Sejumlah perusahaan energi dan perbankan menilai, konferensi International Student Energy Summit 2015, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, bisa menjadi momentum ketersediaan sumber daya manusia di bidang energi terbarukan. Mereka mendukung penuh pemuda Indonesia sebagai peserta dan Institut Teknologi Bandung sebagai penyelenggara forum yang dihadiri sekitar 600 mahasiswa dari 101 negara itu.
Forum global keempat tersebut membicarakan masa depan energi dan sumber daya berkelanjutan serta perkembangan teknologi. “Indonesia punya perguruan tinggi andal dan mahasiswa yang bisa diandalkan. Namun, kami masih mengharapkan semangat penuh untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang energi. Kami butuh ahli-ahli, terutama di bidang energi terbarukan dari Indonesia,” kata Senior Advisor Human Resources Star Energy PM Susbandono, di konferensi ISES, Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Kamis (11/6).
Pihaknya sempat kesulitan menemukan ahli energi terbarukan dari Indonesia, bahkan mencari hingga Selandia Baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal sama dikatakan President Commissioner PT Chevron Pacific Indonesia Hamid Batubara, President Director Clean Power Indonesia Jaya Wahono, dan Rohan Hafas dari Group Head Corporate Secretary Bank Mandiri. Mereka sepakat, Indonesia kaya energi, tetapi belum memanfaatkan maksimal karena minim penelitian, teknologi, hingga perhatian pemerintah.
Hamid Batubara menambahkan, investasi energi memang mahal. Namun, investasi mahal itu bisa menghasilkan energi hemat dan lebih baik daripada pembangkit listrik tenaga diesel atau batubara. “Sulit pula menemukan calon investor yang bisa menanamkan uangnya di sektor ini dengan besar,” katanya.
Jaya mengatakan, pihaknya berupaya memaksimalkan pemakaian energi terbarukan biomassa. Sejak 2013, produksi listrik yang dihasilkan sampah bambu di Kabupaten Bangli belum maksimal, masih 400 kilowatt.
“Investasi kami pada biomassa di Bangli sekitar Rp 15 miliar untuk 400 kilowatt itu. Kami masih mengupayakan bisa mencapai 1 megawatt dengan Rp 30 miliar. Ini salah satu upaya kami memberikan alternatif energi kepada dunia,” katanya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Rabu malam lalu, menyatakan, investasi pada teknologi untuk pemanfaatan energi yang bersumber dari fosil, seperti minyak dan gas bumi, masih lebih banyak ketimbang teknologi untuk pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan, seperti energi dari surya, angin, dan air.
Tantangan lain adalah bagaimana menggunakan energi secara hemat dan efisien. Pada salah satu diskusi, disinggung bagaimana penduduk dunia masih memiliki perilaku boros dalam penggunaan listrik atau energi.
Oleh karena itu, perlu keterlibatan para pihak agar saling mengingatkan dan menularkan bahwa budaya hemat energi sangat penting. (AYS)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Juni 2015, di halaman 13 dengan judul “Dunia Usaha Butuhkan SDM Energi Terbarukan”.