Berdasarkan informasi dan data yang dihimpun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), setidaknya ada dua siklon tropis atau badai di belahan bumi selatan yang diprediksi terus menguat, yaitu Badai Uriah dan Winston. Namun, keduanya terus menjauhi wilayah Indonesia sehingga dampak bagi cuaca tanah air minim.
“Kontribusi dari siklon itu pada wilayah Indonesia tidak terlalu signifikan,” kata Miming Saepudin, Kepala Subbidang Siklon Tropis BMKG di Jakarta, Senin (15/2/2016). Badai Uriah yang ada di Samudra Hindia sempat berdampak terutama pada peningkatan gelombang, tetapi tidak signifikan. Sementara itu, Badai Winston tidak memberi dampak ke Indonesia karena posisinya jauh dari Indonesia, yakni di Selandia Baru.
Badai Uriah dilaporkan terbentuk sejak Minggu (14/2/2016) pukul 07.00. Saat ini, tekanan udara di pusat badai 982 milibar dengan kecepatan angin 55 knot (101,8 kilometer per jam). Badai diperkirakan menguat pada Selasa (16/2/2016) dengan tekanan di pusat badai 966 milibar dan kecepatan angin 70 knot (129,6 km per jam), kemudian makin menguat pada Rabu (17/2/2016) dengan prediksi tekanan di pusatnya 954 milibar dan kecepatan angin 85 knot (157,4 km per jam).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Uriah secara tidak langsung berdampak pada kondisi cuaca Indonesia, yaitu meningkatkan tinggi gelombang, terutama di selatan Jawa. Namun, menurut Miming, dampak ke gelombang laut tidak terlalu signifikan, tinggi gelombang hanya menjadi sekitar 2 meter. Nelayan dengan kapal kecil yang perlu mewaspadai gelombang setinggi itu. Selain itu, Uriah diperkirakan konsisten bergerak ke arah barat daya dan terus menjauhi Indonesia sehingga semakin tidak berpengaruh di tanah air.
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Agus Salim, prakirawan siklon tropis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menunjukkan kondisi Badai Uriah melalui citra satelit, Senin (15/2/2016), di kantor BMKG, Jakarta. Walaupun diperkirakan terus menguat, pergerakan badai mengarah ke barat daya dan terus menjauhi Indonesia sehingga badai tidak terlalu berdampak ke cuaca tanah air.
Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Kukuh Ribudiyanto menambahkan, dampak tidak langsung Badai Uriah terlihat dari anomali pola hujan di Indonesia bagian barat. Hujan di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) kemarin Minggu (15/2/2016) memiliki pola hujan lokal, yakni dipicu oleh pasokan uap air dari area tersebut saja.
Jika tidak terpengaruh badai, hujan seharusnya terjadi merata dan dalam cakupan wilayah yang luas. Namun, kondisi udara di Sumatera bagian selatan, antara lain Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu kemarin terpantau tanpa awan potensial hujan. Itu lantaran pasokan uap air tersedot ke Badai Uriah. “Pola hujan lokal biasanya terjadi pada masa transisi musim. Ini anomali karena adanya badai,” ujar Kukuh.
Waspadai hujan lebat
BMKG mengimbau warga Jabodetabek untuk tetap mewaspadai hujan lebat hingga Rabu (17/2/2016). Potensi hujan lebat diperkirakan terjadi mulai Senin sore ini dan semakin lebat pada Selasa dini hari hingga pagi. Potensi hujan dengan pola serupa diperkirakan masih bisa terjadi pada Rabu.
Miming mengatakan, dibandingkan Badai Uriah dan Winston, sejumlah sistem tekanan rendah di selatan Indonesia lebih berpengaruh. Saat ini terpantau ada dua sistem tekanan rendah yang dekat dengan Indonesia, yaitu di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Barat dan di pesisir utara Australia. Pusat tekanan rendah menarik massa udara dari Benua Asia di bagian utara yang dingin dan bertekanan udara tinggi. Akibatnya, curah hujan makin tinggi di wilayah Indonesia bagian selatan.
Selain itu ada fenomena seruakan dingin dari Siberia ke arah Laut Tiongkok Selatan dan Osilasi Madden Julian (MJO) berkolaborasi dan diprediksi kembali memicu cuaca ekstrem di beberapa daerah. Itu seiring fenomena cuaca regional berupa daerah belokan dan pertemuan angin yang dapat mendorong terjadinya hujan lebat.
Daerah di Indonesia yang berpotensi mengalami hujan lebat selama sepekan ke depan adalah Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Banten, Jabodetabek, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat dan Tengah, serta Papua bagian selatan.
J GALUH BIMANTARA
Sumber: Kompas Siang | 15 Februari 2016