Konsumsi energi secara efisien bisa memperpanjang usia pemanfaatan sumber energi yang ada saat ini sehingga manusia tetap menikmati energi pada masa depan. Dengan berperilaku hemat energi, setiap rumah tangga bisa turut menekan konsumsi energi hingga 35 persen.
Koordinator Komponen Pendukung Kebijakan Regional SWITCH-Asia sekaligus perwakilan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa Sabin Basnyat menyampaikan hal itu menjelang konferensi “Advancing Energy Efficiency in Asia through SCP and Green Finance”, Selasa (7/7), di Jakarta. “Anda bisa mulai dengan mematikan lampu setiap meninggalkan ruangan,” ucapnya.
Publik juga bisa berperan dengan selalu membeli produk hemat energi, apalagi produk itu makin murah. Contohnya, lampu LED yang amat hemat energi saat ini seharga sekitar 2 dollar AS, padahal lima tahun lalu bisa mencapai 60 dollar AS. Contoh lain, memastikan suhu pada pengondisi udara (AC) tidak mencapai level terdingin, tetapi cukup pada tingkat moderat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Basnyat menambahkan, kegiatan-kegiatan itu amat murah, tetapi efektif menurunkan penggunaan energi di rumah tangga hingga 35 persen. Kuncinya bukan tidak memakai energi, melainkan lebih hemat energi.
Gaya hidup hemat energi yang meluas meningkatkan permintaan produk hemat energi sehingga akan memacu industri untuk memperbanyak produk itu. Dampaknya, bisa ikut meningkatkan efisiensi konsumsi energi nasional.
Menurut Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Farida Zed, pengalaman sejumlah negara menunjukkan, program efisiensi energi menekan konsumsi energi nasional 15-40 persen. “Untuk Indonesia, kami berharap pada 2020 bisa hemat energi 10 persen,” ucapnya. (JOG)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Juli 2015, di halaman 13 dengan judul “Perubahan Gaya Hidup Tekan Konsumsi”.