis dalam ekosistem Facebook. Facebook tidak sekadar memperbolehkan iklan berseliweran di platformnya, tetapi juga mendirikan Facebook Marketplace.
KOMPAS/HARYO DAMARDONO–Suasana kerja di Gedung MPK 21 Facebook di Menlo Park, California, Rabu (12/6/2019). Pegawai Facebook bekerja di ruang yang terbuka tanpa sekat-sekat.
Di Indonesia, Facebook Marketplace telah ada sejak Maret 2018. Facebook Marketplace ini menjadi kanal resmi untuk berjualan setelah sebelumnya ibu-ibu lebih banyak berjualan di berbagai grup FB yang tadinya lebih kental fungsi sosialnya.
Facebook, pada International Press Day pada Juni 2019 lalu, memang lebih banyak memperkenalkan grup-grup dengan dampak sosialnya. Di Brasil, misalnya, para perempuan yang dipecat dari tempat kerjanya karena hamil saling menguatkan. Di Australia, Kerry Kang mendirikan grup Subtle Asian Traits supaya anak-anak milenial keturunan Asia dapat berbagi pengalaman hidup dengan konten-konten berbau humor.
Walau FB terus menyempurnakan niatnya untuk mengoneksikan umat manusia, tak terelakkan ada hal-hal yang masih dipertanyakan. Hal itu antara lain soal ketagihan media sosial yang memengaruhi kesehatan mental dan perpajakan.
Banyak negara juga menginginkan setoran pajak dari perusahaan digital seperti FB yang telah beroperasi dan meraup pendapatan. Reformasi regulasi pajak pun kini dikerjakan.
Terkait penyusunan regulasi pajak digital itu, Direktur Perpajakan Internasional Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Poltak Maruli John Liberty Hutagaol menjelaskan, pemerintah mempertimbangkan berbagai aspek.
”Ekonomi digital tidak hanya tentang perusahaan digital raksasa lintas negara, tetapi juga pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Pungutan pajak jangan sampai mengganggu iklim usaha dan merugikan konsumen,” katanya (Kompas, Selasa, 9 Juli 2019).
Mempermudah hidup
Di tengah belitan ancaman dekapan regulasi, Facebook terus bergerak untuk mewujudkan misinya mendekatkan dan mempermudah hidup warga dunia satu sama lain. Ketika terdeteksi kebutuhan transaksi dari pengguna Facebook, kini dimatangkan mata uang digital dengan teknologi rantai blok (blockchain). Mata uang itu disebut libra. Transaksi pun dijanjikan secepat percakapan di Whatsapp.
Jika tidak ada persoalan, libra mulai dapat digunakan tahun 2020. Nama-nama besar sudah ada di belakang Asosiasi Libra, seperti Kiva, PayPal, Uber, Lyft, Mastercard, dan Visa. Libra menjanjikan perubahan radikal dalam sistem pembayaran yang menghilangkan jasa pihak ketiga dengan pungutan jasa perantaranya. Transaksi dalam nominal kecil juga dimungkinkan, misalnya patungan saat makan siang bersama dengan transfer Libra di grup Whatsapp.
Dengan Libra, Facebook seolah menegaskan kehadirannya sebagai konektor dari penghuni Bumi. Facebook juga meneruskan tradisi inovasinya demi mempermudah hidup manusia. Inovasi Facebook mampu dilahirkan berkat data kita semua yang dibaca, dianalisis, kemudian dijadikan tambang oleh Facebook. Facebook pun akhirnya makin mencengkram dunia.–HARYO DAMARDONO
Sumber: Kompas, 9 Agustus 2019