Kompas melakukan pengujian mobil listrik terbaru yang segera masuk ke pasar otomotif Indonesia, Hyundai Ioniq, dalam perjalanan pergi pulang Jakarta-Bandung. Ini adalah pengujian jarak jauh pertama mobil listrik murni.
Salah satu kekhawatiran utama saat menggunakan mobil listrik murni adalah daya jelajahnya yang dibatasi kapasitas baterai dan infrastruktur pengecasan baterai di perjalanan. Kompas berusaha menjawab kekhawatiran ini dengan melakukan pengujian mobil listrik terbaru yang segera masuk ke pasar otomotif Indonesia, Hyundai Ioniq, dalam perjalanan pergi pulang Jakarta-Bandung.
Hyundai Ioniq adalah mobil listrik murni yang diproduksi pabrikan Korea Selatan tersebut. Menurut General Manager Marketing PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Astrid Ariani Wijana, mobil tersebut akan segera diluncurkan resmi ke pasar Tanah Air dengan harga menarik pada tahun ini. ”Kami akan meluncurkan Ioniq sekaligus memperkenalkan manajemen baru Hyundai di Indonesia, yang kini dipegang oleh PT HMID,” ungkap Astrid.
Sebagai mobil listrik murni (battery electric vehicle/BEV), Hyundai Ioniq dibekali baterai polimer lithium-ion berkapasitas 38,3 kWh. Dalam kondisi baterai terisi penuh, Hyundai mengklaim jarak yang bisa ditempuh mobil ini di atas 300 kilometer. Secara teori, daya jelajah ini cukup untuk membawa mobil berjalan dari Jakarta ke Bandung pergi pulang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perjalanan Kompas pun diawali hari Selasa (4/8/2020) sore dengan mengecas baterai mobil di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik untuk Umum (SPKLU) di kantor PLN Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) di dekat Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Di kantor tersebut tersedia satu-satunya fasilitas public charging ultracepat dengan daya 150 kilowatt (kW) yang diklaim mampu mengisi baterai Ioniq dari kosong sampai penuh dalam waktu kurang dari 1 jam.
Namun, karena mobil sudah dicas di rumah sebelumnya, kapasitas baterai saat tiba di fasilitas SPKLU PLN ini masih berada di atas 80 persen. Alhasil, fasilitas pengisian cepat tersebut tidak beroperasi pada kapasitas puncak, tetapi hanya mengeluarkan daya pengisian sekitar 15,1 kW. ”Seperti pengisian baterai ponsel, saat baterai di bawah 80 persen, charger akan melakukan pengisian cepat. Di atas 80 persen, pengisian melambat sampai 100 persen untuk menghindari baterai cepat rusak,” tutur petugas PLN yang menemani kami melakukan pengecasan.
Saat ini, pengisian baterai mobil listrik di fasilitas SPKLU PLN ini sudah tidak gratis lagi. SPKLU baru bisa diaktifkan dengan aplikasi khusus Charge.IN yang ditautkan dengan fitur dompet virtual LinkAja. Dalam waktu 35 menit, baterai pun terisi penuh 100 persen. Biaya yang harus dibayarkan hanya Rp 6.611 untuk mengisi baterai dari 89 persen ke 100 persen.
Efisiensi maksimum
Saat mobil distart, layar di panel instrumen menunjukkan daya jelajah maksimum 340 km pada mode berkendara Eco. Ada tiga mode berkendara di Ioniq, yakni Eco, Normal, dan Sport. Mode Eco mengonsumsi tenaga baterai dalam jumlah paling efisien.
Perjalanan ke Bandung pun dimulai dengan melintasi kawasan Menteng, Jalan Jenderal Sudirman, kemudian memasuki Jalan Tol Dalam Kota, dilanjutkan ke Jalan Tol Cikampek. Sepanjang perjalanan, Kompas menggunakan mode Eco demi menghemat baterai.
Kami mengantisipasi medan tanjakan-tanjakan panjang di Jalan Tol Purbaleunyi menuju Bandung akan menyedot tenaga baterai lebih besar. Dan, karena ini adalah pengujian jarak jauh pertama dengan sebuah BEV, kami pun memilih main aman dengan menghemat baterai semaksimal mungkin.
Dalam mode Eco, kecepatan maksimum yang disarankan adalah 90 km per jam. Untunglah Jalan Tol Layang Cikampek malam itu cukup lengang sehingga memungkinkan mobil meluncur dengan kecepatan konstan 90 km per jam menuju titik pemberhentian di Km 57 Tol Cikampek. Saat kami tiba di tempat istirahat ini, daya jelajah baterai sudah berkurang menjadi 280 km.
Setelah beristirahat makan malam di Tempat Istirahat Km 57 Tol Cikampek, perjalanan dilanjutkan memasuki Jalan Tol Purbaleunyi yang cukup ramai dengan truk dan bus malam itu. Begitu melewati penanda jarak Km 76, atau sekitar separuh jalan menuju Bandung, mode berkendara kami pindah ke Normal. Langsung terasa bagaimana torsi motor listrik tersalur lebih leluasa ke roda depan.
Mode ini kami pilih agar manuver mobil di medan penuh tanjakan dan padat lalu lintas bisa dilakukan lebih gesit dan aman. Dengan tenaga yang tertahan pada mode Eco, reaksi gerak mobil bisa terlambat dilakukan dan justru bisa mengancam keselamatan diri dan pengguna jalan lain.
Terbukti, di mode ini mobil melaju dengan lebih percaya diri. Motor listrik Hyundai Ioniq mengeluarkan tenaga maksimum 120 PS dengan torsi puncak 295 Nm. Dan, seperti pada mobil listrik lainnya, torsi puncak ini langsung keluar begitu pedal gas diinjak.
Tanjakan-tanjakan panjang di Purbaleunyi pun dilalui tanpa keraguan sedikit pun. Namun, konsekuensinya, daya baterai pun menurun lebih cepat dibandingkan dengan saat menggunakan mode Eco.
Begitu mobil memasuki ruas Tol Pasteur di Kota Bandung, daya baterai persis menyentuh angka 50 persen dengan sisa jarak jelajah 175 km
–Indikator mobil menunjukkan kapasitas baterai tinggal 50 persen saat Hyundai Ioniq tiba di gerbang tol Pasteur, Kota Bandung, Selasa (4/8/2020) malam.
Dicas kembali
Secara teori, sisa daya baterai dan jarak jelajah tersebut masih cukup untuk kembali ke pusat kota Jakarta lagi. Apalagi medan menuju Jakarta sebagian besar adalah turunan, yang membuat konsumsi baterai seharusnya lebih efisien karena mobil menggunakan sistem regenerative braking. Saat mengerem, gerak putaran roda mengecas baterai mobil.
Namun, kita tidak pernah akan tahu kondisi jalanan waktu kembali ke Jakarta. Apabila terjadi kemacetan dalam waktu lama, baterai bisa habis di tengah jalan, dan jika baterai habis, mobil tak bisa digerakkan lagi dan harus diderek ke tempat pengecasan terdekat.
Oleh sebab itu, pada percobaan pertama ini, kami sekali lagi memilih menghindari risiko besar dengan mengecas mobil di kantor Kompas Biro Jawa Barat di Jalan LL RE Martadinata, Kota Bandung. Dengan pengecasan menggunakan pengecas portabel bawaan mobil ini, laju pengisian memang cukup lambat.
KOMPAS/DAHONO FITRIANTO–Ringkasan data perjalanan Hyundai Ioniq dari Jakarta hingga Bandung hari Selasa (4/8/2020).
Dengan arus 8 ampere dan tegangan 220 volt, daya pengisian hanya sekitar 1,6 kW. Lembar spesifikasi Hyundai menyebut, pada pengecasan level 1 seperti ini, baterai baru penuh dalam waktu 17 jam 30 menit.
Saat Kompas tiba di kantor biro pada pukul 00.00, setelah berputar-putar Kota Bandung untuk pemotretan, baterai tinggal tersisa 44 persen. Saat pengecasan dimulai, layar instrumen mobil menunjukkan perkiraan waktu pengisian hingga 100 persen mencapai 15 jam 20 menit.
Saat berita ini diturunkan, proses pengecasan belum selesai. Namun, kami berencana tak perlu mengisi baterai mobil hingga penuh. Dengan jarak Bandung-Jakarta sekitar 150 km, selama sisa daya jelajah (range) baterai masih di atas 200 km, seharusnya sudah cukup. (DHF)
Oleh DAHONO FITRIANTO
Editor: DAHONO FITRIANTO
Sumber: Kompas, 5 Agustus 2020