Bakteri Enggano Potensial Awetkan Makanan

- Editor

Senin, 27 Juli 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memperoleh isolat bakteri asam laktat unggul dari bahan-bahan hayati Pulau Enggano, Bengkulu. Bakteri itu berpeluang hasilkan pengawet alami makanan, memperlambat kebusukan dibandingkan jika makanan masih berwujud pangan segar.

“Kami dapat tiga isolat bakteri unggul,” kata peneliti mikrobiologi LIPI, Sulistiani, di Bogor, Jawa Barat, dihubungi pada Rabu (22/7). Awalnya ada sekitar 300 isolat bakteri dari berbagai macam bahan koleksi dari Enggano, antara lain jeruk, kakao, pisang, salak hutan, dan nira kelapa.

Peneliti fokus mencari bakteri asam laktat unggul dari sumber nira kelapa, yakni kelapa hibrida dan kelapa tinggi. Tiga isolat bakteri unggul tadi diperoleh dari 85 isolat bakteri asal nira kelapa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bakteri asam laktat masuk golongan GRAS (Generally Recognized as Safe) atau aman dikonsumsi. Bakteri itu punya senyawa bioaktif bakteriosin yang berfungsi mengawetkan pangan, terutama pada sayuran, susu, dan serealia (tanaman biji-bijian).

Demi memperoleh bakteri asam laktat unggul, peneliti menguji kemampuan bakteri melawan bakteri pembusuk dan patogen. Bakteri ‘jahat’, yaitu Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella enterica, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus, dan Pseudomonas aeruginosa.

Isolat dijadikan satu dengan masing-masing bakteri pembusuk atau patogen dalam cairan di microplate uji. Isolat bakteri unggul menjaga cairan uji tetap bening, sedangkan cairan keruh menunjukkan bakteri tidak unggul. “Yang bening menunjukkan bakteri asam laktat menghasilkan senyawa biopreservatif yang mampu menghambat perkembangan bakteri pembusuk dan patogen,” ujar Sulistiani.

Selanjutnya, peneliti akan mengujicoba aplikasi dengan memfermentasi bahan pangan menggunakan bakteri asam laktat unggul. Peneliti bakal menguji pada pisang dan ikan, dua komoditas pangan melimpah di Enggano. Tujuan besarnya, pisang dan ikan, setelah melalui proses pengolahan, tahan lebih lama daripada jika hanya berbentuk pangan segar.

Enggano merupakan pulau terluar Provinsi Bengkulu yang menghadap Samudra Hindia. Pulau di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara itu berjarak 175 kilometer dari Kota Bengkulu dan 513 km dari Jakarta.

Dihubungi dari Kota Bengkulu, Camat Enggano Marlianus mengatakan, kebanyakan penduduk pulau itu petani sekaligus nelayan. Hampir seluruh penduduk punya kebun pisang. Pisang segar yang tak tahan lama bisa menimbulkan kerugian, jika terlambat dijual. Apalagi penjualan ke Pulau Sumatera sangat bergantung pada pelayaran feri yang kadang tertunda.

Tahun ini saja, Sulistiani menargetkan uji laboratorium aplikasi fermentasi pada makanan selesai. Tahun depan, hasil eksperimen bisa diuji coba lebih luas, mencakup bahan pangan di sejumlah daerah.

Pakar mikrobiologi pangan LIPI Tatik Kusniati menambahkan, bakteri asam laktat sebenarnya juga berpotensi membuat bahan pangan mudah dicerna, karena menghasilkan enzim amilase yang mengubah amilum menjadi maltosa dan glukosa. Jika ditambahkan pada tepung dari bahan pangan, tepung dan produk turunannya pun mudah dicerna.

Tatik juga menguji coba pada tepung dari bahan-bahan asal Enggano, antara lain jagung, beras, melinjo, dan umbi-umbian seperti ubi kayu hutan, taka, dan talas telur. Ternyata, bakteri asam laktat yang juga berasal dari tanaman-tanaman di Enggano hanya mengandung sedikit enzim amilase. (JOG)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Juli 2015, di halaman 14 dengan judul “Bakteri Enggano Potensial Awetkan Makanan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 17 Juli 2025 - 21:26 WIB

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Berita Terbaru

Artikel

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Kamis, 17 Jul 2025 - 21:26 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Kota di Bawah Masker

Kamis, 17 Jul 2025 - 20:53 WIB

fiksi

Cerpen: Simfoni Sel

Rabu, 16 Jul 2025 - 22:11 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB