Ayo Anak Muda Islam!

- Editor

Minggu, 15 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tidak ada di dunia, organisasi Islam sebesar Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan hingga pelayanan kesehatannya. Namun persoalannya, Muhammadiyah dengan sejarah yang panjang tidak berdaya melawan kemungkaran seperti halnya korupsi. Saya setua ini jadi merasa bodoh hari ini.”


Inilah cuplikan pendek Syafii Maarif yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam pertemuan tahunan Dewan Kehormatan Syafii Maarif Institut di Jakarta. Yang terjadi kemudian adalah semakin suburnya upacara dan penggunaan simbol Islam dari cara berpakaian serta beragam gaya hidup hingga bahasa, tetapi korupsi dan nilai keutamaan hidup mundur sangat besar.

Cuplikan kecil dari dialog panjang ini terasa menjadi kritik besar terhadap organisasi-organisasi Islam Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam di tengah dua isu besar negeri ini: korupsi dan revolusi mental.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selepas dari pertemuan Dewan Kehormatan Syafii Maarif Institut yang sedang merancang penghargaan kota Islami, saya beruntung bisa melakukan perjalanan ke Yogyakarta, bertemu teman-teman di warung di tengah situasi Kongres VI Umat Islam (8-11 Februari 2015).

Kongres-Umat-Islam-Indonesia-KUII-VI-di-Yogya-jpeg.image_Berbagai topik dilontarkan: sebutlah risalah yang dibacakan oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin yang menekankan perlunya politik santun. Sebab, politik yang menghalalkan segala cara yang selama ini terjadi menyebabkan cita-cita pendiri bangsa tak kunjung terwujud. Topik lain adalah jihad terhadap korupsi, atau juga tulisan tentang peran umat Islam dalam kebudayaan lokal yang termarjinalkan, bahkan sering menjadi konflik. Padahal, pada aspek ini toleransi dan budaya Pancasila ditumbuhkan.

Atau juga, kapitalisme politik setelah reformasi yang mengisyaratkan politik dalam perangkap negosiasi pemilik modal beserta kepentingannya, ditambah lagi era konglomerasi media komunikasi televisi dan media sosial yang masuk politik sehingga beragam pertempuran media dan bisnis menjadi dasar pertumbuhan politik tidak santun dan politik pameran semu, menjadikan rakyat kehilangan panduan berbangsa: siapa yang benar dan salah, berita mana yang benar dan salah, apa yang sebetulnya berhasil, apa yang terjadi, hukum apa yang harus berlaku, apakah itu tata negara atau moral, atau bahkan juga lembaga mana yang berwenang pada suatu masalah tertentu?

Catatan di atas terasa memenuhi pikiran saya, beruntung saya sedang berproses menyelesaikan film Tjokroaminoto, tokoh Sarekat Islam pada awal abad XX. Organisasi politik pertama yang beranggotakan 2 juta orang, terbesar di Asia. Yang harus dicatat, sepak terjang Sarekat Islam terasa menjawab masalah-masalah yang telontar di atas.

”Ini era kaum pemilik modal, perusahaan minyak Belanda dan Inggris sudah berdiri, sekrup-sekrup pabrik menggerakkan modal dan buruh-buruh bermunculan. Setiap hal di tanah ini diatur oleh pemilik modal, saya tidak mau jadi tontonan sirkus, kita perlu politik berdikari.” Inilah ucapan Tjokroaminoto.

Maka, haruslah mafhum, Tjokroaminoto menuntut setiap cabang Sarekat Islam memiliki alat komunikasi massa alias surat kabar, menuntut adanya koperasi di setiap cabang sesuai sumber ekonomi setempat dan juga mengelola kesenian lokal sebagai alat ekspresi, ruang bersama, penghormatan nilai hidup, serta kepahlawanan yang beragam. Jangan kaget, Tjokroaminoto adalah penari Hanoman yang andal dan penggemar tayub. Sebuah pertanyaan sederhana muncul, adakah partai sekarang yang memiliki tiga aspek penting ini di setiap cabangnya?

”Kalian anak muda di gerbong ini adalah manusia pilihan dari jutaan orang, rakyat akan ikut masuk dalam gerbong panjang keteladanan kerja kalian, mereka bahkan sering tak bisa membaca satu pun dari gagasan kalian, namun mereka mempunyai tangan untuk bekerja bagi kalian, tangan rakyat juga bisa berdoa untuk kalian, namun camkan mereka juga bisa: Amuk!” Inilah ucapan Tjokroaminoto di kereta api kepada murid-muridnya seperti Kusno (Soekarno), Alimin, Muso, dan lainnya. Murid-murid yang diberi ruang terbuka berdiskusi dan membaca buku-buku dunia tentang ideologi sosialis, komunis, hingga nasionalis.

”Aku hijrah di antara ideologi dunia beragam yang tidak bisa dicegah masuk dalam tanah ini, setiap ideologi adalah baik dan punya tempatnya sendiri, sekiranya lahir masalah besar, yang salah bukan ideologinya, namun cara-cara memaksakan gagasan dengan kekerasan. Ingat kalian, setinggi-tinggi ilmu, sepandai-pandai strategi dan semurni-murni tauhid.” Inilah cara pandang Tjokroaminoto yang dikatakan kepada anak-anak muda yang disebutnya manusia pilihan yang dipenuhi berkah Allah.

Membuat film Tjokroaminoto, saya teringat filosofi Latin ”Sejarah mengajari: Ayo bangkit anak muda Islam pemimpin Indonesia, kalian orang-orang terpilih!”

Oleh: Garin Nugroho

Sumber: Kompas, 15 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB