Bagaimana Virus Cacar Monyet sampai di Amerika?

- Editor

Rabu, 5 Desember 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Harian Suara Merdeka 30 November 2012 halaman 4 memuat berita tentang upaya pencegahan transaksi satwa langka dan satwa liar lewat internet. Lembaga yang berkomitment antara lain Wildlife Conservation Society (WCS)  Profauna Indinesia, Mata Satwa dan Burung Indonesia. Apa relevansi berita Suara Merdeka diatas terhadap kita ?

Virus cacar monyet  dapat menyebar dari Afrika sampai Amerika, tentunya dapat pula menyebar ke benua lain termasuk Indonesia. Setelah menyebarnya penyakit cacar monyet (CM ) di Amerika tahun 2003, pemerintah Amerika melakukan  traceback investigasi dan ditemukan bahwa ada kapal dari Ghana yang memuat sekitar 800 mamalia kecil dari sembilan spesies yang berbeda.

Binatang tersebut rencananya akan diperjual belikan antara lain sebagai binatang peliharaan, diantara kiriman binatang ada enam jenis binatang pengerat, yaitu jenis jenis tupai rope squirrels (Funiscuirus sp.), tree squirrels (Heliosciurus sp.), gambian giant rats (Cricetomys sp), brush-tailed porcupines (Atherurus sp), dormice (Graphiurus sp.), dan striped mice (Hybomys sp.).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Laboratorium CDC selanjutnya menemukan bahwa terdapat seekor Gambian giant rat, tiga dormice, dan dua rope squirrels terbukti sudah terinfeksi virus Cacar Monyet dan dapat menyebar ke binatang lain termasuk binatang peliharaan dan ke manusia.

Segera setelah ditemukannya penyebaran virus cara monyet, maka  pada 11 Juni  2003 CDC dan FDA di Amerika segera melangkah  mencegah penyebaran lebih lanjut virus ke binatang lain dan juga ke manusia.

CDC dan FDA mengeluarkan joint order dengan meng- embargo semua kiriman binatang pengerat dari Afrika, aturan tersebut juga melarang penjualan, transportasi ataupun pelepasan binatang tersebut ke alam bebas.

Selanjutnya tgl 4 November 2003 Joint order CDC dan FDA tersebut diganti dan diperkuat dengan peraturan yang lebih final.

American Academy of Pediatrics juga memuat publikasi tentang bahaya zoonosis bagi anak akibat binatang peliharaan yang ìnon traditionalî di rumah serta di ruang publik.

Bahaya

Sebagian besar infeksi ìbaruî pada manusia atau ì emerging infectious diseasesî adalah zoonosis atau infeksi dari hewan.  Di Amerika dari daftar 1415 kuman patogen untuk manusia, 61% diantaranya terbukti zoonosis.  Dari tahun 1980 sampai tahun 2003 telah ditemukan lebih dari 35 penyakit infeksi yang baru dan ternyata  sebagian besar penyebabnya adalah zoonosis.

Penyebab utama peningkatan penyakit zoonosis tersebut adalah akibat perilaku manusia misalnya perjalanan ke tempat tempat tertentu, memelihara binatang liar dan binatang lain yang di Amerika disebut binatang ìeksotikî serta adanya modifikasi habitat asli binatang. Binatang liar yang dipelihara dapat berfungsi sebagai reservoir kuman penyebab penyakit zoonosis yang selanjutnya menyebar ke binatang peliharaan atau bahkan langsung ke manusia.

Bagaimana langkah kita ? Mempunyai dan menyayangi binatang peliharaan bermanfaat positif bagi tumbuh kembang anak. Di lain fihak untuk mencegah kejadian menyebarnya virus CM di Indonesia dan mungkin juga penyakit zoonosis lain,  kita perlu belajar dari kesalahan perilaku warga Amerika yang menyebabkan penyebaran virus CM tahun 2003.

Dapat dimulai secara sederhana dengan tidak memelihara di rumah kita binatang liar ataupun binatang langka.  (sering disebut binatang eksotik /  nontraditional pets  ) yang  belum diketahui potensi bahaya penyakit zoonosisnya.

Bagi yang sudah memelihara binatang tersebut  jangan  melepas sendiri binatang liar tersebut ke alam bebas melainkan diserahkan ke badan yang berwenang. (Bimosekti Wiroreno, SpA -11)

————–

Virus Cacar Monyet dari Monyet

Dalam  masyarakat dan praktik sehari-hari, penyakit ”Impetigo bulosa” yaitu radang kulit dengan gelembung-gelembung besar karena bakteri Staphylococcus, sering dinamakan penyakit  cacar monyet (monkeypox). Cacar monyet dan Impetigo bullosa merupakan dua penyakit yang sama sekali berbeda walau  keduanya ada gelembung di kulit.

