Buah yang Tidak Hanya Berputar di Wacana

- Editor

Senin, 17 Juni 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Minggu pagi kemarin seluruh direksi dan komisaris PT Perkebunan Nusantara VIII berkumpul di Kebun Jalupang, Subang, Jawa Barat. Bersama mereka saya ingin menyaksikan sendiri bagaimana realisasi program kebun buah tropik yang dicanangkan tahun lalu.
Ternyata saya diminta memanen pisang baranang. “Lho sudah panen?” Tanya saya. Ternyata memang sudah panen. Tahun ini nanti sudah menghasilkan 700 ton. Begitu cepatnya. Saya sungguh senang karena ide bikin kebun buah tropik tidak hanya berhenti di wacana. Benar-benar sudah dilaksanakan. PTPN VIII sudah menanam 1.200 ha. Dan masih terus bertambah luasannya.

Maka di Subang itu kita melihat pohon pisang berjajar di sela-sela pohon karet yang masih kecil.

Jarak antartanaman karet itu enam meter. Sejak dulu tanah sela selebar enam meter itu dibiarkan mubazir ditumbuhi rumput. Tanah kosong itulah yang kini ditanami pisang. Setelah panen lima kali kebun pisangnya berakhir. Pada saat itu pohon karetnya sudah tinggi. Kebetulan, pisang yang sudah panen lima kali sudah tidak baik diteruskan. Anak pisang yang ke-6 sudah tidak baik kualitasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tiap tahun PTPN VIII menanam pohon karet ribuan hektar. Berarti selalu ada lahan ribuan hektar yang bisa ditanami pisang setiap tahun. Jenis pisang yang ditanam ini adalah cavendis dan baranang, hasil penemuan Prof. Dr. Ir Sobir dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Dr Sobir juga bergabung dengan kami di Subang kemarin. Dialah yang memprovokasi saya untuk menanam pisang baranang besar-besaran. “Kalau Indonesia impor buah apel atau anggur saya masih bisa maklum,” ujar Dr Sobir. “Tapi kalau sudah impor pisang, benar-benar keterlaluan,” katanya.

“Sebentar lagi impor pisang harus diharamkan,” tambah Dr Sobir.

Tidak hanya pisang. PTPN VIII juga sedang menanam pepaya calina besar-besaran. Dan ternyata juga sudah panen. PTPN VIII memang memiliki lahan 114 ribu hektar di seluruh Jabar. Pepaya calina itu juga penemuan Dr Sobir dan tim IPB. Di samping panen pisang, Minggu pagi kemarin itu saya juga diminta menanam pepaya calina di sela-sela tanaman karet yang baru berumur satu bulan.

Pokoknya tidak ada hari yang tidak menanam pisang, pepaya, manggis, durian, dan alpukat. “Kita juga malu durian saja impor,” kata Dr Sobir.

Beda dengan program sapi-sawit, kebijakan baru BUMN ini sama sekali tidak menjadi beban bagi PTPN VIII. “Ini momentum yang sangat menguntungkan kami,” ujar Ir Dadi Sunardi, Direktur Utama PTPN VIII. “Dulu kebun karet baru menghasilkan setelah enam tahun. Sekarang sudah ada uang masuk pada bulan ke-8,” tambahnya. “Dulu sela-sela pohon karet itu memakan biaya untuk pengaturan rumputnya. Kini sela-sela karet itu menghasilkan,” katanya lagi.

Meski saya hanya haruskan menanam buah tropik di Jabar, namun Dirut PTPN XII Jawa Timur Ir Irwan Basri punya inisiatif sendiri. Irwan ingin menjemput bola. Irwan juga sudah menanam buah tropik di Banyuwangi. Pisangnya yang sudah 700 ha juga sudah panen. Bahkan PTPN XII juga menanam buah macadamia yang enak itu. Saya memang sempat terkesan dengan macadamia di Thailand. Kini saya sudah bisa tidak hanya memuji Thailand. Kita juga sudah mulai menghasilkan macadamia sendiri seluas 170 ha.

Tentu saya memuji langkah proaktif PTPN XII di Banyuwangi itu. Sebenarnya PTPN XII hanya diwajibkan mengembangkan dua hal: menanam sorgum besar-besaran dan membangun pabrik gula baru yang serba modern dan seratus persen made in Indonesia. Ternyata PTPN XII sudah menanam sorgum seluas 1.500 hektar dan siap panen. Info ini juga sekaligus untuk menjelaskan pertanyaan penulis artikel di sebuah harian di Jakarta yang mengira soal sorgum baru muter-muter sebagai wacana.

Yang juga siap panen adalah sorgum di Atambua, NTT. Luasnya 200 hektar. Ini merupakan uji coba untuk tanaman sorgum milik rakyat dengan tujuan yang multiguna. Tepung atau biji sorgumnya untuk makanan pokok rakyat. Batangnya untuk menghasilkan ethanol. Ampasnya untuk makanan ternak.

