Sekitar empat tahun sesudah erupsi besar tahun 2010, ekosistem di Gunung Merapi mulai pulih. Ini antara lain terlihat dari tumbuhnya kembali vegetasi dan munculnya sejumlah jenis satwa di Taman Nasional Gunung Merapi yang hilang setelah erupsi.
”Salah satu faktor yang menyebabkan cepatnya pemulihan itu adalah partisipasi berbagai elemen masyarakat untuk menanam kembali vegetasi di Merapi,” kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Edy Sutiyarto, Rabu (21/1), di Yogyakarta.
Dari total wilayah TNGM seluas 6.410 hektar, ekosistem yang rusak akibat erupsi pada Oktober 2010 mencapai 2.400 hektar. Edy mengatakan, pemulihan ekosistem yang rusak berlangsung dengan dua cara, yakni secara alami dan melalui intervensi manusia. Pemulihan melalui intervensi manusia antara lain dilakukan dengan menanam kembali aneka jenis pohon di kawasan Merapi.
”Kami menargetkan penanaman pohon di areal seluas 1.000 hektar. Saat ini, area yang sudah selesai ditanami kembali sekitar 700 hektar,” ujar Edy. Selain oleh Balai TNGM, penanaman aneka jenis pohon di Merapi juga dilakukan sejumlah kelompok masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
[media-credit id=1 align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]
Staf Bagian Konservasi Balai TNGM Asep Nia Kurnia mengatakan, jenis pohon yang ditanam kembali di kawasan Merapi adalah vegetasi yang merupakan tanaman endemis atau asli wilayah itu, misalnya puspa, tesek, dan rasamala. ”Yang ditanam memang harus tanaman endemis agar keseimbangan ekosistem di Merapi bisa tetap terjaga,” katanya.
Satwa
Selain tumbuhnya vegetasi, kata Asep, pemulihan kembali ekosistem Merapi juga ditandai dengan munculnya berbagai jenis satwa di wilayah itu. ”Ini karena satwa hanya akan muncul di suatu kawasan dengan ekosistem yang menyediakan makanan dan kebutuhan lainnya untuk bertahan hidup,” ujarnya.
Asep menuturkan, salah satu satwa yang jumlahnya terus bertambah di kawasan TNGM adalah burung. Menurut dia, sebelum erupsi pada 2010, ada 154 jenis burung di kawasan TNGM. Namun, beberapa saat sesudah erupsi, burung yang masih bertahan hanya 97 jenis.
”Sekarang, berdasarkan pengamatan kami sudah ada 140 jenis burung di Merapi, tak beda jauh dengan jumlah burung sebelum erupsi,” katanya.
Salah satu jenis burung yang kembali teramati berada di Merapi adalah elang jawa (Nisaetus bartelsi). Pada Desember 2014, kata Asep, petugas Balai TNGM berhasil memotret seekor elang jawa di kawasan Merapi di Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kemunculan satwa itu menunjukkan adanya perbaikan ekosistem yang signifikan karena satwa itu sangat selektif memilih tempat tinggal.
”Elang jawa tak akan tinggal di ekosistem yang buruk. Kemunculan elang jawa di wilayah Kemalang juga menarik karena Kemalang adalah kawasan yang terdampak langsung saat erupsi tahun 2010,” kata Asep.
Dia menambahkan, untuk mempercepat pemulihan ekosistem Merapi, Balai TNGM memutuskan menutup jalur pendakian ke gunung itu pada 16 Januari hingga 15 Maret 2015. Selama masa penutupan jalur pendakian tersebut, Balai TNGM akan menanam vegetasi di Merapi dan membenahi jalur pendakian. (HRS)
Sumber: Kompas, 22 Januari 2015