Satelit Telkom 3S yang diluncurkan 14 Februari lalu resmi dioperasikan PT Telekomunikasi Indonesia setelah merampungkan proses panjang dari peluncuran, pengujian, hingga perjalanan menuju orbit edar di 118 derajat Bujur Timur, Senin (17/4). Pengoperasian satelit ini menandai satu langkah maju dalam mewujudkan kemandirian antariksa bagi Indonesia.
Pengelolaan satelit Telkom 3S diserahkan kepada Telkom dari Thales Alenia Space, produsen satelit yang memandu perjalanan satelit tersebut sejak diluncurkan dari Bandar Antariksa Kourou, Guyana-Perancis. Dengan kapasitas 49 transponder, satelit Telkom 3S akan menggantikan posisi satelit Telkom 2 yang umur pakainya hampir habis dan kapasitas transpondernya separuh dari yang baru. Telkom berencana pada pertengahan 2018 meluncurkan satelit Telkom 4 untuk menggantikan satelit Telkom 1 di jalur 108 derajat Bujur Timur.
“Kebutuhan transponder untuk melayani Indonesia semakin tinggi. Totalnya 300 transponder dan baru terlayani operator satelit domestik nasional separuhnya saja. Telkom tidak hanya berupaya menambah kapasitas, tetapi juga mengoptimalkan jenis transponder agar layanan makin beragam,” ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno saat peresmian pengoperasian satelit Telkom 3S di Stasiun Pengendali Utama Satelit Telkom di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Daerah terpencil
Direktur Utama PT Telkom Alex Janangkih Sinaga mengatakan, pengendalian dan pengoperasian satelit dilakukan para teknisi Telkom. Satelit ini untuk melayani hingga pelosok negeri sebagai backbone (tulang punggung) jaringan ataupun akses internet lebar pita. Satelit Telkom 3S memiliki spesifikasi transponder C-Band, Extended C-Band, Ku-Band, dan Extended Ku-Band. Dua nama terakhir digunakan untuk menghadirkan layanan lebar pita hingga daerah terpencil.
Dalam acara tersebut diuji coba konferensi video dari tiga wilayah terpencil, yakni Desa Lereh, Kecamatan Kaureh, Kabupaten Jayapura, Papua; Desa Senaning, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat; dan Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Koneksi dilakukan dengan internet mobile dari Telkomsel, dan berlangsung lancar tanpa jeda.
Alex mengatakan, Telkom mengelola 109 transponder dari total kebutuhan 300 transponder, dan masih menggunakan 28 transponder dari satelit milik asing. “Kemungkinan tren (kebutuhan transponder satelit) akan melambat karena kami juga menggelar serat optik ke semua kota di Indonesia dengan target cakupan 86 persen,” ujar Alex.
Langkah lain Telkom adalah menambah peluang untuk menambah satelit di antariksa dengan memanfaatkan slot orbit milik operator dalam negeri lainnya yang dinilai tidak mampu.
Kepala Subdirektorat Manajemen Satelit Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia Mulyadi mengatakan, ada dua slot orbit yang akan selesai masa pakai satelitnya, yakni 113 derajat Bujur Timur yang dikelola Indosat dan 146 derajat Bujur Timur yang dikelola Pasifik Satelit Nusantara. Dua tahun menjelang berakhir, pengelola harus bisa menunjukkan kontrak pengadaan satelit baru agar slot yang dimiliki Indonesia tetap terisi dan tidak direbut negara lain. (ELD)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 April 2017, di halaman 1 dengan judul “Babak Baru untuk Kemandirian Antariksa”.