Konsumen Punya Banyak Pilihan
Pemain perdagangan elektronik (e-dagang) terus bermunculan. Pelaku perdagangan konvensional pun masuk ke bisnis ini. Produk yang ditawarkan kian beragam seiring meningkatnya kebutuhan dan gaya hidup yang dipadukan layanan pengiriman cepat dan murah.
Di sektor ritel, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau Alfamart, agresif menggerakkan Alfaonline. Chief of e-Commerce PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Haryo Suryo Putro kepada Kompas, Kamis (26/2), di Jakarta, mengatakan, bisnis Alfaonline sudah berjalan dua tahun, tetapi masih terpusat di Jawa. Pada 2015, akan diperluas ke luar Jawa.
Seluruh barang yang dijual di laman Alfaonline serupa dengan yang dijual di minimarket dalam jaringan Alfamart. Sekitar 80 persen konsumen minimarket Alfamart memanfaatkan laman tersebut untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari. Konsumen yang berbelanja minimal Rp 100.000 bisa memilih menerima barang di alamat tertentu atau mengambil di gerai Alfamart terdekat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Minimarket konvensional kami lebih dari 10.000 gerai di seluruh Indonesia yang membantu melayani konsumen dalam jaringan dalam pengambilan produk. Kami akan membangun lebih banyak gerai supaya memudahkan konsumen berbelanja daring,” ujar Haryo. Dalam dua tahun, pertumbuhan bisnis layanan daring Alfamart sudah 5-10 kali lipat.
Di sektor logistik, PT Pos Indonesia (Persero) melalui layanan GaleriPos kian serius menekuni bisnis laman pemasaran (marketplace).
Kepala Proyek e-Commerce Pos Indonesia Kemas Syafta Wijaya menuturkan, GaleriPos yang berdiri sejak 2013 telah memfasilitasi 100 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan menawarkan 1.500 produk. Laba yang dibukukan pada 2014 lebih dari Rp 4 miliar.
GaleriPos juga berdampak positif terhadap sektor bisnis logistik Pos Indonesia. Pada 2014, nilai pengiriman barang GaleriPos mencapai Rp 400 juta.
”Kami terus memperbaiki layanan dengan mengajak 1.200 pelaku UMKM pada 2015. Selain mengenalkan produk asli Indonesia, kami ingin menjadi pemain e-dagang yang turut mendukung industri dalam negeri,” kata Kemas.
Konsumen untung
Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Satria Hamid mengatakan, sekitar delapan dari 112 anggota asosiasi di tingkat pusat bermain di ritel elektronik.
”Fenomena ritel konvensional bermain ke e-dagang dipelopori ritel berjejaring nasional yang kuat dalam distribusi dan logistik,” ujar Satria.
Sebaliknya, pemain ritel e-dagang baru terus bermunculan. Mereka, kata Satria, mendirikan gerai untuk mendekatkan pasar dan membina hubungan emosional dengan konsumen.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi B Sukamdani, fenomena ini menguntungkan konsumen karena semakin banyak pilihan berbelanja daring.
”Pertumbuhan e-dagang tidak lepas dari tingginya penetrasi pengguna internet di Indonesia yang mengarah ke gaya hidup digital. Saya yakin toko elektronik saling melengkapi dengan yang konvensional,” ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia Daniel Tumiwa mengatakan, internet menawarkan kemudahan yang membuat pemain ritel konvensional masuk ke bisnis daring. ”Daring merupakan kanal distribusi termurah, tidak terbatas waktu, dan ruang,” katanya.
Menurut Daniel, pemain ritel konvensional telah mempersiapkan diri sejak dua tahun lalu sebelum masuk ke bisnis daring. Ke depan, diperkirakan pemain ritel lainnya akan menyusul.
Marketing Communication Manager Blibli.com Lani Rahayu mengatakan, semakin banyaknya pelaku e-dagang menandakan peluang bisnis e-dagang menjanjikan. (MED/NAD)
Sumber: Kompas, 27 Februari 2015
Posted from WordPress for Android