Dulu, laporan kemacetan atau kecelakaan hanya menyelusup di antara handy talkie polisi. Kini, di masa banjir berita, agar tidak masuk berita hoaks, informasi tersebut dilaporkan langsung kepada publik melalui perkembangan teknologi.
Di bawah terik matahari, Minggu (2/7), Brigadir Dua Duryati (23) dan Bripda Feggy Ayu (25) berdiri di pinggir Gerbang Tol Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Feggy mengarahkan kamera telepon pintar ke wajah Duryati yang sedang menggenggam mik kecil tersambung ke ponsel.
“Entar dulu,” ujar Duryati sambil mengelap keringat dari wajahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Selamat siang, kembali lagi dengan saya, Bripda Duryati dari Polres Cirebon. Situasi arus kendaraan di Gerbang Tol Palimanan. bla-bla, ulang,” kata Duryati diikuti tawa. Selang beberapa detik, perempuan berkulit putih ini siap untuk on cam.
Dan, berhasil. Intonasi dan kosakata Duryati mengalir bak pembawa berita di televisi meski suara klakson “telolet” sebuah bus sempat mengganggu.
Begitulah suasana pengambilan video laporan arus mudik dan balik Lebaran oleh polwan Kepolisian Resor Cirebon. Duryati dan Feggy melaporkan perkembangan arus lalu lintas di Gerbang Tol Palimanan setiap satu jam sejak pukul 06.00 hingga 18.00. Gerbang akhir Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) menjadi salah satu titik kemacetan saat mudik Lebaran.
Video itu kemudian dikirim ke grup Whatsapp Polres Cirebon lalu diunggah ke akun Instagram dan Youtube resmi Polres Cirebon. Setelah itu, video tersebut diunggah ke sejumlah media daring. Tidak diduga, setiap video dapat mencapai ratusan “like” di Instagram.
Sejak arus mudik (H-7 Lebaran), kedua polwan ini pagi-pagi buta sudah berdiri di pinggir tol guna mengamati arus lalu lintas sekaligus membuat reportase.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya, kami memantau arus mudik sesuai waktu piket, biasanya pukul 08.00,” ujar Duryati.
Meski harus bangun lebih pagi, Duryati dan Feggy senang dengan pengalaman barunya. “Banyak yang kirim pesan ke Instagram atau Youtube Humas Polres Cirebon, bertanya tentang kondisi arus lalu lintas,” kata Feggy.
Selain di Gerbang Tol Palimanan, reportase pemantauan arus lalu lintas juga dilakukan di sejumlah titik yang dikenal kerap macet, seperti di daerah Ciperna, Losari, Palimanan, dan Weru, Cirebon. Sebanyak 17 polwan Polres Cirebon yang ditunjuk oleh Kepala Polres Cirebon rutin melaporkan langsung perkembangan arus.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI–Anggota polwan Kepolisian Resor Cirebon, Jawa Barat, melaporkan secara langsung hasil pemantauan arus balik Lebaran di Weru, Cirebon, Minggu (2/7). Sebanyak 17 polwan Polres Cirebon turut melaporkan pantauan arus mudik dan balik Lebaran 2017 layaknya presenter televisi. Hal ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat melalui media sosial.
“Rasanya beda. Kalau dulu, kan, lewat HT (handy talkie), jadi bahasanya tidak mesti teratur. Sekarang, kami melaporkan ke masyarakat, jadi harus jelas bahasanya,” ujar Bripda Alfiani Prahasti (22), polwan lain yang pernah bekerja di Radio Republik Indonesia Banjarmasin dan Bandung.
“Awal-awal, sih, pakai contekan. Kalau sekarang sudah terbiasa,” ujarnya lagi.
Jadi artis
Hasil reportase yang diunggah, termasuk dalam akun pribadi sang polwan, membuat dia bak artis baru di jagat maya. Warga internet menjadi terbiasa dengan wajah sang polwan.
“Sekarang, kalau jalan di mal atau toko ada yang minta foto. Katanya, saya muncul di internet,” ujar Alfiani semringah.
Bripda Dellia Riesta bahkan mendulang pengikut (followers) di Instagram. Hanya dalam sepekan, pengikutnya yang tadinya 52.000 bertambah menjadi 53.000. “Masih banyak lagi yang follow, tapi belum saya terima,” kata Dellia.
Kepala Polres Cirebon Ajun Komisaris Besar Risto Samudra mengatakan, ide reportase langsung itu lahir atas keinginan memberikan informasi terkini dan resmi soal arus mudik dan balik kepada masyarakat. “Jadi, tidak ada tipu-tipu informasi,” ujar Risto.
Reportase berakhir pada Selasa 4 Juli. Hal sama menurut rencana dilakukan untuk arus lalu lintas saat Tahun Baru dan Lebaran tahun depan. Bahkan, ia berpikir reportase nantinya dijadikan bahan evaluasi untuk mempersiapkan penanganan arus mudik ke depan. Apalagi, penanganan arus mudik dan balik Lebaran kali ini boleh dikatakan lebih sukses dibandingkan tahun lalu.
Reportase juga menjadi salah satu sumber informasi tepercaya di tengah maraknya berita soal mudik, termasuk berita bohong. Beberapa kali foto macet tahun lalu tersebar di grup Whatsapp dan memicu kepanikan warga, juga wartawan.
Hal itu mengingat media sosial juga menjadi tempat mencari informasi, didukung akses internet yang kian meluas. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan tim Penelitian dan Pengembangan Kompas pada Februari 2015, 21 persen responden menilai media sosial menyajikan berita benar.
Khaerudin Imawan, pengajar Ilmu Komunikasi di Universitas Swadaya Sunan Gunung Jati, Cirebon, mengapresiasi inovasi polisi dalam memberikan informasi terkini terkait arus lalu lintas. Di sisi lain, hal ini dapat meningkatkan citra kepolisian.
“Reportase oleh polisi tentu tidak sesempurna laporan jurnalis yang turun ke lapangan. Laporan polisi tersebut berbeda dengan kerja-kerja jurnalistik yang melewati proses editing dan verifikasi,” ujarnya.
Ia mencontohkan, dalam arus mudik, polisi menggunakan diksi kepadatan, bukan kemacetan. Sebab, jika roda kendaraan masih bergerak, artinya tidak ada kemacetan. “Padahal, pembaca lebih memahami istilah macet dengan padat merayap atau tersendat,” katanya.
Kini di tengah kemajuan teknologi digital, siapa saja bisa jadi reporter. Bahkan, polisi pun menjadi reporter untuk memberikan informasi yang benar dan menangkal berita bohong.–(ABDULLAH FIKRI ASHRI)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Juli 2017, di halaman 23 dengan judul “Dengan Teknologi, Cegah “Tipu-tipu” Informasi”.