Bantalan udara untuk penyangga kapal di galangan kapal kini dapat dibuat oleh perekayasa dari Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Selama ini, sarana penunjang itu masih impor. Prototipe inovasi itu dihilirisasi melalui kerja sama dengan industri nasional.
Hal itu diungkapkan Kepala BPPT Unggul Priyanto, Selasa (21/2), terkait kunjungan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M Nasir ke lokasi uji coba bantalan itu di Gresik, Jawa Timur. Model bantalan penyangga kapal itu dikembangkan sejak 2014, lalu dihilirisasi lewat kerja sama dengan PT Mitra Prima Perkasa dan PT Samudera Luas Paramacitra.
Tahun ini, hasil inovasi itu memasuki tahap pembuatan produk skala industri dan kajian tekno-ekonomi untuk dikomersialisasi. “Di bidang maritim, bantalan karet itu dipasang di sekeliling badan kapal untuk menahan benturan saat bersandar di pelabuhan dan ketika merapat dengan kapal lain,” kata Unggul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karet alam
Material untuk bantalan itu memakai bahan karet alam diperkuat dengan serangkaian proses teknis. Sementara bantalan impor menggunakan karet sintetis. “Penggunaan karet alam yang melimpah di Indonesia menjadi keunggulan produk ini. Karena itu, kami akan terus meningkatkan nilai tambah pemanfaatan karet alam ini untuk berbagai kebutuhan,” ujarnya.
KOMPAS/ADI SUCIPTO–Bantalan kapal berupa kantong udara berbahan karet sudah digunakan di fasilitas perbaikan kapal di Pelabuhan Indonesia Marina Shipyard, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Senin (20/2).
Penggunaan bantalan karet akan diperluas, antara lain untuk evakuasi pesawat di bandara udara saat tergelincir. “Musibah ini belakangan sering terjadi dan sulit ditangani,” ucap Kepala Pusat Teknologi Material BPPT Asep Riswoko.
Bantalan kapal yang terbuat dari karet alam atau disebut kantong udara karet (rubber airbag) diuji coba di galangan kapal milik Indonesia Marina Shipyard (IMS) di Gresik, Senin sore. Bantalan udara itu berupa tabung berdiameter 1,5 meter dengan panjang 13 meter. Di bagian ujungnya terpasang katup untuk pengisian udara bertekanan.
Untuk menyangga kapal berbobot lebih dari 1.300 ton agar bisa masuk dan keluar galangan kapal diperlukan 18 bantalan. Dalam uji coba itu, Direktur IMS Nugroho Basuki menyebutkan, dua di antara bantalan-bantalan yang dipakai untuk mengangkat kapal tongkang berbobot 1.350 ton merupakan produk nasional.
Bantalan yang digunakan selama ini merupakan produk impor dengan harga sekitar Rp 100 juta per unit. Menurut Asep, bantalan udara untuk dok kapal di galangan masih impor. Jumlahnya amat besar, yaitu untuk menangani sekitar 1.500 kapal per tahun dengan nilai total 8,7 juta dollar AS per tahun.
Dalam kunjungan ke galangan kapal di Gresik itu, Nasir mengatakan, hilirisasi karya inovasi diharapkan terwujud melalui kolaborasi BPPT dan lembaga riset lain dengan industri atau investor. Sarana itu diperlukan untuk mendukung upaya membangun kemandirian bangsa dan program tol laut, antara lain pembangunan pelabuhan dan galangan di sejumlah daerah. (YUN)
———-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Februari 2017, di halaman 14 dengan judul “Bantalan Kapal Buatan BPPT Diuji”.