Pendidikan merupakan jantung peradaban bangsa. Untuk mencapai kemajuan peradaban, masyarakat dituntut tidak hanya mengetahui ilmu pengetahuan, tetapi juga menemukan pengetahuan baru dan mengembangkannya.
Hal itu disampaikan Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Attahiriyah (Uniat), Jakarta, Taufiq Rachman dalam sambutan wisuda pascasarjana Uniat di Graha Dirgantara, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (6/6).
“Sejarah membuktikan, pendidikan membangun peradaban yang bermartabat,” kata Taufiq. Ia mencontohkan Israel yang dikenal sebagai bangsa yang memiliki tradisi ilmu pengetahuan. “Di Israel, oplah koran setiap hari melebihi jumlah penduduk. Artinya, minat baca sebagai sarana informasi dan pengetahuan luar biasa maju,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pendidikan menjadi dasar dari penemuan baru yang berguna bagi kehidupan berbangsa. “Dengan perubahan status para wisudawan, mereka dituntut untuk mampu mempelajari permasalahan dan mencari jalan keluar dari berbagai perspektif,” lanjutnya.
Untuk membangun peradaban sebuah bangsa diperlukan manusia yang memiliki kemampuan dan berkarakter. “Pendidikanlah yang menjadi proses pembudayaan kemampuan, nilai, dan sikap dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Taufiq.
Budaya ilmu
Uniat mewisuda 135 mahasiswa pascasarjana angkatan X program studi pendidikan Islam. Dalam konteks pendidikan Islam, sejarah menunjukkan bagaimana Islam memimpin peradaban dunia yang diawali dengan tradisi dan budaya ilmu.
“Bangsa Arab adalah bangsa yang tidak dikenal sebelum Islam masuk, bahkan disebut bangsa yang bodoh. Namun, Arab bangkit sebagai bangsa yang bermartabat dan berkontribusi atas peradaban dunia,” katanya.
Sebagai pendidik agama Islam, para wisudawan diharapkan tidak hanya mampu mengajarkan pengetahuan tentang Islam, tetapi juga nilai-nilai Islam, kepada peserta didik sejak dini.
Bejo Suyanto, salah seorang pengajar di Uniat, mengatakan, konsep peradaban berarti perbaikan pemikiran, tata krama, dan rasa. “Pendidikan mengubah cara berpikir untuk dapat membuat perubahan,” ujarnya.
Perubahan cara berpikir harus diiringi dengan persiapan diri atau niat awal, yaitu niat untuk membuat perubahan lebih baik di tengah masyarakat.
“Pada dasarnya manusia haus akan pengetahuan. Jadi, jangan berhenti belajar demi bangsa Indonesia yang bermartabat di mata dunia,” kata Bejo.(B09)
Sumber: Kompas Siang | 6 Juni 2015
Posted from WordPress for Android