Berdasarkan hasil riset sedimen di Danau Towuti, Sulawesi Tengah, diketahui wilayah tengah Nusantara ini merupakan daerah kering, berupa padang savana. Iklim kering ini berlangsung pada periode 16.000 hingga 33.000 tahun yang lalu.
Satria Bijaksana, pakar geofisika dari Fakultas Pertambangan dan Perminyakan ITB, mengungkapkan ini, Jumat (30/1), dalam jumpa pers tentang proyek lanjutan pengeboran sedimen di danau tersebut. Penelitian lanjutan akan dilakukan tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Brown University Amerika Serikat, dengan dukungan dari PT Vale dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur pada Mei mendatang.
Iklim kering di daerah yang memiliki ketinggian 300 meter di atas permukaan laut itu, antara lain dipengaruhi sistem sirkulasi kelautannya. ”Sulawesi merupakan wilayah yang terpisah dari Kalimantan dan pulau di bagian barat Nusantara oleh Selat Makassar yang sangat dalam,” kata Satria. Ia memimpin riset tersebut berkolaborasi dengan James Russell, pakar geokimia dari Brown University Amerika Serikat, pada Juli 2010 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kondisi iklim kering dan padang savana diketahui berdasarkan kandungan isotop oksigen 16 dan 18 serta rasio karbon 12 dan 13 pada sampel sedimen yang dibor hingga pada kedalaman 10 meter. ”Sampel hingga kedalaman ini merupakan catatan iklim selama 60.000 tahun,” ujar Satria.
Untuk mengetahui kondisi iklim dalam kurun waktu lebih panjang akan dilakukan pengeboran hingga kedalaman 300 meter pada lokasi yang sama. ”Dari sampel ini diharapkan dapat mengungkap kondisi iklim wilayah Nusantara ini pada masa 700.000 tahun yang lalu.
Riset geofisika
Riset geologi yang dinamai ”The Towuti Drilling Project” ini akan berlangsung dua bulan. Riset kolaborasi ilmiah internasional ini melibatkan lebih dari 40 ilmuwan dari 8 negara yaitu Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, Swiss, Singapura, Australia, dan Indonesia.
Target penelitian ini untuk merekonstruksi perubahan iklim tropis jangka panjang di Pasifik Barat dalam rangka memahami evolusi iklim tropis Pasifik, serta ekosistem dan geologi Danau Towuti di Kabupaten Luwu Timur.
”Proyek penelitian ini juga bertujuan memahami perkembangan kondisi lingkungan ekosistem pada kawasan ini, dan mendokumentasikan proses geo-mikrobiologis yang bekerja pada sedimen kaya logam di Danau Towuti”, ujar James Russell, peneliti dari Department Earth, Environmental, and Planetary Sciences di Brown University, Amerika Serikat.
Danau Towuti merupakan salah satu danau terluas di Kompleks Danau Purba Malili, yang terbentuk karena proses pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang menyebabkan batuannya mengandung banyak nikel.
Menurut Andi Hatta Marakarma MP, Bupati Kabupaten Luwu Timur, melalui proyek penelitian ini pihaknya berkomitmen melestarikan sistem Danau Purba Malili yang terdiri dari Danau Matano, Danau Mahalona, dan Danau Towuti sebagai konservasi sumber daya alam warisan dunia.
Presiden Direktur PT Vale, Nico Kanter, juga berkomitmen meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan pelestarian alam di daerah tersebut sebagai bagian dari kaidah praktik pertambangan yang baik. ”Kami akan membantu mempertahankan ekosistem Towuti secara berkelanjutan dan melindungi rantai makanan di danau yang sarat keanekaragaman hayati ini,” ujar Nico Kanter.
”Melalui penelitian kimia, biologi, dan ekosistem masa lampau di wilayah yang sangat unik ini, kami berharap dapat mengetahui cara menjaga keberlanjutan ekosistem Danau Towuti di tengah-tengah perubahan iklim dan tata guna lahan,” ujar Satria.
Proyek penelitian Danau Towuti merupakan bagian dari Program Pengeboran Kontinental Internasional (ICDP). Institusi yang terlibat selain Brown University dan ITB, juga National Lacustrine Core Facility (Laccore), National Science Foundation (NSF), serta dukungan operasional dari Dosecc (Drilling Observation and Sampling of the Earth Continental Crust). (YUN)
Sumber: Kompas, 2 Februari 2015
Posted from WordPress for Android