Ada 18 teori tentang fungsi garis hitam putih di tubuh zebra. Salah satunya fungsi pengatur suhu untuk mendinginkan tubuh ketika terkena terik matahari. Namun, penelitian terbaru menunjukkan, garis zebra tersebut tidak signifikan mendinginkan tubuh.
Zebra di Taman Nasional Amboseli, Kenya, 22 Juni 2018.
Penelitian berjudul ”Bukti Percobaan Menunjukkan Garis-garis Tidak Mendinginkan Zebra” itu dimuat dalam jurnal Science yang juga disiarkan sciencedaily.com edisi 6 Juli 2018. Penelitian dilakukan tim ilmuwan, antara lain Gábor Horváth dari Universitas Loránd, Hongaria, dan Susanne Åkesson dari Universitas Lund, Swedia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Fungsi garis hitam putih zebra tersebut menjadi perdebatan ilmuwan di dunia sejak zaman Bapak Evolusi Charles Darwin hidup tahun 1809-1882 dan ilmuwan biologi Alfred Russel Wallace (1823-1913). Ketika hidup sezaman, mereka memperdebatkan fungsi evolusi garis-garis zebra tersebut.
Hingga saat ini, sebanyak 18 penjelasan yang berbeda telah diajukan untuk kemungkinan fungsi garis-garis zebra yang dapat digabungkan ke dalam empat kelompok utama, yaitu (1) antipemangsa, termasuk kamuflase dan berbagai aspek untuk menimbulkan kebingungan visual bagi pemangsa, (2) memfasilitasi interaksi sosial, (3) menggagalkan gigitan lalat, dan (4) mengatur suhu tubuh.
Zebra menyeberang jalan.
Dalam teori pengatur suhu, hipotesis yang berkembang bahwa garis hitam menjadi lebih hangat daripada garis putih. Teori ini menyatakan bahwa ini garis hitam putih zebra menciptakan vorteks atau usaran kecil ketika udara panas di atas bulu gelap memenuhi udara dingin di atas bulu putih. Menurut teori, vorteks ini berfungsi sebagai kipas untuk mendinginkan tubuh.
Untuk membuktikan teori pendinginan tubuh, tubuh zebra dimodelkan oleh tong logam berisi air ditutupi kulit imitasi menyerupai pola kulit sapi hitam, sapi putih, sapi abu-abu, dan zebra bergaris. Tong itu dipasang di udara terbuka selama empat bulan, sementara suhu inti mereka diukur terus-menerus.
Peneliti menemukan bahwa tidak ada perbedaan suhu inti yang signifikan antara tong bergaris dan abu-abu, bahkan pada hari-hari yang panas. Peneliti menunjukkan bahwa kulit imitasi zebra tidak menjaga tubuh lebih dingin dari kulit imitasi abu-abu sehinga bertentangan dengan hipotesis peran pengatur panas garis zebra.
”Garis-garis tidak menurunkan suhu. Ternyata garis-garis tidak benar-benar mendinginkan zebra,” kata Susanne Åkesson.
Teori antipemangsa dan teori interaksi sosial juga telah dibantah dalam penelitian terdahulu yang dilakukan tim peneliti antara lain Amanda D Mellin dari Universitas Calgary, Kanada, dan Tim Caro dari Universitas California di Davis, Amerika Serikat. Penelitian berjudul ”Garis Zebra Melalui Mata Pemangsa, Zebra, dan Manusia” itu dimuat dalam jurnal PLOS ONE edisi 22 Januari 2016.
Zebra di Taman Nasional Hluluwe, Afrika Selatan, 13 Desember 2011.
Penelitian yang dilakukan di Tanzania itu menunjukkan, mereka menemukan bahwa pada siang hari dan pada waktu senja, ketika kebanyakan pemangsa berburu, garis-garis dapat dilihat oleh manusia tetapi pemangsa zebra sulit untuk membedakannya. Pada malam tanpa sinar, garis-garis zebra sangat sulit dibedakan oleh manusia dan pemangsa. Hal ini menunjukkan bahwa garis-garis tidak memberikan efek kamuflase di daerah hutan. Teori sebelumnya menyebutkan bahwa garis-garis hitam menirukan batang pohon dan garis-garis putih bercampur dengan poros cahaya menembus pepohonan.
Di habitat terbuka tanpa pohon di mana zebra cenderung menghabiskan sebagian besar waktu mereka, peneliti menemukan bahwa singa bisa melihat garis besar zebra bergaris dengan mudah. Sebelumnya dikatakan bahwa garis zebra mungkin mengganggu penglihatan pemangsa atas zebra di dataran.
Penelitian ini juga tidak menghasilkan bukti yang menunjukkan bahwa garis zebra memberikan beberapa jenis keuntungan sosial dengan memungkinkan zebra lain untuk mengenali satu sama lain di kejauhan.
”Hasil dari studi baru ini tidak memberikan dukungan sama sekali untuk gagasan bahwa garis-garis zebra memberikan beberapa jenis efek kamuflase antipemangsa. Kami menolak hipotesis lama yang diperdebatkan oleh Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace,” kata Caro.
Jadi, tampaknya teori perlindungan atas gigitan lalat adalah alasan evolusioner zebra yang paling mungkin. Susanne Åkesson dan rekan-rekannya dari Hongaria dan Spanyol juga meneliti teori anti-serangan lalat. Mereka mengklaim bahwa bulu terang zebra bekerja sebagai perlindungan optik terhadap lalat kuda pengisap darah dan serangga lain yang menggigit zebra. Lalat kuda tertarik oleh cahaya terpolarisasi, jenis cahaya yang muncul ketika sinar matahari tecermin pada permukaan gelap. Jika sinar matahari tecermin pada permukaan putih, tidak akan ada cahaya terpolarisasi.–SUBUR TJAHJONO
sumber: Kompas, 9 Juli 2018