Baruna Jaya I Melanjutkan Ekspedisi

- Editor

Sabtu, 5 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kapal Riset Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jumat (4/3), mulai melaksanakan ekspedisi InaPRIMA 2016 tahap kedua. Ekspedisi kelautan itu bertujuan menempatkan tiga pelampung di Samudra Hindia, barat Sumatera. Pelayaran akan berlangsung selama 14 hari hingga berakhir di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta.

Hal tersebut disampaikan Iyan Turyana, Ketua Tim Ekspedisi Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis (InaPRIMA) 2016 Leg Kedua, Jumat, di Banda Aceh. Kapal bertolak dari Pelabuhan Malahayati, Banda Aceh, menuju posisi pertama di barat laut Sabang dekat Laut Andaman, India.

Pelampung itu milik Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat (NOAA). Pemasangan di perairan Indonesia bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta BPPT. Pelampung jenis ATLAS (autonomous temperature line acquisition system) itu digunakan memantau fenomena perubahan iklim di kawasan itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Program InaPRIMA dimulai April tahun lalu. Adapun InaPRIMA 2016 leg pertama dilaksanakan 17 Februari sampai 17 Maret 2016 untuk menempatkan pelampung di barat Selat Sunda, di luar Zona Ekonomi Eksklusif dan di barat perairan Sumatera Utara. “Pada InaPRIMA 2016 akan ada penempatan dan perbaikan lima buoy serta pelepasan dua bouy Argofloat,” ujarnya.

Ekspedisi itu juga untuk memasang jejaring pelampung RAMA (Research Moored Array) pada program InaPRIMA. Pelampung tersebut berfungsi mengumpulkan data oseanografi dan meteorologi di Samudra Hindia untuk memprediksi dan menganalisis pola angin monsun di Asia-Australia dan Afrika.

“Pengamatan cuaca dan iklim kelautan di perairan Indonesia terbatas di pesisir. Selain itu, belum ada data pengamatan interaksi laut dan atmosfer,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Mulyono Prabowo. Menurut Arief Surya dari BMKG Medan, dua bouy akan ditambatkan di barat laut Kepulauan Sabang, Aceh, dan barat Pulau Nias.

Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Wimpie Agoeng Noegroho menjelaskan, ekspedisi tersebut sampai 2019 dengan melibatkan peneliti dari lembaga riset dan perguruan tinggi. Data yang didapat juga untuk membangun sistem peringatan dini tsunami.(YUN)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Baruna Jaya I Melanjutkan Ekspedisi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 25 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB