Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan akan memulihkan stok dan mengonservasi sumber daya perikanan, khususnya lobster (Panulirus spp) yang menurun populasinya karena eksploitasi berlebih.
”Ini mengintegrasikan perikanan budidaya dan perikanan tangkap, mulai dari penyediaan dan pemeliharaan benih sampai ukuran siap tebar serta beradaptasi dengan lingkungan perairan. Lalu, menebarkan benih ke laut dan nanti ditangkap lagi. Hasil tangkapan diharapkan naik kurang dari 10 tahun,” kata Kepala Balitbang KP Achmad Poernomo di Jakarta, Selasa (3/2). Pemulihan stok mempertimbangkan kondisi benih yang rentan dan tak siap ditebar di alam, serta keterbatasan ketersediaan makanan alami. Benih siap ditebar berukuran rata-rata 5 sentimeter, lebih tahan fluktuasi kondisi lingkungan. Riset yang dilakukan Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Balitbang KP, dari Gunung Kidul, Yogyakarta, hingga Pacitan, Jawa Timur, menunjukkan bibit lobster bertambah hingga 90 persen dari pemijahan lobster lokal. (*/YUN)
——————————————
Royalti bagi Para Peneliti Kementerian Pertanian
Mulai tahun 2015, Kementerian Pertanian mulai menerapkan pembagian royalti kepada para penelitinya atas karya mereka yang bernilai komersial. Besaran pembagian persentase royalti 40 persen dari besaran 2,5 persen yang masuk negara melalui penerimaan negara bukan pajak. Nilainya bisa mencapai miliaran rupiah. Menurut Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Astu Unadi, sudah selayaknya para peneliti mendapat insentif pembagian royalti. Ini agar semakin memacu para peneliti menghasilkan temuan terbaik. ”Pak Menteri mengatakan, dalam kerja sama penelitian harus melihat aspek bisnis supaya kerja sama bisa berkelanjutan,” katanya, Selasa (3/2), di Jakarta. Pakar Operasi Khusus Peningkatan Produksi Pangan Kementan yang juga Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Sam Herodian, mengatakan, selama ini pendapatan dari royalti sebesar 2,5 persen masuk ke negara. Royalti diberikan untuk menghargai para peneliti dan institusi yang menghasilkan inovasi teknologi. (MAS)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sumber: Kompas, 5 Februari 2015
Posted from WordPress for Android