Hari masih siang, matahari sedang terik, sebuah mobil listrik kecil berwarna hijau terang melaju dari Depok, mendadak mogok di Jalan MH Thamrin. Itulah kali pertama Dahlan Iskan menjajal mobil listrik buatan anak negeri pada 16 Juli 2012. Mobil buatan Dasep Ahmadi itu adalah mobil listrik pertama Dahlan.
Semasa menjabat sebagai Menteri BUMN di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dahlan sangat getol mendorong pengembangan mobil listrik. Tak main-main, Dahlan memanggil pulang Ricky Elson, pria asal Padang yang berhasil mematenkan 14 penemuan di bidang motor listrik di Jepang.
Dahlan pun berani mengeluarkan uang miliaran rupiah dari koceknya sendiri untuk mendukung proyek mobil listrik. Misalnya untuk pengembangan mobil sport mirip Lamborghini bernama Selo buatan Ricky, Dahlan mengeluarkan dana Rp 1,5 miliar. Tucuxi karya Danet Suryatama, mobil sport mirip Ferrari, yang menghabiskan dana Rp 3 miliar juga dibiayai oleh Dahlan sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Uji coba mobil listrik kerap dilakukan sendiri oleh Dahlan, ia sendiri yang menjadi pengendaranya. Memang uji coba tak selalu mulus, tapi itu tak membuat Dahlan kapok. Mobil listrik pertamanya yang diberi nama Ahmadi mogok di Jalan MH Thamrin karena baterainya ternyata belum terisi penuh saat berangkat dari Depok.
Yang cukup menghebohkan adalah Tucuxi yang menabrak tebing di Magetan saat diuji coba, beruntung Dahlan masih selamat dalam kecelakaan pada 13 Januari 2013 itu.
Sayangnya, pengembangan mobil listrik yang digagas Dahlan tak mendapat dukungan besar dari instansi-instansi terkait lainnya. Dahlan sendiri sering mengeluhkan hal ini. Misalnya saat sertifikasi untuk mobil listrik Selo dan Gendhis buatan Ricky dan Dasep tak kunjung diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Pengembangan mobil listrik makin tak jelas ketika rezim berganti. Bukan hanya disetop, Dahlan dan pembuat mobil listriknya dituding merugikan negara dalam pengadaan mobil listrik untuk gelaran APEC di Bali tahun 2013. Dasep Ahmadi kini harus mendekam di penjara.
Proyek mobil listrik Dahlan akhirnya terhenti sebelum sampai di tujuan, seperti mobil listrik yang diuji cobanya pertama kali pada 16 Juli 2012.
Kini wacana pengembangan mobil listrik muncul lagi. Kali ini Menteri ESDM Ignasius Jonan yang mendorongnya lewat sebuah surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sama seperti Dahlan, Jonan memandang sudah saatnya Indonesia mengembangkan mobil listrik agar tak ketinggalan dari negara-negara lain.
“Faktanya di dunia mobil listrik semakin berkembang, teknologinya sudah sangat advance, Tesla sudah mulai bikin mobil listrik sejuta umat. Ada pabrikan yang mulai 2019 beralih ke mobil listrik. Perubahan datang lebih cepat dari yang kita kira, Indonesia harus serius memikirkan itu,” kata Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Komunikasi, Hadi M Djuraid, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (18/7/2017).
Jika berhasil mengembangkan mobil listrik, Indonesia akan mendapat banyak manfaat. Bukan impor mobil saja yang berkurang, tapi juga impor bahan bakar minyak (BBM). Lingkungan juga lebih bersih karena mobil listrik tak menghasilkan emisi karbon.
Sejauh ini, Jonan tak menyiapkan rencana apapun soal pengembangan mobil listrik karena itu tugas Kementerian Perindustrian (Kemenperin), bukan bagian dari fungsi Kementerian ESDM.
“Pengembangan mobil listrik domain Kemenperin, concern kita bagaimana penggunaan energi fosil berkurang sehingga impor kita juga berkurang, mendorong energi bersih,” ucap Hadi.
Apakah sekarang pengembangan mobil listrik akan berhasil?
Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, mengatakan kalau tak segera membangun industrinya di dalam negeri, mobil-mobil listrik impor akan membanjiri jalanan di Indonesia pada masa depan. Agar itu tak terjadi, Indonesia harus serius melakukan pengembangan mobil listrik kali ini.
“Sekarang kita harus melihat, kalau tidak nanti kita jadi market negara-negara lain, jangan dong,” tegasnya.
Baca juga: Ahli-ahli Mobil Listrik Era Dahlan Iskan Bakal Dipanggil Lagi? (mca/ang)
Michael Agustinus
Sumber: detikFinance, Selasa 18 Jul 2017
————-
Ahli-ahli Mobil Listrik Era Dahlan Iskan Bakal Dipanggil Lagi?
Sepuluh tahun lagi, mobil listrik diperkirakan bakal menggantikan mobil-mobil berbahan bakar minyak. Perubahan besar itu harus diantisipasi oleh Indonesia. Maka pemerintah mendorong pengembangan mobil listrik di dalam negeri.
Sebenarnya pengembangan mobil listrik bukan wacana baru di Indonesia. Di era pemerintahan sebelumnya, proyek mobil listrik sudah dimulai oleh Menteri BUMN, Dahlan Iskan.
Kala itu Dahlan melibatkan beberapa insinyur mobil listrik yang tadinya bekerja di luar negeri seperti Ricky Elson, Danet Suryatama, dan Dasep Ahmadi. Ketika rezim berganti, nasib ahli-ahli mobil listrik Dahlan Iskan tak jelas.
Bahkan salah satunya sekarang harus mendekam di penjara karena dituding merugikan negara dalam pengadaan mobil listrik untuk gelaran APEC tahun 2013.
Kini rezim baru menggaungkan kembali pengembangan mobil listrik. Kali ini gagasan datang dari Menteri ESDM, Ignasius Jonan, yang mengirim surat langsung ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Juni lalu.
Apakah ahli-ahli mobil listrik era Dahlan Iskan akan kembali dilibatkan lagi?
Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, tidak menutup kemungkinan tersebut. Ia mengatakan, Indonesia sudah punya banyak orang-orang pintar yang ahli dalam pembuatan mobil listrik. Potensi-potensi yang ada harus dimaksimalkan.
“Orang Indonesia itu yang pintar banyak sekali kok, cuma kita enggak kasih kesempatan, sayang sekali,” kata Luhut, saat ditemui usai Kongres Teknologi Nasional di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (17/7/2017).
Luhut yakin, ilmuwan-ilmuwan Indonesia bisa menciptakan teknologi mobil listrik yang andal kalau diberi kesempatan.
Ia menambahkan, para ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga harus dilibatkan. Semua potensi di dalam negeri harus dikoordinasikan agar pengembangan mobil listrik sukses.
“BPPT saya kira punya peranan penting. Pak Unggul (Kepala BPPT) ternyata sudah ada prototype-nya mobil listrik. Kita coba,” tukas dia.
Kalau tak segera membangun industrinya di dalam negeri, mobil-mobil listrik impor akan membanjiri jalanan di Indonesia pada masa depan. Makanya Indonesia harus menguasai teknologi dan memproduksi mobil listrik secara massal. Itu untuk mengamankan pasar domestik supaya tak dicaplok negara lain.
Jika Indonesia berhasil mengembangkan mobil listrik, bukan hanya impor kendaraan bermotor saja yang turun, tapi juga impor BBM. Dampaknya sangat positif buat perekonomian nasional.
“Menurut saya pengembangan mobil listrik mesti kita antisipasi karena akan berdampak pada pengurangan konsumsi bahan bakar fosil. Kalau itu terjadi, kita jangan jadi market orang dong,” pungkasnya. (mca/wdl)
Michael Agustinus – detikFinance, Senin 17 Jul 2017
—————-
Apa Bedanya Pengembangan Mobil Listrik Zaman Dahlan dan Sekarang?
Pemerintah sempat membuat wacana untuk mengembangkan mobil listrik dalam negeri. Salah satu wacana itu muncul saat Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan menggaungkan ide mobil listrik beberapa tahun lalu.
Saat ini, rencana pengembangan mobil listrik kembali mencuat. Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sama-sama berencana melakukan hal tersebut.
Lantas apa bedanya rencana pengembangan mobil listrik terdahulu dengan saat ini?
“Kalau (zaman) Pak Dahlan Iskan, kan dia berusaha membuat pabrik kendaraan. Kalau kita dari Kemenperin itu kan lebih untuk mendorong supaya industri yang ada ini mau juga menginvestasikan, kemudian memproduksi kendaraan yang menggunakan listrik,” kata Dirjen ILMATE Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan kepada detikFinance, pekan lalu.
Putu menjelaskan, saat ini pemerintah tidak perlu repot-repot untuk membuat mobil listrik yang baru. Rencana pengembangan mobil listrik di Kemenperin ialah untuk memfasilitasi dan mendorong agar industri kendaraan bermotor yang sudah ada saat ini untuk menghasilkan mobil listrik.
“Kami dari Kemenperin tidak ada program membuat kendaraan listrik, yang ada adalah program bagaimana mendorong industri yang ada sekarang mau masuk ke dalam produksi kendaraan listrik. Kan sudah ada industrinya, kita enggak usah repot-repot bikin sendiri, bikin dulu pabrik segala macam, iya kalau laku dijual, iya kalau kompetititif, kalau enggak bagaimana? Itu kan bisa salah langkah nanti,” kata Putu.
“Perlu diingat, membuat dengan memproduksi itu dua hal yang berbeda. Jadi jangan dibayangkan kita mampu membuat, lalu mampu memproduksi juga, belum tentu. Kalau membuat satu dua mobil untuk dipajang untuk prakarya ya bisa saja. Tapi untuk melayani pasar Indonesia yang sekian ratus juta ini belum tentu,” sambungnya.
Oleh sebab itu untuk menarik minat industri kendaraan yang telah ada saat ini, Putu mengatakan, pemerintah perlu mengkaji kembali struktur perpajakan kendaraan yang saat ini berlaku. Agar hal tersebut bisa menjadi insentif bagi pelaku industri.
“Lebih baik sekarang adalah bagaimana industri yang ada ini kita fasilitasi, kita dorong supaya mereka mau menginvestasikan industrinya mau memproduksi kendaraan listrik. Nah supaya investor tertarik untuk mengembangkan kendaraan yang rendah emisi, termasuk mobil listrik, maka struktur perpajakan kendaraan bermotor ini musti dirubah, musti disesuaikan,” jelasnya. (ang/ang)
Fadhly Fauzi Rachman –
Sumber: detikFinance, Senin 17 Jul 2017