Pemindahan Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta ke Gedung Genomik di Cibinong sudah terencana. Hal ini untuk memfasilitasi peneliti. Nantinya, lokasi baru ini memiliki infrastruktur bertaraf internasional.
Pemindahan Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta ke Gedung Genomik di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, telah direncanakan. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi peneliti agar nanti memiliki berbagai infrastruktur bertaraf internasional. Namun, pemindahan peralatan diharapkan tidak dilakukan dalam waktu yang singkat karena terdapat sejumlah peralatan yang memiliki sensitivitas sangat tinggi.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, rencana pemindahan Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) ke Gedung Genomik di Cibinong Science Center (CSC) tidak dilakukan secara mendadak. Hal ini sudah direncanakan sejak tahun lalu. Sebelum dipindah, PRBME berlokasi di kompleks Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Pemindahan dilakukan karena peneliti mengeluhkan Gedung Eijkman terlalu sempit dan tidak bisa dikembangkan lagi. Kemudian Gedung Eijkman juga bukan milik BRIN, melainkan Kementerian Kesehatan dan mereka sudah beberapa kali berkirim surat karena RSCM perlu diperluas kembali,” ujarnya di Jakarta, Rabu (20/10/2021).
Menurut Handoko, sebenarnya tahun lalu PRBME akan dipindahkan ke kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di Serpong, Tangerang Selatan. Namun, hal ini dibatalkan karena pertimbangan infrastruktur yang belum memadai di Puspitek, khususnya untuk penelitian ilmu pengetahuan hayati, termasuk molekuler.
Pemindahan PRBME ke Puspitek tanpa fasilitas yang mencukupi, kata Handoko, akan membutuhkan biaya yang sangat besar hingga mencapai Rp 1,5 triliun. Oleh karena itu, PRBME akhirnya diputuskan untuk dipindah ke Gedung Genomik CSC yang baru selesai dibangun bulan ini. Fasilitas di Gedung Genomik juga sudah tersedia sekitar 80 persen untuk penelitian ilmu hayati.
”Pemindahan ke Gedung Genomik ini sekaligus untuk mengintegrasikan laboratorium agar tidak ada fasilitas yang sama di banyak tempat sehingga lebih efisien. Gedung Genomik ini sangat mencukupi karena memiliki luas dua kali lapangan bola dan empat lantai,” ucapnya.
Proses pemindahan laboratorium beserta fasilitasnya di tempat lama ke Gedung Genomik dilakukan secara bertahap hingga Desember 2021. Nantinya di Gedung Genomik tidak hanya berisi fasilitas yang ada di tempat lama, tetapi juga akan dilengkapi dengan berbagai infrastruktur bertaraf internasional yang mendukung peneliti.
Handoko menyatakan, BRIN sudah memanggil pihak PRBME untuk mengklarifikasi dan menjelaskan secara detail terkait dengan pemindahan tersebut. Dalam pertemuan itu, ia memastikan CSC merupakan laboratorium whole genome sequencing terbesar di Indonesia dan menjamin seluruh fasilitas akan terpenuhi.
”Intinya peneliti Eijkman khawatir pemindahan akan merusak berbagai fasilitas laboratorium. Padahal, pemindahan ini sudah pasti ada prosedurnya dan ini sudah biasa kami lakukan. Jadi, mekanisme di BRIN itu seluruh infrastrukturnya ataupun pengelolaannya akan dibuat terpusat,” ungkapnya.
Seluruh pembangunan infrastruktur di CSC juga terus dipercepat untuk keperluan produksi vaksin Covid-19 Merah-Putih yang tengah memasuki tahap persiapan uji pre-klinik. Seluruh infrastruktur tersebut, menurut Handoko, akan siap sebelum semester kedua 2022. Infrastruktur ini juga bisa dimanfaatkan oleh industri terkait dalam kolaborasi pengembangan berbagai vaksin dan produk farmasi lainnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala PRBME Wien Kusharyoto menyatakan belum bisa berkomentar terkait dengan proses pemindahan laboratorium Eijkman ke Gedung Genomik. Sebab, masih terdapat hal-hal teknis ataupun nonteknis yang tengah dielaborasi untuk pelaksanaannya.
Sementara itu, Amin Subandrio, mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sebelum melebur ke BRIN, berharap proses pemindahan laboratorium tidak dilakukan dalam waktu yang singkat. Sebab, pemindahan peralatan membutuhkan proses yang tidak sederhana karena sejumlah peralatan di laboratorium sangat sensitif dan bernilai tinggi.
Amin juga menyoroti Gedung Genomik yang memiliki konsep ruang kerja bersama atau co-working space. Menurut Amin, konsep ini tidak terlalu cocok dengan sistem di Eijkman karena kegiatan riset dan peralatannya harus dibatasi serta dijaga keamanannya. Hal ini diperlukan untuk menjaga spesimen ataupun informasi yang berkaitan dengan riset tersebut.
Pemanfaatan gedung
Gedung Genomik yang dibangun di atas lahan seluas 9.300 meter persegi tersebut nantinya akan dimanfaatkan sebagai laboratorium whole genome sequencing untuk meneliti mikroba, flora, fauna, dan manusia. Gedung ini juga akan menjadi laboratorium riset life science dan laboratorium riset lingkungan.
Seluruh laboratorium yang baru dibangun di BRIN memiliki konsep open space atau ruang kerja terbuka berbasis kluster fungsi. Laboratorium ini dikelola secara terpusat dan tersedia sebagai platform terbuka untuk semua pihak, termasuk industri. Sementara tempat kerja periset dalam bentuk co-working space.
Pelaksana Tugas Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Rianto mengatakan, fisik Gedung Genomik saat ini sudah selesai dibangun. Beberapa peralatan laboratorium juga sudah datang dan akan segera dilakukan instalasi.
”Peralatan tersebut di antaranya fermentor kapasitas 50 liter yang bisa digunakan untuk riset dan pengembangan vaksin Covid-19 tahap selanjutnya. Adapun infrastruktur listrik direncanakan akan terpasang pada pekan depan,” katanya.
Oleh PRADIPTA PANDU
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 20 Oktober 2021