Banjir dan Kebakaran karena Ulah Manusia

- Editor

Senin, 14 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banjir dan longsor di sejumlah daerah di Jawa lebih banyak disebabkan faktor manusia, bukan kondisi cuaca. Situasi itu kian menandai terus merosotnya daya dukung lingkungan di pulau berpenduduk terpadat tersebut.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir melanda 15 kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sepekan terakhir. Dua orang tewas, 24.000 jiwa terdampak, dan 3.000 jiwa mengungsi. Tinggi banjir 80 sentimeter hingga 3 meter di sepanjang bantaran Sungai Citarum.

Banjir juga terjadi di aliran Sungai Winongo, Yogyakarta, Sabtu (12/3), menyebabkan 150 orang mengungsi. Sebanyak 15 rumah di Dusun Kragilan, Desa Sinduadi, Sleman, terendam air 1-1,5 meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Sebelumnya, banjir juga terjadi di Jawa Timur dan Tangerang. Banjir yang cukup merata ini jelas bencana antropogenik, artinya dominasi disebabkan ulah manusia,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Minggu, di Jakarta.

Menurut Sutopo, mengacu data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan minggu ini tak ekstrem. “Memang hujan deras. Namun, tak terlalu ekstrem. Daya dukung dan daya tampung lingkungan tak memadai sehingga dengan hujan cukup besar saja menimbulkan banjir,” ujarnya.

Data indeks kebencanaan Indonesia, selama ini menempatkan Pulau Jawa sebagai wilayah paling rentan bencana. Dari 118 kabupaten atau kota di Jawa, 94 di antaranya memiliki risiko banjir sangat tinggi. Adapun 110 kabupaten atau kota di antaranya berisiko mengalami kekeringan.

Terkait itu, akhir tahun lalu, 241 orang dari kalangan akademisi, peneliti, aktivis, tokoh agama, dan masyarakat adat sebenarnya telah mengirim petisi kepada Presiden Joko Widodo. Mereka meminta Presiden mengubah paradigma pembangunan, terutama di Jawa, dari yang hanya bertumpu ekonomi menjadi lebih memperhitungkan daya dukung ekologi dan bervisi keadilan (Kompas, 30/12/2015).

Kebakaran lahan
Pada saat banjir melanda Pulau Jawa, kebakaran hutan dan lahan justru terjadi di Riau serta Kalimantan Timur dan titik apinya terus membesar. Pantauan satelit Modis dari NASA, terdeteksi 151 titik api di Indonesia pada Minggu (13/3) pukul 05.00. Sebarannya antara lain Kalimantan Timur 76 titik panas, Riau (45), Aceh (11), Kalimantan Utara (7), Sulawesi Tengah (2), Gorontalo (2), Sulawesi Selatan (2), Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Maluku Utara, dan Jawa Timur masing-masing 1 titik.

Menurut Sutopo, kondisi cuaca di Riau dan Kalimantan Timur saat ini baru memasuki kemarau periode pertama. Meski demikian, kondisi air sumur dan air permukaan sudah mulai menipis sehingga menyulitkan petugas saat memadamkan api.

Penyebab kebakaran hutan dan lahan itu tetap sama seperti tahun sebelumnya, yaitu pembakaran. “Artinya, disengaja untuk pembersihan dan pembukaan lahan. Lokasi kebakaran kali ini di lahan masyarakat, perkebunan pada konsesi perusahaan, dan di hutan. Seperti pada kebakaran hari ini di Kabupaten Meranti terjadi di lahan perkebunan swasta,” ucapnya.

Di Jambi, Gubernur Jambi Zumi Zola menyatakan, jajaran pemerintah daerah di wilayahnya telah menandatangani maklumat. Isinya, siapa pun, termasuk pengelola lahan perkebunan dan kehutanan, dilarang membuka atau mengolah lahan dengan cara membakar. Ada sanksi pidana untuk itu. (AIK/ITA)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Banjir dan Kebakaran karena Ulah Manusia”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB