China telah menjadi salah satu mitra dagang, investor, dan pengirim turis terbesar di Indonesia. Mereka kini berharap bisa meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.?
Demikian disampaikan Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian, saat menyambut mahasiswa dan pengajar dari China dan Indonesia yang mengikuti program pertukaran pemuda, di Jakarta, Senin (23/4/2018) malam.
“Di era perdagangan jalur sutra maritim, posisi Indonesia sangat penting karena menjadi penghubung China dengan negara-negara di Barat,” kata Xiao Qian.?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/AHMAD ARIF–Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian (kiri) berdiskusi dengan peserta pertukaran mahasiswa Indonesia-China tahun 2018, di Jakarta, Senin (23/4/2018) malam. Program ini diharapkan bisa meningkatkan kerja sama dua negara di bidang pendidikan.
Menurut Xiao Qian, hubungan antar dua negara saat ini semakin membaik, ditandai dengan peningkatan kerjasama di berbagai sektor. “Presiden Joko Widodo sudah lima kali ke China dan enam kali ketemu dengan Presiden kami,” kata dia.
?China saat ini menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan sekitar 65 miliar dollar AS. “Kami juga mengirim turis paling banyak ke Indonesia, utamanya ke Bali dan Sulawesi Utara,” kata dia.?
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanam Modal, China menduduki posisi ke 7 dari 10 besar negara yang berinvestasi di Indonesia periode 2012-2017 yakni dengan jumlah proyek 5.365 dengan realisasi investasi 7,8 miliar dollar AS.
Sedangkan realisasi investasi penanaman modal asing pada tahun 2017 dari China sebesar 3,4 miliar dollar (10,4 persen), menempati peringkat ketiga setelah Singapura sebesar 8,4 miliar dollar AS (26,2 persen) dan Jepang sebesar 5,0 miliar dollar AS (15,5 persen).
?Selain kemajuan di bidang ekonomi ini, Xiao Qian berharap bisa meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
“Kami saat ini menjadikan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai salah satu prioritas. China juga semakin terbuka bagi mahasiswa internasional, termasuk Indonesia. Tahun lalu ada sekitar 15.000 mahasiswa Indonesia belajar di negara kami,” kata dia.
KOMPAS/AHMAD ARIF–Peserta pertukaran mahasiswa Indonesia-China 2018.
?Menurut Xiao, jalinan kerja sama di bidang pendidikan ini telah berlangsung ratusan tahun lalu. “Indonesia menjadi persinggahan dan tempat tinggal para sarjana China, sebelum belajar ke India. Kami harap, anak-anak muda yang mengikuti pertukaran ini bisa meneruskan tradisi hubungan yang baik antar dua negara,” kata dia.
?
Saling belajar
Sebanyak 20 mahasiswa dan empat pengajar dari berbagai perguruan tinggi di Provinsi Fujian, China saat ini berada di Indonesia hingga sepekan. Mereka akan mengunjungi sejumlah kampus di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Makassar.?
Sebelumnya, sebanyak 20 mahasiswa dan tiga pengajar dan peneliti Indonesia diunang ke Fujian pada 14-20 April. Selain membangun jaringan di kalangan perguruan tinggi, peserta pertukaran pemuda juga dikenalkan dengan budaya dan jalinan sejarah di antara dua negara.
Menurut Xiao, Provinsi Fujian dipilih karena memiliki kedekatan sejarah dengan Indonesia. Dari provinsi yang terletak paling dekat dengan Indonesia inilah, pelayaran China ke Indonesia di masa lalu bermula. Salah satu pelayaran yang paling terkenal di Indonesia adalah yang dipimpin Laksamana Cheng Ho antara tahun 1405 hingga 1433.
?Zuo Tao, peserta pertukaran mahasiswa dari Universitas Xiamen mengatakan, program ini membuatnya bisa belajar langsung tentang Indonesia. Salah satu yang dipelajarinya, di antaranya tentang kuatnya peran masyarakat dan lembaga sipil di Indonesia, seperti Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), yang turut mengorganisir program ini.
“Di China ini tidak ditemukan. Selain perbedaan ini, saya melihat banyak persamaan, salah satunya semangat dan kreativitas anak-anak muda yang ditemukan di dua negara,” kata dia.–AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 25 April 2018