Ethanol akan dipakai sebagai pengganti minyak tanah untuk masak. Penduduk di pedalaman NTT yang miskin itu selalu kesulitas minyak tanah sehingga pilihan lainnya adalah sama buruknya: menebang pohon.

PT Batan Teknologi (yang akan ganti nama menjadi PT Industri Nuklir Indonesia) adalah penanggungjawab proyek sorgum di NTT ini. Benih unggulnya memang dilahirkan melalui proses nuklir. Untuk memproses hasil panen sorgum itu Batantekno segera mendidik puluhan anak SMK Atambua untuk membuat mesin sederhana pembuat ethanol. Mereka akan dididik di Jakarta mulai akhir bulan ini. Begitu masa pendidikan itu selesai, sorgumnya siap dipanen.

“Anak-anak SMK itu mampu membuat dan mengoperasikan mesin pembuat ethanol,” ujar Dr Yudiutomo Imardjoko Dirut PT Batantekno. “Anak-anak SMK itu juga akan membuat kompor ethanol dan membuat mesin pengolah biji sorgum,” ujar Dr Yudiutomo, ahli nuklir lulusan UGM dan Amerika itu.

Kalau proyek sorgum 200 hektar ini berhasil, akan segera dimulai proyek-proyek “sorgum 200 ha” lainnya di seluruh Atambua dan kabupaten sekitarnya. Paket 200 hektaran sudah disesuaikan dengan skala ekonomi yang tepat untuk kepentingan kehidupan satu desa di sana. Pertamina dan Askes sudah siap mengucurkan dana CSR untuk membantu daerah yang sangat miskin itu.

Tentu saya juga ke Wonogiri. Belajar dari Bupati Wonogiri Danar Rahmanto untuk programnya yang unik: singkong. Hampir seluruh penduduk Wonogiri menanam singkong di tegalan atau pekarangan rumah mereka. Tapi singkongnya ya itu-itu saja. Sejak zaman baheula sampai zaman Jokowi ini. Dua minggu lalu saya ke Wonogiri untuk melihat yang lain: singkong gajah. Inilah singkong yang akan dimasalkan di seluruh Wonogiri.

Saya diizinkan mencabut batang singkong di pekarangan rumah penduduki. Beratnya hanya 1,5 kg. Pohonnya kecil dan tangkai daunnya hanya tujuh buah. Tiap daun juga hanya berjari lima.

Tahun ini bupati akan membagikan lima juta bibit singkong gajah. Kebun percontohan seluas lima hektar sudah membuktikan hasilnya. Saya masuk ke kebun singkong gajah itu: tingginya melebihi tubuh saya. Satu batang singkong memiliki 20 tangkat. Tiap tangkai daunnya berjari sembilan. Mestinya ini juga bisa disebut singkong NU yang berbintang sembilan.

Saya tidak kuat mencabutnya. Beberapa petani membantu menyingkapkan tanah. Setelah dicabut tiga orang terlihatlah singkongnya memang besar-besar dan panjang-panjang. Beratnya 12 kg! Kandungan tapiokanya pun mencapai 30 persen. Ini sangat berbeda dengan singkong tradisional Wonogiri yang rendemennya hanya 16 persen.

Dengan bibit yang baru ini sama artinya dengan meningkatkan pendapatan warga Wonogiri empat kali lipat. Wonogiri memang akan tetap dikenal sebagai Kabupaten Singkong, namun bukan lagi singkong yang kurus dengan hasil yang hanya 1,5 kg per batang.

Saya mengajak para dirut pabrik pupuk BUMN, termasuk dirut Holding Company PT Pupuk Indonesia Arifin Tasrif. Saya minta program itu didukung dengan penyediaan pupuk yang cocok untuk singkong. Tahun lalu saya juga minta pabrik pupuk BUMN membantu kesulitan petani tembakau di Jember. Mereka harus membeli pupuk dari Eropa yang mahal. Kini BUMN sudah memproduksi pupuk untuk tembakau.

Tentu menemukan pupuk untuk singkong lebih mendesak. Setidaknya bisa ikut meringankan program Bupati Wonogiri yang kini lagi pusing dengan urusan politik. Bupatii lagi diinterpelasi DPRD-nya. Penyebabnya: jumlah penduduk Wonogiri turun 200.000 jiwa, menjadi tinggal kira-kira 800.000 jiwa. Lantaran jumlah penduduknya tidak lagi mencapai satu juta jiwa, maka harus ada pengurangan jumlah anggota DPRD.

Menurut UU, kabupaten yang penduduknya lebih satu juta anggota DPRD-nya 50 orang. Kurang satu juta hanya 45 orang. Nah, Bupati Wonogiri dianggap sebagai penyebab berkurangnya jumlah anggota DPRD di sana.

Berkurangnya jumlah anggota DPRD rupanya tidak memuaskan, meski jumlah produksi singkongnya akan bertambah.

Dahlan Iskan, Menteri BUMN

Sumber: detik.com, Senin, 17/06/2013 07:19 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB