Doktor Didorong Menjadi Guru Besar

- Editor

Rabu, 14 September 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Prosedur Pengajuan Berkas Dipermudah
Indonesia membutuhkan sedikitnya 22.000 guru besar. Akan tetapi, jumlah yang ada sekarang baru mencapai seperempatnya. Dibutuhkan berbagai upaya untuk memotivasi dosen-dosen yang sudah bergelar doktor ataupun yang mengajar lebih dari sepuluh tahun untuk menempuh prosedur menjadi guru besar.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Riset, Teknologi, dan Dikti Ali Gufron Mukti menyebutkan, salah satu persyaratan akreditasi perguruan tinggi adalah setiap prodi (program studi) memiliki minimal satu guru besar.

“Adapun prodi yang gemuk” yaitu prodi dengan jumlah mahasiswa melimpah, seperti ilmu komunikasi, ekonomi, dan kedokteran, membutuhkan setidaknya tiga hingga lima guru besar,” ujar Gufron, Jumat (9/9), di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Data Kemristek dan Dikti per Januari 2016 menunjukkan, ada 5.889 guru besar seIndonesia. Mereka terdiri dari 5.094 guru besar di perguruan tinggi (PT) negeri dan 795 orang di PT swasta. Angka tersebut menunjukkan pertambahan jumlah. Sebab, pada Oktober 2015 jumlah guru besar hanya 4.710 orang.

Sistem daring
Gufron menuturkan, pada Juli 2015, Kemristek dan Dikti mencanangkan percepatan proses pengangkatan guru besar dengan memakai sistem dalam jaringan (daring). Sebelumnya, dosen yang mengajukan diri menjadi guru besar harus mengumpulkan berbagai berkas persyaratan. Lalu, ia harus mengantar berkas tersebut ke Jakarta. Hal itu memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Adapun proses menunggu kepastian jawaban berkisar dua hingga enam tahun.

“Melalui sistem daring, calon guru besar cukup memotret atau memindai berkas yang dibutuhkan, lalu diunggah ke situs Kemenristekdikti,” kata Gufron. Dalam dua bulan, jawaban akan diberi mengenai diterima ataupun tidaknya berkas pelamar tersebut. Dengan demikian, pelamar bisa segera memperbaiki kesalahan dan kekurangan berkas lalu mengunggah lagi.

c3ded1dcb9cd4038a5d808a722f01219Ia mengimbau agar pelamar paling lama mengajukan diri jadi guru besar dua tahun sebelum masa pensiun. Ketika menjadi guru besar, usia pensiun naik dari 65 tahun menjadi 70-79 tahun.

Dituntut produktif
Persyaratan menjadi guru besar ialah memiliki pengalaman mengajar paling kurang sepuluh tahun. Seseorang yang sudah lulus program doktoral (strata 3), bisa mengajukan diri menjadi guru besar tiga tahun setelah gelar doktornya dikukuhkan. Syarat berikutnya ialah memiliki setidaknya satu makalah yang diterbitkan di jurnal internasional berkualitas unggul. “Harus sebagai penulis utama ataupun pertama. Bukan sebagai penulis tambahan,” ujar Gufron.

Setelah diresmikan menjadi guru besar, orang tersebut dituntut untuk terus produktif melakukan penelitian dan berinovasi dalam keilmuan. Di dalam tiga tahun, hendaknya menerbitkan satu buku, bisa juga satu makalah ilmiah bertaraf internasional.

Jika syarat tersebut tidak bisa dipenuhi, kata Gufron, Kemristek dan Dikti akan mengurangi tunjangan kehormatan guru besar. Total pendapatan guru besar yang terdiri dari tunjangan kehormatan dan tunjangan profesi mencapai tiga kali lipat gaji dosen reguler.

Secara terpisah, Rektor Universitas Negeri Surabaya Warsono mengatakan, pihaknya tertolong percepatan proses guru besar oleh pemerintah. Akan tetapi, menjadi guru besar harus dimulai dari keinginan tiap-tiap individu. “Kami memotivasi agar 234 dosen bergelar doktor mau menjadi guru besar,” katanya.(DNE)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 September 2016, di halaman 13 dengan judul “Doktor Didorong Menjadi Guru Besar”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB