Konflik Bisnis Mulai Muncul
Fasilitas digital makin melekat pada kehidupan masyarakat. Hampir segala urusan kini menggunakan bantuan teknologi digital. Penggunaan teknologi digital setidaknya diakui lebih efisien dan murah. Akan tetapi, konflik akibat berebut lahan BISNIS mulai terjadi.
Sejak pekan lalu hingga Minggu (14/6), Kompas mencoba dan menemui beberapa kalangan yang terbantu dengan keberadaan teknologi digital, mulai dari mencari guru les privat, memesan taksi, memesan ojek, mengirim barang, hingga membeli pulsa. Trennya meningkat seiring jumlah telepon pintar di Indonesia yang terus tumbuh.
Menurut survei The Economist Intelligence Unit (2014), belanja perangkat keras untuk teknologi informasi di Indonesia hingga tahun 2017 diperkirakan 21,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 287 triliun, dengan nilai tukar Rp 13.300 per dollar AS. Angka itu naik 1,8 kali dibandingkan dengan 2014. Adapun belanja peranti lunak 596 juta dollar AS atau Rp 7,9 triliun pada 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ini ada aplikasi yang membantu aktivitas pinjam-meminjam uang, seperti Lending Club, Zopa, dan Funding Circle, yang menjadi fenomena penyaluran kredit di Amerika Serikat dan beberapa negara. Tanpa melalui bank atau lembaga KEUANGAN, seseorang bisa meminjam uang dengan suku bunga tertentu dan investor bisa menempatkan uang dengan suku bunga simpanan tertentu.
Statistik Lending Club pada 31 Maret 2015 menunjukkan, total pinjaman yang diberikan mencapai 9,255 miliar dollar AS. Adapun total penyaluran kredit pada triwulan I-2015 mencapai 1,635 miliar dollar AS.
Saat dikonfirmasi, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs mengatakan, BI belum melihat fenomena ini di Indonesia. “Penyaluran kredit di Indonesia secara formal dilakukan lembaga keuangan bank dan nonbank. Di kalangan masyarakat bawah masih ditemukan penyaluran kredit langsung secara perorangan karena masyarakat tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal,” tutur Peter.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad menjelaskan, fenomena itu perlu diteliti lebih lanjut.
Mengunduh aplikasi
Di Indonesia, kita bisa mencoba jasa kendaraan Uber dengan mengunduh aplikasinya dan memiliki kartu kredit yang terdaftar untuk membayar. Saat aplikasi diaktifkan, pengguna bisa menentukan titik penjemputan dan tujuan. Fitur ini membantu memperkirakan waktu kedatangan mobil. Penumpang tidak perlu bertransaksi dengan pengemudi karena dilakukan melalui aplikasi. Tarifnya otomatis dibebankan ke tagihan kartu kredit.
Kehadiran aplikasi Go-Jek yang menawarkan jasa transportasi, pesan antar makanan, dan pesan antar barang hingga belanja sedang diminati warga Jakarta. Aplikasi Go-Jek yang diunduh dari gawai membuat konsumen cukup mengeklik jenis layanan yang diinginkan pada telepon pintar atau tablet, tempat tujuan, dan lokasi pemesan. Go-Jek mencarikan pengemudi ojek- yang tergabung dalam Go-Jek- terdekat, selanjutnya mengirimkan notifikasi nama dan nomor telepon pengemudi. Lokasi pengemudi bisa ditelusuri melalui peta berbasis sistem navigasi satelit teknologi (global positioning system/GPS).
Paramita (27), karyawan yang berkantor di Jalan Sudirman, Jakarta, mengatakan, kenyamanan dan efisiensi waktu menjadi alasannya memilih jasa Go-Jek. “Selama ini naik ojek identik dengan bau asap. Tetapi, karena ada fasilitas penutup rambut dan masker wajah dari Go-Jek, saya enggak khawatir sampai di kantor rambut jadi bau,” ujarnya.
Saat ini Go-Jek menawarkan tarif promosi Rp 10.000 untuk semua jenis layanan dalam radius 0-25 kilometer, kecuali pada jam pulang kantor pukul 16.00-19.00. “Permintaan jasa terus ada,” kata Agus Hendra, pengemudi Go- Jek.
Aplikasi GrabTaxi juga memudahkan pemesanan taksi. Municka Novaliga (27), karyawan perusahaan badan usaha milik negara, mengenal aplikasi ini sejak Januari lalu. Menurut dia, sopir taksi yang dipesan bisa mengetahui alamat pemesan secara cepat dan tepat dengan dibantu GPS.
Di dunia pendidikan ada layanan video yang bermanfaat bagi anak-anak, Ini Budi, yang bisa diakses melalui Youtube. Ada pula layanan mencari guru les privat melalui ruangguru.com dan penjualan pulsa ponsel prabayar melalui Sepulsa.
Konflik
Kendati banyak kemudahan, layanan berbasis aplikasi itu juga berpotensi menimbulkan konflik yang dipicu perebutan untuk mendapatkan pesanan jasa.
Saat ini Uber yang terkonsentrasi di kawasan niaga di tiga kota, yakni Jakarta, Denpasar, dan Bandung, belum banyak dipermasalahkan pengemudi taksi lain. Akan tetapi, di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Perancis, Uber dipermasalahkan pemilik taksi karena menurunkan pendapatan mereka.
Alan Jiang, Uber International Launcher, kepada Kompas mengungkapkan kesalahpahaman di tingkat pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha transportasi lainnya. Menurut dia, Uber bukan perusahaan transportasi angkutan umum, melainkan perusahaan teknologi.
“Inti layanan Uber adalah aplikasi yang mempertemukan pengemudi mobil dengan penumpang. Saat ini sudah ada mobil di angka ribuan unit yang bekerja sama dengan kami,” ujar Jiang.
Uber memulai layanan di Indonesia sejak Agustus 2014. Jiang menuturkan, armada yang mereka miliki mampu memastikan pengguna bisa mendapatkan kendaraan dalam waktu paling lama 10 menit sejak pemesanan.
Beberapa pengemudi taksi mengatakan, banyak taksi yang sudah melayani pemesanan dengan menggunakan GrabTaxi. Namun, ada perusahaan yang tidak memperbolehkan pengemudinya menggunakan aplikasi itu, dengan alasan mengganggu pemesanan yang dilakukan melalui kantor pusat. Seorang pengemudi taksi mengakui, jika diketahui menerima order melalui GrabTaxi, pengemudi bisa dipecat.(MED/ELD/LKT/AHA/IDR/MAR)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Juni 2015, di halaman 1 dengan judul “Dunia Digital Semakin Melekat”.