Cacar monyet adalah penyakit cacar tapi bukan cacar smallpox atau variola  seperti yang kita kenal selama ini karena sejak tahun 1980 dunia telah bebas cacar dan dinyatakan oleh WHO.

Penderita cacar ( smallpox / variola ) terakhir adalah Ali Maaow Maalim dari Somalia pada Oktober 1977. Cacar monyet atau Monkeypox disebabkan virus dari grup orthopoxvirus, penyakitnya disebut Monkeypox karena pertama ditemukan di laboratorium monyet tahun 1958 dan virusnya disebut virus Monkeypox.

Pada tulisan ini Cacar monyet atau monkeypox selanjutnya disebut dengan singkatan CM  atau cacar api.

Pada penelitian selanjutnya ditemukan bahwa virus CM tidak hanya terdapat pada monyet tetapi juga tupai Afika, tikus, kelinci dan beberapa binatang lain.

Keganasan virus CM tidak hanya tergantung strain virus tetapi juga tergantung binatang sebagai host nya, dan disebutkan virus CM pada Orang utan lebih virulen.
Bila di kulit  muncul bintik kemerahan seperti disundut rokok, mungkin itu cacar monyet. Penyakit ini memang belum sepopuler cacar air.  Cacar ini disebabkan kuman atau bakteri dan datangnya bisa tiba-tiba. Faktor kebersihan diri sangat berperan dalam berjangkitnya cacar api.

Infeksi virus CM termasuk zoonotic diseases atau penyakit zoonosis yaitu infeksi yang menular dari binatang vertebrata ke binatang lain atau ke manusia. Infeksi CM pada manusia pertama kali dilaporkan di Kongo  tahun 1970 pada seorang anak umur 9 th. Setelah Kongo selanjutnya banyak kasus dilaporkan di Afrika yaitu di Pantai Gading, Liberia, Nigeria dan Sierra Leone  dan  90 % kasusnya adalah anak di bawah umur 15 tahun.  WHO menyebut virus CM yang menyerang manusia dengan istilah Human Monkeypox virus (MPXV).

Gejala Klinis

CM pada manusia tidak hanya di Afrika tapi juga di Amerika Serikat, dimana pada Juni 2003 ditemukan lebih dai 70 orang terinfeksi monkeypox. Berbeda dengan di Afrika yang mayoriyas menyerang anak, di Amerika 31 % kasus pada umur kurang dari 18 tahun, dan 69 % umur di atas 18 tahun.

Human Monkeypox virus (MPXV) menular ke manusia dari binatang yang terinfeksi CM dengan cara kontak langsung melalui luka atau cairan tubuh, gigitan atau cakaran atau trauma yang lain ( CDC ). MPXV diduga juga dapat menular dari orang ke orang walaupun kejadiannya lebih kecil dibanding cacar / smallpox.

Setelah tertular mulailah masa inkubasi sekitar 4 – 20 hari, selanjutnya timbul gejala awal atau stadium prodromal yang berlangsung selama 1-10 hari. Gejala pada stadium prodromal adalah terjadi demam, menggigil, berkeringat, nyeri kepala, nyeri otot, batuk dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.

Setelah stadium prodromal terjadilah stadium eksantem yaitu mulai timbul ruam yang menjadi gelembung bernanah dengan cekungan ditengahnya seperti gelembung cacar ( smallpox).

Gelembung mulai dari wajah dan kemudian menyebar ke seluruh badan selanjutnya gelambung selanjutnya akan mengering dan terlepas. Stadium eksantem ini berlangsung selama 2-4 minggu.

Pencegahan

Beberapa data menunjukkan bahwa orang yang pernah mendapat vaksinasi cacar ( smallpox) akan terlindungi dari virus CM. Centres for Disease Control and Prevention ( CDC) di Amerika merekomendasikan bahwa individu yang bekerja pada penanganan outbreak CM, individu yang terlibat dalam penganganan orang maupun hewan yang sakit perlu mendapat vaksinasi cacar (smallpox)

Selain mudah pecah, cacar monyet atau cacar api mudah menular. Penularannya tidak seperti pada cacar air yang melalui saluran pernapasan. Bila penderita yang terkena menggaruk cacarnya dan kemudian menggaruk bagian tubuh lain yang sehat, dengan cepat bagian tubuh tersebut akan terinfeksi. Bagian tubuh yang digaruk tadi akan mengalami luka. Kalau luka tidak diobati, akan membuat kulit terinfeksi dan membusuk.  (11)

dr Bimosekti Wiroreno SpA, dokter anak RS Hermina Semarang

Sumber: Suara Merdeka, 5 Desember 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB