Ekosistem ekonomi digital Indonesia semakin matang seiring pesatnya pertumbuhan industri digital Tanah Air. Investor global juga terus berlomba-lomba menyuntikkan dana segar ke perusahaan rintisan Indonesia meskipun perekonomian dunia tengah bergejolak.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Tech in Asia Conference dilaksanakan di Jakarta pada 8-9 Oktober 2019.
”Pendanaan ekonomi digital akan tetap sehat terlepas dari tantangan ekonomi global. Pendanaan tersebut berlaku dari investor kepada perusahaan rintisan (start up) hingga perusahaan unikorn atau yang nilai valuasinya lebih dari 1 miliar dollar AS,” kata Joint Head Investment Group Temasek Rohit Sipahimalani dalam acara Tech in Asia Conference 2019 di Jakarta, Selasa (8/10/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Joint Head Investment Group Temasek Rohit Sipahimalani di Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Menurut dia, ada 24 miliar dollar AS yang diinvestasikan pada 11 unikorn di Asia Tenggara, lima di antaranya dari Indonesia, yakni Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, dan OVO.
Di kesempatan yang sama, Chief Executive Officer dan pendiri Bukalapak Achmad Zaky mendorong masyarakat yang memiliki ide bisnis untuk segera mewujudkannya. Menurut dia, eksekusi ide adalah hal terpenting dalam memulai sebuah bisnis. Konsistensi, kegigihan, dan keberanian mengambil risiko juga harus dimiliki ketika bisnis telah dimulai.
Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi Kementerian Keuangan Sudarto mengatakan, pemerintah akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membangun ekosistem ekonomi digital. Dukungan pemerintah mencakup, antara lain, akses terhadap teknologi, pembentukan SDM berkualitas, dan pemberian modal terhadap usaha rintisan.
Indonesia memimpin
Pertumbuhan ekonomi internet Asia Tenggara yang mencapai 100 miliar dollar AS pada 2019 menumbuhkan optimisme pelaku ekonomi digital. Mereka pun didorong untuk memanfaatkan momen ini dan mengembangkan usaha rintisannya.
Menurut Laporan e-Conomy SEA 2019 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, angka tersebut tiga kali lebih besar dibandingkan laporan 2014. Pada 2025, nilai ekonomi internet Asia Tenggara diprediksi 300 miliar dollar AS.
Adapun lima sektor utama dalam menghitung ekonomi internet adalah perjalanan daring (online travel), media daring (online media), transportasi daring (ride hailing), e-dagang (e-commerce), dan layanan keuangan digital (digital financial services).
”Perusahaan teknologi turut berkembang. Pendiri dan inovator terdahulu kita telah membuat ekosistem (ekonomi digital) yang kolaboratif, fokus pada pertumbuhan berkelanjutan, dan digerakkan oleh misi. Walaupun ada kekhawatiran dengan prediksi ekonomi global tahun depan, kami yakin karena ekosistem sudah terbangun,” kata Chief Operating Officer Tech in Asia Maria Li.
Ada lima sektor utama ekonomi digital, yaitu perjalanan daring, media daring, transportasi daring, e-dagang, dan layanan keuangan digital.
Laporan yang sama menyatakan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi digital tercepat di Asia Tenggara dengan persentase 49 persen. Nilai ekonominya 40 miliar dollar AS pada 2019 dan diprediksi mencapai 133 miliar dollar AS pada 2025.
Managing Director PT Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan, e-dagang menjadi faktor signifikan dalam pertumbuhan ekonomi digital. Sejumlah inovasi e-dagang membuat transaksi semakin tinggi, misalnya festival daring dan hiburan belanja.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Managing Director PT Google Indonesia Randy Jusuf di Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Pada 2015, ada 49 juta orang yang membeli atau menjual barang secara daring. Angka itu meningkat menjadi 150 juta orang pada 2019 (Kompas, 5/10/2019).
”Internet pun mengubah Asia Tenggara. Sekitar satu dekade lalu, empat dari lima orang tidak memiliki sambungan internet dan konektivitasnya terbatas. Sekarang ada 360 juta pengguna internet dan 90 persen terkoneksi internet melalui ponsel mereka,” Randy.–SEKAR GANDHAWANGI
Editor M FAJAR MARTA
Sumber: Kompas, 8 Oktober 2019