Gangguan Komunikasi Satelit Diteliti

- Editor

Selasa, 17 Maret 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lapisan ionosfer di atas ekuator dan lintang rendah menjadi daerah strategis menempatkan satelit navigasi dan komunikasi radio. Namun, daerah itu sering mengalami turbulensi plasma dan gangguan arus medan listrik akibat radiasi sinar X Matahari. Dampaknya, penyimpangan sinyal komunikasi dan penetapan lokasi di muka bumi oleh satelit global positioning system.

“Dinamika ini perlu diteliti, mengantisipasi gangguan sistem satelit untuk mencegah insiden akibat mengandalkan sistem komunikasi dan penetapan posisi satelit GPS,” kata Kepala Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Clara Yono Yatini, Senin (16/3), di sela-sela International School of Equatorial and Low Latitude Ionosphere (Iselion) 2015 di Bandung, Jawa Barat.

Pelatihan hingga Jumat (20/3) itu diadakan Lapan bersama Solar Environment and Terrestrial Laboratory Nagoya University dan Science Committee on Solar-Terrestrial Physics Kyoto University, dan National Institute of Information and Communication Technology. Para peserta akan praktik mengolah data ionosfer pada Loka Pengamatan Dirgantara Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Iselion 2015 diikuti 40 peserta dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Mesir, India, dan Kazakhstan. Dari Indonesia, selain dari Lapan, peserta juga dari BMKG, ITB, Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, dan Universitas Cenderawasih. Materi diberikan para pakar ionosfer dari Jepang dan AS.

1Dengan memahami data dinamika ionosfer, menurut Clara, gangguan pada sistem satelit komunikasi dan satelit GPS yang menentukan posisi di Bumi dapat diantisipasi. Analisis data selanjutnya dapat menginformasikan koreksi posisi satelit GPS.

Gangguan komunikasi satelit meningkat seiring tingginya intensitas Matahari di ekuator. Biasanya terjadi pada Maret dan September ketika Matahari berada tepat di garis ekuator.

“Saat badai matahari, potensi gangguan komunikasi dan kemagnetan Bumi juga makin besar,” ujar Thomas Djamaluddin, Kepala Lapan. Badai matahari terjadi dalam periode 9-11 tahun, terkait aktivitas Matahari.

Tahun ini masih tergolong fase matahari aktif. Namun, terjadi anomali. “Matahari aktif, tetapi frekuensi badai matahari relatif rendah daripada rerata tahun-tahun sebelumnya,” ujar Thomas, yang merupakan pakar astrofisika dan iklim matahari. (YUN)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Maret 2015, di halaman 14 dengan judul “Gangguan Komunikasi Satelit Diteliti”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB